Menyambut Cuti Bersama ala ASN

Anggraeni
Analis Kepegawaian. ASN Kementerian Perindustrian. Mahasiswa Pasca Sarjana, Magister Ilmu Administrasi Publik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Konten dari Pengguna
16 April 2022 8:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anggraeni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi (Foto: pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi (Foto: pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Pagi ini, sembari bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, telepon seluler saya bergetar. Rupanya ada pesan masuk dari salah satu grup whatsapp kantor. Tak membutuhkan waktu lama, grup menjadi ramai dengan komentar dari para anggotanya.
ADVERTISEMENT
“Alhamdulillah akhirnya, setelah tiga tahun tidak pernah cuti”, komentar salah satu teman.
“Mau mudik kemana? Bukannya kamu tidak punya kampung halaman?”, sahut anggota grup lain.
“Alhamdulillah, akhirnya boleh menambah cuti sebelum dan sesudah cuti bersama..”, ujar teman yang lain turut berkomentar.
“Yuk kita konvoi mudik…”, ajakan salah satu teman.
"Yuk!", jawab teman saya menanggapi.
***
Belum lama ini masyarakat khususnya abdi negara mendapatkan kabar gembira. Aparatur Sipil Negara (ASN) diperbolehkan mengambil cuti sebelum dan setelah cuti bersama libur hari raya. Hal ini berdasarkan Surat Edaran (SE) dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Nomor: 13 Tahun 2022 tentang Cuti Aparatur Sipil Negara selama Periode Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah. Nomenklatur ini menjelaskan bahwa masyarakat diberikan izin untuk mudik ke kampung halaman saat lebaran, tak terkecuali ASN. Tjahjo Kumolo sebagai Menteri PAN RB juga mengingatkan para ASN untuk tetap memperhatikan status risiko persebaran Covid-19 di wilayah tujuan mudik serta memperhatikan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan masyarakat (PPKM) yang ditetapkan oleh pemerintah selama mudik.
ADVERTISEMENT
Dua tahun yang Menggoreskan Luka
Dua tahun sudah dunia dihantam oleh pandemi Covid-19. Banyak duka yang ditorehkan akibat wabah ini. Tak sedikit sanak saudara yang berpulang tanpa sempat kita berpamitan untuk terakhir kalinya.
Masih terbayang pula dalam ingatan kita, betapa dahsyatnya pandemi ini di tahun lalu, hingga korban berjatuhan dengan cepatnya. Hilir mudik mobil ambulans keluar masuk perumahan dengan membunyikan sirine, tak hanya di kota tapi juga di desa. Seakan tak mau kalah, pengeras suara mushola dan masjid silih berganti mengabarkan berita duka.
Menurut data dari https://covid19.go.id, jumlah korban yang meninggal akibat wabah ini mencapai 115.746 orang. Jumlah yang tidaklah sedikit dan meninggalkan pilu mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Secercah Asa di tengah Pandemi yang Masih Melanda
Berdasarkan data yang dilansir dari https://covid19.go.id, tren kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami penurunan. Kebijakan pemerintah dengan pemberlakuan vaksin Covid-19 sebagai syarat mutlak mudik merupakan salah satu upaya untuk mengurangi bertambahnya jumlah korban. Masyarakat yang sebelumnya enggan divaksinasi kini menjadi bersemangat datang ke tempat-tempat penyelenggara kegiatan vaksinasi, demi bisa berkumpul kembali dengan sanak saudara di kampung halamannya.
Harapan baru akan Indonesia yang semakin pulih kini tampaknya mulai terlihat. Penurunan jumlah suspek di berbagai wilayah di Indonesia merupakan sinyal positif. Semakin meningkatnya jumlah masyarakat yang telah divaksin juga menjadi secercah asa ditengah pandemi yang masih melanda.
Bahagia rasanya melihat perekonomian berangsur membaik. Di bulan puasa seperti saat ini, kerinduan untuk berburu makanan berbuka akhirnya kembali dapat terobati. Aneka jajanan tersaji dengan aneka warna dan rasa yang membuat lapar mata para pembeli.
ADVERTISEMENT
Cuti Bersama, Saatnya untuk ‘Healing
Ilustrasi (Foto: pixabay.com)
Belakangan ini kita sering mendengar istilah healing. Healing digambarkan oleh generasi sekarang sebagai solusi dari permasalahan yang menimpa, akibat diagnosa mandiri yang mereka lakukan. Padahal sejatinya tidak seperti itu, healing memiliki makna yang lebih dalam, meliputi depresi akibat luka batin. Tentu saja hal ini memerlukan proses untuk benar-benar menyembuhkannya. Proses inilah yang dinamakan healing.
Sebagai ASN, acapkali rutinitas pekerjaan membuat penat pikiran. Perlu penyegaran agar otak bisa kembali bekerja secara normal. Banyak kemudian yang mengambil jatah cuti untuk rehat sejenak. Entah untuk jalan-jalan ataupun hanya sekedar berbaring di atas ranjang sambil mendengarkan lagu kesukaan.
Cuti bersama merupakan momen yang dinantikan, khususnya para karyawan kantor. Tahun ini cuti lebaran juga terasa istimewa bagi ASN setelah larangan cuti selama pendemi. Durasinya terbilang cukup panjang, apalagi ditambah dengan adanya kebijakan, boleh menambah cuti sebelum dan sesudah cuti bersama. Sungguh suatu rezeki tak terduga.
ADVERTISEMENT
Mudik saat ini tidak hanya sekedar pulang ke kampung halaman. Banyak dari kita yang kemudian mengambil kesempatan ini untuk sekaligus rekreasi ke tempat wisata, healing tipis-tipis katanya. Pengelola tempat wisata kini juga berlomba-lomba menyediakan spot yang instagramable demi menarik pengunjung.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari keinginan untuk bersosialisasi dan lebaran menjadi jembatan untuk menciptakan momen berkesan bersama keluarga tercinta. Saling berbagi cerita dengan kerabat dan sahabat lama selama di rantau, menjadi agenda yang tidak boleh terlewatkan begitu saja. Namun jangan lengah dan selalu ingat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan karena pandemi ini belumlah usai. Selamat menyambut liburan panjang dan menikmati "healing tipis-tipis".