'DOPE' - BTS, Refleksi Kerasnya Kehidupan Sosial bagi Generasi Muda di Korsel

Anisah Nabilah
Pol-Sci Student in University of Indonesia
Konten dari Pengguna
12 Mei 2022 12:05 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anisah Nabilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Boyband asal Korea Selatan BTS Foto: Twitter/@bts_bighit
zoom-in-whitePerbesar
Boyband asal Korea Selatan BTS Foto: Twitter/@bts_bighit
ADVERTISEMENT
Korea Selatan saat ini menjadi salah satu negara maju yang ada di dunia dengan perkembangan yang pesat dalam perekonomiannya. Namun, berdasarkan laporan tingkat kebahagiaan dunia milik SDSN (Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan) dengan menggunakan data tahun 2018-2020, Korea Selatan menempati posisi ke-35 dari total 37 negara anggota OECD (Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi). Hal tersebut menunjukkan kondisi yang dihadapi oleh masyarakat Korea Selatan yang kontras dengan gemerlap kemajuan negara yang saat ini dikenal dengan budayanya yang mendunia.
ADVERTISEMENT
Kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat Korea Selatan baik dari segi ekonomi, sosial, hingga psikologis sejalan dengan bergantungnya negara tersebut terhadap sumber daya manusianya. Sebagai negara yang sadar akan minimnya sumber daya alam, masyarakat Korea Selatan lah yang menjadi tumpuan kehidupan negara untuk terus berjalan. Mereka dituntut untuk terus produktif dan kompetitif agar Korea Selatan dapat terus maju dan berkembang.
Tidak hanya itu, tekanan yang dirasakan masyarakat pun semakin besar dengan tingginya biaya hidup yang harus dikeluarkan. Gaji yang tidak seberapa dengan pengeluaran yang sangat besar membuat masyarakat Korea Selatan dituntut untuk memenuhi kebutuhannya lebih keras lagi.
Kondisi tersebut turut berdampak kepada sistem pendidikan di Korea Selatan yang dinilai memberatkan para pelajar. Hal ini mengacu kepada jam belajar yang panjang yakni kurang lebih 14 jam dalam sehari termasuk belajar tambahan atau kursus serta hari libur yang digunakan untuk menghabiskan waktu di perpustakaan. Pandangan bahwa pendidikan menjadi satu-satunya kunci kesuksesan membuat persaingan antar pelajar semakin ketat, utamanya dalam memperoleh sekolah maupun universitas bergengsi (baca: SKY yaitu Seoul, Korea, dan Yonsei University) membuat para pelajar dituntut menghabiskan waktunya untuk belajar dan mempersiapkan diri untuk ujian.
ADVERTISEMENT
Keadaan diperparah dengan tekanan pola asuh orang tua yang sangat disiplin akibat pandangan yang dikonstruksikan. Akibatnya, banyak dari pelajar yang depresi dan tidak sedikit yang memilih untuk menempuh pendidikan di luar Korea Selatan atau justru memilih untuk mengakhiri hidupnya. Berdasarkan laporan OECD Health Statistics 2021 menunjukkan bahwa Korea Selatan menempati posisi nomor satu negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi diantara negara-negara anggota OECD.
Biaya hidup yang besar, kompetisi antar individu yang sangat ketat, pandangan-pandangan yang dikonstruksikan terkait kesuksesan pada akhirnya justru membawa keresahan pada generasi muda di Korea Selatan yang merujuk kepada orang-orang yang berada di rentang usia 20 - 40 tahun atau generasi milenial dan z. Kondisi ini kemudian dituangkan oleh BTS yang merupakan salah satu boy group asal Korea Selatan yang merepresentasikan generasi muda di negaranya juga para penggemar dari negara-negara lain.
