Beauty and the Beast: Indah, Magical, dan Penuh Musik

17 Maret 2017 13:29 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Adegan dansa di film Beauty and the Beast (Foto: Youtube Disney Movie Trailers)
zoom-in-whitePerbesar
Adegan dansa di film Beauty and the Beast (Foto: Youtube Disney Movie Trailers)
Akhirnya, film live action 'Beauty and the Beast' dirilis serentak di Indonesia hari ini (17/3).
ADVERTISEMENT
Nostalgia adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan kamu yang telah menonton film ini. Di awal film, mata penonton sudah dimanjakan dengan aksi dansa orang-orang berbusana kerajaan. Dan Stevens yang memerankan sosok Beast masih menjadi manusia, hingga seorang penyihir datang dan ditolak mentah-mentah olehnya.
Beast pun dikutuk menjadi sosok monster buruk rupa. Para penghuni istana juga menerima kutukkan tersebut dan berubah menjadi beberapa perabotan. Setelahnya, film dilanjutkan dengan penampilan Emma Watson sebagai Belle yang menyanyikan lagu berjudul namanya, sama seperti film animasinya yang rilis tahun 1991. Belle bernyanyi diiringi suara merdu para penduduk desanya.
Namun, lagu 'Belle' ini diubah liriknya. Kali ini, lagu tersebut menceritakan tentang Belle yang dianggap aneh oleh penduduk desa karena kecintaannya pada buku dan jarang bergaul. Selebihnya, lagu yang diselipkan dengan beberapa kata dari bahasa Prancis itu memiliki makna yang sama dengan film terdahulunya.
ADVERTISEMENT
Desa kecil tempat Belle tinggal digambarkan dengan sangat apik. Desa yang sibuk, namun hangat. Tapi, tidak bagi Belle. Para penduduk desa juga kerap mem-bully dirinya atas hal-hal aneh yang ia lakukan, seperti mencuci baju dengan bantuan seekor keledai. Ia juga mengajari anak-anak di desa tersebut membaca. Lagi-lagi, ia dianggap aneh.
Ayah Belle, Maurice, adalah seorang pengrajin kotak musik. Ia pun meninggalkan Belle untuk pergi ke kota, seperti yang ia biasa lakukan. Untuk ke sekian kalinya, Belle minta dibawakan bunga mawar dari kota.
Malam pun tiba. Celakanya, Maurice dan kuda putihnya, Phillipe, tersesat di hutan. Tiba-tiba, area sekitarnya menjadi bersalju. Padahal, masih bulan Juli. Sekelompok serigala pun muncul dan mengejar Maurice. Sambil menunggangi Phillipe, ia melarikan diri hingga tiba di sebuah istana yang suram. Dan, ceritanya sebenarnya pun bermula di sana.
ADVERTISEMENT
'Beauty and the Beast' kali ini dikemas berbeda, tetapi tidak melenceng dari nafasnya. Versi live action ini menghadirkan beberapa karakter baru seperti Plumette (Gugu Mbatha-Raw), kemoceng sekaligus kekasih Lumière, Madame de Garderobe (Audra McDonald) si lemari, dan Maestro Cadenza (Stanley Tucci) si grand piano.
Para perabot seperti Cogsworth (Ian McKellen) si jam antik, Lumière (Ewan McGregor) si tempat lilin, Mrs. Potts (Emma Thompson) si teko, dan Chip (Nathan Mack) si cangkir pun kembali ditampil. Terlihat klasik dan antik, mereka adalah 4 karakter penting dalam film 'Beauty and the Beast'.
Yang menarik, duo Gaston (Luke Evans) dan LeFou (Josh Gad). Gaston adalah pemuda tampan bertubuh besar nan angkuh yang ingin menikahi Belle. Sadar akan dirinya yang digilai wanita, Gaston adalah sosok yang sangat percaya diri akan ketampanannya. LeFou adalah asisten Gaston sekaligus bayangannya. Ia terus mengikuti Gaston kemana pun ia pergi. Ya, keduanya berakting dengan apik dan klop pada film ini.
ADVERTISEMENT
Lalu, salah satu pemeran utamanya, Beast yang diperankan oleh Dan Stevens. Beast terlihat seperti karakter animasinya; bertubuh besar, berbulu cokelat, dan bertanduk. Sikapnya yang kasar pada semua orang termasuk Belle adalah ciri khasnya.
Belle yang diperankan Emma Watson, diceritakan sebagai sosok yang pemberani, mandiri, dan baik hati. Meski begitu, sisi femininnya tetap terlihat, membuatnya tampil penuh pesona. Pakaian yang dikenakannya juga mirip dengan versi animasinya. Hanya saja, diberi sentuhan sedikit untuk membuat lebih cocok di tubuh Watson.
Belle dan Maurice dalam film Beauty and the Beast. (Foto: Disney Enterprises)
zoom-in-whitePerbesar
Belle dan Maurice dalam film Beauty and the Beast. (Foto: Disney Enterprises)
Secara visual, seluruh adegan terekam dengan apik. Warna dan suasana tiap adegan terasa hidup, belum lagi adegan Belle ketika ia tinggal di istana yang megah nan suram. Diusung warna emas dan merah, istana tersebut mengingatkan kita pada istana di film animasinya terdahulu.
