Chris Cornell 'Audioslave' Bunuh Diri karena Overdosis Obat

19 Mei 2017 19:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Chris Cornell (Foto: REUTERS/Danny Moloshok)
Kematian Chris Cornell pada Rabu lalu (17/5) masih menyimpan misteri. Penyanyi berusia 52 tahun tersebut diduga bunuh diri di MGM Grand Detroit Hotel usai penampilannya bersama Soundgarden di Detroit, Amerika Serikat. Tapi, sosok sepertinya kelihatannya tidak mungkin bunuh diri tanpa alasan.
ADVERTISEMENT
Pada Jumat (19/5), keluarga vokalis Audioslave itu memberikan pernyataan terkait dugaan gantung diri yang dilakukannya. Dan pernyataan tersebut menghadirkan pertanyaan baru; apakah Chris Cornell bunuh diri akibat pengaruh narkoba?
"Tanpa hasil tes toksikologi, kami tidak tahu apa yang terjadi dengan Chris," terang Kirk Pasich, pengacara keluarga Cornell seperti dilansir The Wrap.
Pasich melanjutkan, Cornell adalah pecandu narkoba yang baru sembuh dari ketergantungannya itu.
"Chris mendapat resep untuk Ativan dari dokternya. Mungkin, ia terlalu banyak mengonsumsi Ativan dari dosis yang dianjurkan. Keluarganya percaya bahwa Chris benar-benar bunuh diri karena dia tidak tahu apa yang ia lakukan. Obat-obatan atau zat-zat lain yang ia miliki (berdasarkan resep dokter) mungkin mempengaruhi tindakannya," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Pasich menambahkan, beberapa literatur medis menunjukkan bahwa Ativan dapat menyebabkan paranoid, memiliki keinginan untuk bunuh diri, pengucapan yang kurang jelas, dan gangguan pikiran.
Baca Juga:
Ativan adalah obat yang mengandung lorazepam dan masuk ke dalam golongan benzodiazepin. Ativan berfungsi untuk mempengaruhi zat kimia yang ada di dalam otak yang menyebabkan kecemasan. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter untuk membantu pengelolaan gangguan kecemasan yang terkait dengan gejala depresi,hingga ketegangan yang berhubungan dengan stres yang dialami penggunanya.
Selain itu, Ativan juga bisa menimbulkan halusinasi yang membuat penggunanya tersugesti untuk bunuh diri.
ADVERTISEMENT
"Kematian Chris adalah sebuah kehilangan yang besar dan menciptakan kekosongan di hati saya. Kekosongan itu tidak akan pernah terisi. Chris adalah sosok ayah dan suami yang setia. Dia adalah sahabatku. Ia adalah sosok yang mementingkan keluarga. Yang kedua, adalah musiknya. Saat Hari Ibu saja, dia rela pulang ke rumah untuk menghabiskan waktu bersama keluarga kami," ungkapnya.
Chris Cornell dan Vicky Karayiannis (Foto: Twitter/@chriscornell)
Selain itu, Vicky mengaku bahwa ia dan Cornell sempat berdiskusi untuk berlibur bersama sebelum konser terakhirnya itu.
"Kami sempat bicara sebelum konsernya. Kami mendiskusikan rencana liburan kami saat Memorial Day (yang jatuh pada 29 Mei) dan hal lain yang ingin kami lakukan. Saat kami bicara lagi setelah konsernya selesai, aku sadar ada yang berbeda," akunya.
ADVERTISEMENT
"Apa yang dia katakan tidak jelas dan dia jadi terdengar berbeda. Dia sempat bilang kalau dia akan mengonsumsi Ativan lagi. Jadi, aku telepon petugas keamanan hotel dan meminta mereka untuk mengecek keadaan Chris," terangnya dengan sedih.
Dengan perasaan campur aduk, ibu dua anak itu berharap laporan hasil autopsi mendiang suaminya akan memberikan informasi lebih lengkap.
"Saya harap, laporan medis lebih akan memberikan rincian tambahan (soal kematian Cornell). Saya tahu, dia begitu mencintai anak-anak kami dan dia tidak akan menyakiti mereka dengan sengaja, seperti membiarkan mereka menjalani hidup mereka sendiri seperti sekarang," kata Vicky.
Akhir kata, Vicky berterima kasih atas doa dan semangat para penggemar yang ditujukan padanya dan keluarganya.
ADVERTISEMENT
"Cinta dan dukungan dari penggemar, teman, dan keluarga sangat berarti untuk kami. Terima kasih untuk itu dan terima kasih untuk mau mengerti betapa sulitnya keadaan ini," tutupnya.
Chris Cornell meninggal dunia usai tampil di hadapan 5.200 penonton bersama Soundgarden di Fox Theater, Detroit, Michigan, Amerika Serikat. Ia mengembuskan napas terakhirnya di usia 52 tahun dan meninggalkan seorang istri serta 3 orang anak.