Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Kredibilitas Pemimpin dalam Pandangan Sudirman Said
9 Agustus 2017 13:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Anisa Nofi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
"Kredibilitas pemimpin dibangun dengan dua hal: 1) paham apa yang dikerjakan, 2) dipercaya sekeliling. Keduanya saling menopang" (Sudirman Said, 29 Juli 2017).
ADVERTISEMENT
Sudirman Said memiliki pandangan tersendiri perihal seorang pemimpin. Seseorang memang boleh saja menjadi pemimpin di era yang sangat demokratis. Tapi bagaimana seorang pemimpin bisa dipercayai oleh pengikutnya adalah persoalan lain. Publik membutuhkan kepemimpinan yang sungguh-sungguh meyakinkan, yang sungguh-sungguh mampu mewujudkan harapan yang lebih baik. Dengan kata lain, harapan dan keyakinan publik itulah yang perlu disentuh oleh pemimpin.
Tapi bagaimana membangun kredibilitas diri untuk menjadi pemimpin di era yang pada umumnya kecenderungan berfikir masyarakatnya adalah rasional, meskipun tak sedikit pula yang masih menggunakan logika mistika?
Dalam konteks ini, Sudirman Said mengajukan dua syarat membangun kredibilitas pemimpin. Pertama, pemimpin harus ‘paham’ dengan apa yang dikerjakan. ‘Paham dengan apa yang dikerjakan’ dapat berarti bahwa dia memiliki perencanaan yang jelas apa yang ingin dia lakukan ke depan sebagai pemimpin. Tentu tidak perlu mengerti betul kedalaman rancangan secara teknis. Tetapi dia mengetahui betul apa yang hendak dia bawa sebagai perubahan yang lebih maju ke depan dari kepemimpinannya.
ADVERTISEMENT
Dalam pengertian ini, pemimpin memiliki visi yang mantap. Dia bisa menerka-nerka melalu cara pandang dia yang visioner tentang apa saja yang ingin dia capai selama periode kepemimpinannya. Dia mengenali persoalan-persoalan prioritas rakyat dan lingkungan yang dipimpinnya. Tentu semua itu berorientasi pada kepentingan rakyatnya.
Untuk mampu menjadi visioner seperti ini, tentu pemimpin adalah seorang yang tak berjarak dari rakyat yang dipimpinnya. Dia harus mampu mengenali persoalan yang sungguh-sungguh terjadi di masyarakatnya. Dia ‘blusukan’ dalam arti yang sesungguhnya - bukan sekedar pencitraan – untuk bisa mengenali persoalan yang sesungguhnya.
Kedua, ia dipercaya oleh sekeliling. Tentu dalam pengertian lebih luas, dia dipercaya oleh publik, orang-orang yang akan dipimpinnya. Kepercayaan publik adalah hal penting yang harus dicapai. Tentu yang dimaksudkan oleh Sudirman Said bukan sekedar kepercayaan publik yang diperoleh melalui cara-cara yang sekedar janji dan harapan palsu. Pemimpin harus mampu menunjukkan dengan baik adanya pertautan antara kebenaran ucapan dan tindakan. Dengan kata lain, integritas menjadi sesuatu yang penting.
ADVERTISEMENT
Apa pentingnya mampu menghadirkan keteladanan dan integritas seperti ini adalah menjaga kepercayaan rakyat? Jika rakyat tidak lagi memiliki kepercayaan kepada pemimpin, maka kepatuhan mereka kepada pemimpin akan berkurang. Mereka merasa kian tidak perlu untuk mengikuti apapun yang disampaikannya. Bahkan apa yang disampaikannya menjadi tidak penting. Kondisi ini menunjukkan krisis kepemimpinan.
Dalam situasi ini, lukisan dalam puisi ‘Peringatan’ Wijhi Tukul patut direnungkan sebagai bahan koreksi atas pemimpin atau penguasa:
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat sembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Dst..