Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Memaknai Rasa Ikhlas Mengabdi dari Kisah Sungai Aare
4 Juni 2022 21:59 WIB
Tulisan dari Anggraeni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa hari ini kita disuguhi oleh berita tentang hilangnya seorang anak dari Sang Broadcaster of Daily Happiness, Ridwan Kamil (RK). Banyak masyarakat yang turut merasakan kehilangan, seakan-akan Eril (sapaan putra pertama dari RK) merupakan bagian dari keluarga kita. Kiriman doa dari berbagai kalanganpun tak henti-hentinya dilantunkan demi keselamatan ananda Eril.
ADVERTISEMENT
Namun kemarin, tersiar berita bahwa pihak keluarga sudah mengikhlaskan kepergian sang ananda tersayang. Postingan dari sang ibunda pada media sosial miliknya, menampakkan duka mendalam seorang ibu.
“Mamah titipkan kamu dalam penjagaan dan perlindungan terbaik dari pemilikmu yang sebenarnya, Allah swt, dimana pun kamu berada.
Insya Allah kamu tidak akan kedinginan, kelaparan atau kekurangan apapun. Bahkan kamu akan mendapatkan limpahan kasih sayang, karunia dan kebahagiaan yang tak pernah putus.
Disini, di sungai Aare yang luar biasa indah dan cantik ini, mamah lepaskan kamu, untuk kita bertemu lagi cepat atau lambat.
Seperti yang pak walikota sampaikan,
“The city of Bern will forever be deeply connected to us…”
Doa terbaik mamah dalam setiap helaan nafas”
ADVERTISEMENT
Memaknai Kata Ikhlas
Jika membaca kalimat yang disampaikan oleh Ibu Atalia diatas, tentu langsung terbayang betapa pilunya hati beliau. Sebagai seorang ibu, saya sangat memahami perasaan belau kala ini. Orangtua mana yang tak menangis jika dalam kondisi serupa.
Untaian kalimat ibu Cinta (sapaan akrab beliau) tersirat rasa duka mendalam, namun perasaan tersebut telah terbungkus oleh rasa ikhlas. Sang Broadcaster of Daily Happiness dan keluarganya telah mengikhlaskan kepergian ananda tersayang.
Menurut KBBI, kata ikhlas berarti bersih hati. Sedangkan kata mengikhlaskan bermakna memberikan atau menyerahkan dengan tulus hati. Jika melihat lebih dalam, secara etimologis ikhlas memiliki arti jujur, tulus dan rela. Dalam bahasa Arab, ikhlas merupakan masdar dari “akhlasa” yang berarti “memurnikan niat; memilih” yang mana kata dasarnya sendiri adalah khalaṣa yang berarti “selamat; sampai; menjadi murni”.
ADVERTISEMENT
Memaknai ikhlas dalam hidup merupakan salah satu perbuatan yang seharusnya dijadikan kebiasaan baik bagi seluruh manusia. Namun terlepas dari itu semua, ikhlas itu sangat mudah untuk diucapkan. Akan tetapi, sangat sulit untuk dilakukan. Karena harus benar-benar dari hati serta niat seseorang.
Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas
Sebagai ASN tentu kita tidak asing dengan slogan “Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas” yang pernah disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo beberapa waktu silam. Slogan ini bermaksud untuk memantik semangat ASN dalam mengabdi kepada bangsa. Akan tetapi saya tertarik kepada penggunaan kata ikhlas. Lantas apakah selama ini kami para ASN bekerja kurang ikhlas?
Memang tidak mudah menjadi seorang ASN, terlebih di era teknologi seperti saat ini. Seringkali ASN tersudutkan oleh berita di media, padahal tidak semua informasi yang disampaikan benar adanya. Pemberitaan yang tidak seimbang tersebut kerap kali menimbulkan kecemburuan didalam masyarakat. Bahkan mengarah ke sikap apatis. Tapi herannya status sebagai ASN tetap menjadi idola bagi para pencari kerja tanah air.
ADVERTISEMENT
Menurut informasi yang didapat dari situs Badan Kepegawaian Negara (bkn.go.id), pada Desember 2021 jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Republik Indonesia yang berstatus aktif adalah 3.995.634 orang atau mengalami penurunan sebesar 4,1 % jika dibandingkan dengan jumlah PNS pada 31 Desember 2020. Terlebih jika melihat grafik jumlah PNS dalam sepuluh tahun terakhir, tahun 2015 adalah puncak tertinggi jumlah PNS di Indonesia, yaitu 4.593.604 orang.
