Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pertanian dan Perubahan Iklim di Indonesia
3 Februari 2021 21:24 WIB
Tulisan dari Anggraeni Intan Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam pergantian tahun menjadi 2021 ini, negara kita sudah disuguhi berbagai macam bencana alam seperti banjir, tanah longsor, erupsi gunung berapi, dan sebagainya Bukan tidak ada kaitannya dengan perubahan iklim; bencana merupakan sebab akibat yang terprediksi sejak jauh-jauh hari. Perubahan iklim sendiri menurut undang-undang No. 31 Tahun 2009 yang mengacu pada United Nation Convention on Climate Change (UNFCC) adalah kondisi berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung, oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global serta perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. Terdapat indikator yang memengaruhi perubahan iklim seiring dengan berubahnya iklim suatu wilayah. Perubahan indikator ini seperti kenaikan temperatur, kandungan panas laut, permukaan air laut, penurunan tutupan salju, gletser, dan juga penurunan luasan lautan es di Arktik.
ADVERTISEMENT
Fenomena perubahan iklim seperti kenaikan permukaan laut atau kenaikan suhu permukaan laut diperkirakan menimbulkan bahaya bagi pesisir. Kenaikan suhu permukaan laut akan menyebabkan pemutihan karang, kenaikan permukaan laut akan menggenangi daerah dataran rendah tertentu di dekat garis pantai. Dampak lain dari kenaikan permukaan laut yaitu tergenangnya pulau kecil yang terletak di bagian luar laut perbatasan lalu membuat pulau-pulau itu menghilang. Hal ini tentu akan menimbulkan masalah bagi keamanan nasional Indonesia. Indonesia sempat kehilangan pulau-pulau kecil seperti Sipadan dan kepulauan Ligitan karena sengketa perbatasan dengan Malaysia beberapa tahun lalu, maka dari seharusnya masalah ini menjadi perhatian besar bagi negara kita.
Indonesia merupakan negara dengan sektor lahan yang besar dan barang tentu akan terpengaruh oleh perubahan iklim global. Dampak perubahan iklim dianggap serius karena perubahan iklim diperkirakan akan memengaruhi penurunan produksi pangan pertanian baik secara langsung ataupun tidak langsung. Dampak perubahan iklim terhadap pertanian sangat tergantung pada konteks spesifik lokal dan karenanya kerentanannya.
ADVERTISEMENT
Seperti yang sudah tertulis di atas, lahan pertanian yang berada di pesisir akan tergenang karena kenaikan permukaan laut. Penurunan produksi pangan pertanian karena perubahan iklim ini sangat dipengaruhi oleh pemanasan global. Pemanasan global berpotensi mengubah aliran uap air dan dapat meningkatkan kelembapan curah hujan intensif di satu kawasan. Akibat pemanasan global curah hujan akan lebih terkonsentrasi pada musim hujan, sedangkan musim kemarau cenderung lebih kering. Sehingga menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan dan suhu yang lebih tinggi akan meningkatkan penguapan. Lalu ditambah dengan sumber daya air yang terbatas yang tentu saja akan mempengaruhi irigasi lahan dan penggunaan air lainnya. Produksi pangan pertanian juga rentan terhadap kenaikan suhu. Karena tanaman membutuhkan kisaran iklim tertentu (suhu, curah hujan, dan sebagainya) untuk pertumbuhan yang optimal.
ADVERTISEMENT
Penurunan produksi pertanian juga secara tidak langsung dipengaruhi oleh peningkatan hama, karena peluang kejadian ekstrem meningkat. Hal ini seperti yang diidentifikasi oleh Wiyono (2009) bahwa terjadinya banjir mengakibatkan peningkatan populasi keong mas yang menjadi hama bagi tanaman padi, sawah yang tergenang air saat musim hujan akan lebih rentan terkena hama. Akibat pemanasan global yang memicu perubahan iklim, Indonesia akan menghadapi masalah utama berupa kelangkaan pangan di masa mendatang jika tidak kunjung berbenah untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Komoditas pangan utama diperkirakan pada tahun 2050 produksinya dalam skala nasional akan menurun antara 20,3 -
27,1%, jagung akan berkurang 13,6% dan kedelai akan berkurang 12,4%, dibandingkan produksi 2006 (Handoko et al, 2008). Jika ini terjadi, Indonesia akan menjadi pengimpor beras dan makanan pokok lainnya selamanya dan akan merugikan keseimbangan perdagangan yang berakibat melemahkan ekonomi.
ADVERTISEMENT