ADVERTISEMENT
Dalam lagunya yang berjudul Dope, BTS berupaya merefleksikan kekhawatiran generasi muda akan tekanan yang terus berkembang dalam kehidupan sosial di Korea Selatan. Pada bagian rap dari RM disebutkan "Samposedae? Ohposedae?" yang mana kedua kata tersebut merujuk kepada istilah yang berkembang di Korea Selatan akibat tekanan yang dijelaskan sebelumnya.
Samposedae merupakan istilah yang berarti three giving-up generations. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan generasi yang menyerah terhadap tiga hal yakni pacaran, pernikahan, dan memiliki anak. Mengapa menyerah terhadap tiga hal tersebut? Karena tuntutan dan tekanan kehidupan sosial sebelumnya membuat generasi muda Korea Selatan saat ini atau milenial-z memandang bahwa hidup sendiri lebih baik dan lebih ringan. Sebab, jika berkencan atau menjalin hubungan asmara, menikah, dan memiliki anak, pertimbangannya adalah masalah perekonomian atau keuangan yang belum tentu dapat ditutup.
ADVERTISEMENT
Seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam menjalin hubungan dan memiliki anak dapat dikategorikan sangat mahal. Melalui street interview yang dilakukan oleh kanal youtube Asian Boss kepada masyarakat Korea Selatan dengan rentang usia 20 hingga 40 tahun pada 2019 lalu menunjukkan bahwa banyak dari mereka yang mengatakan tidak ingin menikah. Beberapa dari mereka menyampaikan bahwa meskipun mereka telah bekerja, tetapi masih merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai seorang individu.
Terdapat pandangan bahwa bagi mereka yang menikah setidaknya harus memiliki satu anak yang mana tidak ada cukup biaya untuk membesarkannya. Tidak hanya soal menikah, mereka pun berpendapat bahwa jika ingin pergi berkencan atau berpacaran, tentu biaya yang harus dikeluarkan pun tidak sedikit. Oleh karena itu, biaya hidup yang mahal membuat generasi muda atau milenial - z di Korea Selatan berpikir untuk tidak membangun hubungan dengan orang lain karena berkaitan dengan perjuangan untuk hidup di negaranya atau lebih baik single saja.
ADVERTISEMENT
Tidak sampai disitu, istilah tersebut kemudian turun menjadi “Ohposedae” yang berarti five giving-up generations. Bertambah 2 hal yang dihindari atau generasi muda Korea Selatan menyerah terhadapnya yakni mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan layak serta usaha memiliki tempat tinggal.
Per- 2021, mengacu kepada data statistik Korea Selatan, angka pengangguran dari kelompok muda berusia 15 - 29 tahun melonjak ke angka 27,2% akibat banyaknya masyarakat dalam usia produktif menyerah untuk mencari pekerjaan serta kondisi pandemi yang memperparah keadaan. Hal ini merefleksikan generasi muda yang menyerah dalam memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang layak.
Disamping itu, harga rata-rata apartemen di Seoul mencapai 600.000 dolar atau sama dengan 600 miliar won dan perlu dipahami bahwa harga tersebut baru merupakan harga apartemen bukan sebuah rumah. Hal ini dinilai sangat tidak mungkin bagi generasi muda untuk memperolehnya sebab rata-rata biaya hidup yang perlu dikeluarkan oleh masyarakat Korea Selatan sendiri adalah sebesar 990.000 - 1,5 juta won setiap bulan termasuk biaya makan, sewa tempat tinggal, asuransi kesehatan, dan lainnya. Hal ini menjadikan sulit bagi masyarakat Korea Selatan untuk memperoleh kepemilikan atas properti seperti rumah. Tidak hanya itu, “Samposedae” dan “Ohposedae” terus berkembang akibat pandangan dari generasi yang lebih tua bahwa generasi muda saat ini merupakan generasi "giving-up" atau tidak memiliki kemauan.