Penurunan jumlah PNS tersebut disebabkan oleh jumlah PNS yang pensiun setiap tahunnya lebih banyak dibandingkan dengan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang diselenggarakan dalam tahun tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka pada tahun 2021 pemerintah membuka kembali lowongan CPNS dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) secara serentak.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, BKN mencatat total pelamar CPNS dan PPPK pada tahun 2021 sebanyak 4.542.798 orang. Hanya saja, pendaftar yang merampungkan proses pendaftaran atau melakukan submit berjumlah 4.030.134 pelamar. Mereka bersaing untuk memperebutkan kursi di berbagai instansi pemerintahan.
Menjadi Abdi Negara, akankah masih menjadi Primadona?
Iming-iming terjaminnya masa hari tua rupanya sudah tidak menjadi daya pikat lagi bagi pelamar ASN. Menurut informasi sebanyak 100 CPNS dan PPPK memilih mengundurkan diri setelah berhasil lolos tes seleksi penerimaan tahun 2021. "Gaji dan tunjangan serta lokasi pekerjaan tidak sesuai ekspektasi, kehilangan motivasi, mendapatkan kesempatan lain, dan lain-lain," kata Kepala Biro Hukum, Hubungan Masyarakat, dan Kerja Sama BKN, Satya Pratama, menyampaikan alasan pengunduran diri mereka.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo menyampaikan pengunduran ini telah merugikan negara dari sisi anggaran yang sudah dikeluarkan selama proses rekrutmen para pegawai pemerintah tersebut. Selain itu dari formasi CPNS dan PPPK yang seharusnya terisi menjadi kosong. Hal ini juga menutup kesempatan peserta lain yang mungkin memenuhi syarat.
ADVERTISEMENT
Fenomena mengundurkan diri tersebut sebenarnya bukan hal baru. Tak dapat dipungkiri, nominal gaji yang rendah kerap dijadikan alasan utama mengapa mereka melepaskan pekerjaan yang menjadi idaman banyak orang. Namun benarkah hanya karena alasan tersebut? Tentunya pemerintah perlu mengkaji kembali proses rekrutmen ASN yang telah berjalan saat ini agar peristiwa ini tidak terulang kembali di masa yang akan datang.
Memantik Semangat Kerja Keras, Cerdas dan Ikhlas untuk Negeri
Jika ada banyak alasan mengapa calon ASN itu mundur, maka ada banyak alasan pula mengapa kami para ASN masih setia mengabdi. Walaupun jika ditanya untuk urusan perut, memang benar adanya gaji seorang PNS itu hanya pas-pasan, pas butuh, pas ada uangnya. Akan tetapi semakin bertambahnya usia pengabdian, rasanya malu kepada pendiri bangsa ini jika terlalu banyak permintaan untuk urusan pribadi.
Perkembangan zaman yang semakin maju menyebabkan adanya penyesuaian terhadap pola kerja ASN. Setelah konsep Work from Home (WFH) dan Work from Office (WFO) dikala pandemi kemarin, kini muncul gagasan sistem Work form Anywhere (WFA). Melalui skema kerja WFA ini nantinya ASN dapat bekerja dari mana saja. Yang terpenting dari WFA adalah terkoneksi dengan kantor pusat dan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Adapun tujuan WFA adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja dan menjaga kesehatan mental pegawai. Nnamun perlu dingat bahwa belum semua daerah terjangkau oleh koneksi internet, sehingga pada akhirnya WFO masih menjadi pilihan utama.
ADVERTISEMENT
Memantik semangat ASN untuk berkerja keras, cerdas dan ikhlas bukanlah perkara mudah. Budaya kerja kolonial yang telah melekat dan menjadi stigma negatif dimata masyarakat menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dituntaskan. Dengan dukungan lingkungan kerja serta keinginan kuat dari dalam diri ASN untuk mengabdi dan terus berkontribusi terhadap bangsa ini, rasanya slogan "Kerja Keras, Kerja Cerdas dan Kerja Ikhlas" akan terus membara dalam sanubari.
Mengakhiri tulisan ini izinkanlah penulis untuk memantik kembali semangat ikhlas mengabdi dengan lirik lagu “Padamu Negeri” ciptaan Kusbini.
“Padamu negeri kami berjanji
Padamu negeri kami berbakti
Padamu negeri kami mengabdi
Bagimu negeri jiwa raga kami”