Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Gamelan dan Niyaga Sebagai Elemen Tak Terpisahkan dalam Seni Pertunjukan Wayang
13 Desember 2023 9:04 WIB
Tulisan dari Anisa Rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wayang dianggap sebagai warisan budaya yang diyakini sudah ada sekitar ±1500 tahun sebelum Masehi. Istilah "wayang" merujuk pada pertunjukan bayangan yang memperlihatkan gambar manusia secara samar, bergerak dengan ciri khas tertentu (Bayu Anggoro, 2018). Dalam pertunjukan wayang melibatkan unsur benda dan manusia sebagai bagian yang integral. Unsur benda dalam pertunjukan wayang mencakup berbagai elemen seperti gamelan, kelir (kain penutup panggung), blencong (lampu minyak), cempala (kentongan), debog (tempat pementasan), kotak wayang, kepyak (topeng), dan gunungan atau krayok (gunungan kayu sebagai simbol alam semesta). Sementara itu, unsur manusia melibatkan peran tokoh seperti dalang (pembawa cerita), waranggana (pembantu dalang), niyaga (penabuh gamelan), dan penyimping (penyanyi atau pembantu dalang). Baik unsur benda maupun manusia memiliki nilai filosofis yang dalam dan memberikan kontribusi penting terhadap keseluruhan pertunjukan wayang.
Salah satu unsur benda dalam pewayangan yaitu gamelan. Gamelan sendiri adalah sekumpulan alat musik yang mencakup metalofon, gambang, gendang, dan gong sebagai instrumen utama (Eko Setiawan: 2020). Asal usul kata "gamelan" berasal dari bahasa Jawa, yaitu "gamel" yang artinya memukul atau menabuh. Setiap alat musik dalam gamelan memiliki peran yang unik, menciptakan lapisan bunyi yang kaya dan menyatu dengan elemen pertunjukan lainnya.
ADVERTISEMENT
Melalui permainan gamelan yang terkoordinasi, suasana dan emosi cerita dalam wayang kulit dapat diperkuat, menciptakan pengalaman yang lebih mendalam bagi penonton. Gamelan melibatkan seorang penabuh yang disebut niyaga, yang memiliki tugas khusus dalam menyajikan musik tersebut. Kata "niyaga" atau "yaga" berasal dari kata "wiyaga" yang memiliki arti semedi atau meditasi.
Niyaga, sebagai penabuh gamelan memainkan peran penting dalam mengatur ritme, dinamika, dan nuansa musikal. Dengan keterampilan dan pemahaman mendalam terhadap musik dan pertunjukan, niyaga menciptakan keselarasan antara gamelan dan pementasan, menjadikan musik sebagai pendukung utama dalam menggambarkan cerita dan suasana dalam wayang kulit dan tari.
Dengan demikian, gamelan dan niyaga menjadi elemen tak terpisahkan dalam tradisi seni pertunjukan Indonesia, menciptakan pengalaman seni yang unik dan berkesan bagi penonton. Niyaga juga harus memiliki kemampuan khusus dalam memainkan lagu (gendhing) sesuai dengan arahan dalang, yang seringkali bersifat non-verbal. Ini menuntut intuisi yang tajam karena tidak ada notasi musik yang tersedia, dan niyaga harus menghapal banyak gendhing untuk disajikan dengan baik. Dalam pertunjukan wayang, niyaga selalu berpakaian resmi dengan busana tradisional seperti baju beskap, kain jarit, dan blankon (ikat kepala dari batik). Hal ini menunjukkan keseriusan dan penghormatan terhadap tradisi dalam seni pertunjukan wayang.
ADVERTISEMENT