ADVERTISEMENT
RM kemudian melanjutkan bagiannya dengan lirik "why kill us before we can try" yang diinterpretasikan sebagai pertanyaan dari generasi muda kepada generasi tua mengapa pandangan tersebut dilontarkan bahkan saat generasi muda belum berupaya untuk mencoba. Hirarki yang dipertahankan dalam kondisi sosial juga kerap melanggengkan pandangan yang dibangun terhadap generasi selanjutnya. Di sini, BTS mencoba untuk menjelaskan bahwa setiap generasi tentu mengalami pengalaman dan menghadapi hal yang berbeda.
Perkembangan zaman mempengaruhi pola pikir dan tindakan di setiap generasinya. Melalui lagu ini juga BTS mencoba untuk mengajak para generasi muda yakni milenial-z yang direpresentasikan oleh mereka untuk tidak menyerah seperti istilah yang berkembang saat ini. Ajakan tersebut disampaikan agar tidak menyerah dan tetap berpegang pada harapan, meskipun kecil, untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
BTS juga menegaskan bahwa generasi muda saat ini berbeda dengan generasi sebelumnya dan generasi ini terus bekerja keras untuk mimpinya. Selain BTS, kritik terhadap isu-isu yang berkembang dalam kehidupan sosial di Korea Selatan sendiri sudah pernah dan kerap diungkapkan oleh seniman lainnya seperti Yoon Mirae, Epik High, Naeun A-pink, Sulli f(x), Sooyoung Girls Generation, dan lainnya melalui karya maupun tindakan mereka di media sosial. Banyaknya seniman yang turut bersuara terkait isu-isu sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat Korea Selatan melegitimasi eksistensi permasalahan tersebut.
Daftar Pustaka:
CNBC Indonesia. 2022 (2 Maret). Ottoke! Korea No 1 Negara dengan Tingkat Bunuh Diri Tertinggi. Retrieved from https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20220302115902-33-319514/ottoke-korea-no-1-negara-dengan-tingkat-bunuh-diri-tertinggi#:~:text=Dalam%20laporan%20yang%20disampaikan%20Kementerian,adalah%2024%2C7%20pada%202018/.
Feby. Perbedaan Jam Belajar Sekolah di Negara Lain. Retrieved from https://www.gramedia.com/literasi/perbedaan-jam-belajar-sekolah-di-negara-lain/ .
ADVERTISEMENT
KBS World Indonesian. 2021 (19 Mei). Korsel Berada di Peringkat 3 Terbawah dalam Indeks Kebahagiaan. Retrived from https://world.kbs.co.kr/service/news_view.htm?lang=i&Seq_Code=62832.
Korea Chobo. 2018 (18 Februari). Mengulik Tentang Samposedae ‘The Giving Up Generation’. Retrieved from https://kumparan.com/korea-chobo/mengulik-tentang-samposedae-the-giving-up-generation
Lukyani, Lulu. 2020 (2 Juli). Ketika Anak Muda Korea Selatan Enggan Menikah. Retrieved from https://www.unpaders.id/read/2020/07/02/463/ketika-anak-muda-korea-selatan-enggan-menikah.
Lushka, Shifra. (2018). BTS: To All The Youngsters Without Dream. Yogyakarta: Aria Media.
Reuters. 2021 (10 Februari). Tingkat pengangguran Korea Selatan melonjak ke level tertinggi dalam dua dekade. Retrieved from https://internasional.kontan.co.id/news/tingkat-pengangguran-korea-selatan-melonjak-ke-level-tertinggi-dalam-dua-dekade.
Wijayanti, Ratih Ika. 2022 (1 Maret). Intip Besaran Biaya Hidup di Korea Perbulan, Begini Rinciannya!. Retrieved from https://www.idxchannel.com/milenomic/intip-besaran-biaya-hidup-di-korea-per-bulan-begini-rinciannya/5 .
Zuhri, Sepudin. 2014 (4 November). Tingkat Kebahagiaan Anak-Anak di Korea Selatan Paling Rendah. Retrieved from https://lifestyle.bisnis.com/read/20141104/236/270366/tingkat-kebahagiaan-anak-anak-di-korea-selatan-paling-rendah
ADVERTISEMENT
.