ADVERTISEMENT
Musik tidak lepas dari flm berdurasi 2 jam 9 menit itu. Hampir seluruh adegan kaya akan musik yang beragam, mulai dari instrumentasi orkestra hingga nyanyian yang keluar dari mulut para pemain. Kesan pertama seperti menyaksikan film 'La La Land'. Tapi tentu saja, 'Beauty and the Best' sudah lebih dulu terkenal dengan tema musikalnya, begitu juga dengan film-film Disney Classics lainnya.
Dan jangan khawatir. Alan Menken yang menangani urusan musik di film animasi 'Beauty and the Beast' kembali diturunkan untuk memperindah musik di film live action ini.
'Beauty and the Beast' benar-benar penuh warna. Megah, mewah, dan menyenangkan adalah tiga kata yang tepat untuk merepresentasikan tiap adegan film tersebut. Favorit kumparan? Tentu ketika Lumière menyanyikan lagu 'Be Our Guest' yang fenomenal. Oh, what a moment!
ADVERTISEMENT
Namun, ada satu yang disayangkan. Watson terlihat sedikit kaku memerankan Belle. Keinginan penonton untuk mendengar sebuah nyanyian indah di lagu 'Belle' kelihatannya harus bertepuk sebelah tangan. Suara Watson tidak memiliki vibra, membuat lagu-lagu yang ia nyanyikan terdengar membosankan dan tidak 'wah'. Ya, ia melakukannya dengan natural dan dengan caranya sendiri.
Tapi, kami yakin Watson terpilih karena sebuah alasan. Sosoknya yang fearless, tidak begitu anggun tapi menawan, dan pembawaannya sebagai seorang wanita yang tegar dan kuat membuatnya terpilih. Ya, Belle adalah salah satu sosok pahlawan wanita di dunia film animasi. Jadi, tidak heran jika ia dipilih Bill Condon, sang sutradara yang pernah membesut film 'Twilight: Breaking Down Part. 1 & 2' dan 'Dreamgirls', serta menulis naskah film 'Chicago'.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan dengan Gaston yang dibawakan Evans dengan apik. Kelewat percaya diri dan berani, Evans menghidupkan karakter Gaston yang sombong, sesuai dengan film animasinya. Kemungkinan, ia menonton film animasi 'Beauty and the Beast' berulang kali demi mempelajari sosok Gaston. Selain itu, Evans juga menyanyikan lagu 'Gaston' dengan suara tenor yang membahana dengan jantan.
Tak hanya itu, adegan gay yang disebut-sebut ada di dalam film ini juga tidak berlebihan. Ya, memang agak menggelikan melihat kedekatan Gaston dan Le Fou. Tapi, adegan manis keduanya tidak sebanyak yang dipikirkan orang-orang. Bisa dibilang, adegan mereka masih aman untuk ditonton anak-anak.
McGregor juga patut dipuji sebagai pengisi suara. Perlu diingat, 'Beauty and the Beast' mengambil latar negara Prancis. Dan McGregor cukup fasih mengucapkan bahasa Prancis, terutama ketika ia bernyanyi.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan akting Dan Stevens sebagai Beast? Suaranya yang besar dan emosinya yang tidak bisa dikontrol dibawakan dengan sangar. Namun, sosok Beast menggunakan Computer-Generated Imagery (CGI). Ya, sulit untuk dinilai karena raut wajah dan pembawaannya bisa diakali dengan teknologi. Mungkin, kita bisa menilainya lewat tayangan behind the scene. Untuk urusan menyanyi, suaranya yang berat cukup menenangkan karena masih terdengar madu.
Dibandingkan film animasi 'Beauty and the Beast' yang hanya berdurasi 1 jam 24 menit, film live action yang satu ini memiliki alur yang cukup cepat. Secara logika, mana mungkin seorang manusia mencintai seekor monster bertanduk dalam waktu singkat? Kembali lagi, ini hanyalah fiksi. Dan sesuai dengan kisah terdahulunya, tetap terasa manis.
ADVERTISEMENT
Adegan film Beauty and the Beast (Foto: Disney Enterprises)
zoom-in-whitePerbesar
Adegan film Beauty and the Beast (Foto: Disney Enterprises)
Hal menarik lainnya, 'Beauty and the Beast' juga menghadirkan beberapa adegan yang tidak ada pada film sebelumya. Adegan tersebut bisa dibilang magical, karena selain menakjubkan, adegan tersebut mengungkap rahasia keluarga Belle.
Dari seluruh kekurangan yang ada dalam film 'Beauty and the Beast', kerinduan film tersebut mengalahkan segalanya. 'Beauty and the Best' memukau dari segi visual, audio, dan jalan cerita klasiknya yang berpesan akan betapa mudahnya jatuh cinta. Sosok monster juga belum tentu jahat, hanya jika kamu mampu menyentuh sisi lain hatinya dengan pendekatan khusus.
Bagi penggemar berat, kamu mungkin akan menitikkan air mata kala menonton film ini. Kemasannya yang megah, mewah, antik, dan bersahabat menjadikan film ini sebagai film keluarga yang menghadirkan banyak value bagi mereka yang memiliki anak perempuan. Keindahan cerita klasik dan nostalgia masa lalu adalah dua senjata utama 'Beauty and the Beast'.
ADVERTISEMENT