Taiwanesse Castella Cake, Kue Khas Nagasaki yang Populer di Taiwan

anitaningrum
Pengkaji Bahasa dan Sastra @ Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud
Konten dari Pengguna
10 Agustus 2021 14:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari anitaningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sarah Yin, salah satu pengajar dalam kursus singkat yang saya ikuti di Taiwan, kerap membawakan kami berbagai panganan setiap kali mengajar. Selain bermaksud mengenalkan kudapan khas Taiwan kepada kami, saya rasa ia juga kasihan melihat tampang kami yang menyiratkan kedinginan dan kelaparan setiap kelas pagi. Kelas pagi memang penuh dilema. Bangun pagi-pagi, kedinginan. Bangun siang mepet jam kelas, kelaparan karena tidak sempat sarapan.
ADVERTISEMENT
Suatu kali, Sarah membawakan kami castella cake yang masih hangat. Sambil bercerita bahwa ia menemukan kedai penjual kue ini di dekat Stasiun Zhongli. Ia bilang kue ini populer di Taiwan.
Suatu hari, karena belum puas mencicipi castella cake yang dibawa Sarah dan ingin tahu rasa cokelatnya, saya menyengaja mampir ke kedai itu. Aroma dan asap yang mengepul dari kue yang baru dikeluarkan dari oven betul-betul menggugah selera.
Castella cake sendiri, berdasarkan beberapa tulisan yang saya baca, sebetulnya adalah kue khas dari Nagasaki. Kasutera, begitu orang Jepang menyebutnya, katanya berasal dari Spanyol. Orang Portugislah yang mememperkenalkannya kepada bangsa Jepang pada abad ke-16. Namanya konon diambil dari bahasa Portugis, Pao de Castella, roti dari daerah Castilla. Kalau kemudian begitu populer di Taiwan mungkin karena memang Jepang meninggalkan pengaruh cukup kuat pada budaya Taiwan. Selain karena posisinya yang dekat, Taiwan juga pernah diduduki Jepang.
castella cake yang dijual di Shilin Night Marker, Taipei (source: YouTube Lototo Trips)
Sekembalinya ke Indonesia, saya kadang merindukan kudapan-kudapan yang pernah saya makan selama di Taiwan. Salah satunya kue ini. Faktor pendukungnya adalah karena saya tidak pernah menemukan kue ini dijual di Indonesia. Saya juga selalu penasaran, apa beda panganan ini dan itu yang kelihatannya sama tapi berbeda nama di beberapa tempat. Termasuk kue ini. Apa bedanya dengan bolu kebanyakan yang sering saya temukan di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Cukup lama berselancar resep dan mengumpulkan keberanian untuk mencoba, akhirnya beberapa hari lalu saya coba praktikkan salah satu resep yang menurut saya paling mudah diikuti.
Bukan karena apa-apa. Terus terang saya sering gentar melihat jumlah telur yang digunakan dalam resep. Kalau gagal, alamak, meski kuenya akan tetap bisa dimakan (paling bantat gitu kan ya), rasanya akan lebih baik dibuat telur dadar saja. Kenyang dimakan pakai nasi.
Saya berusaha mengikuti persis langkah demi langkah dalam resep untuk hasil yang serupa. Sebagai amatir, saya punya prinsip untuk menjadi pengikut saja dalam hal membuat kue.
Saya sudah lupa bagaimana rasa castella cake di Zhongli itu. Saya juga tidak punya ilmu per-baking-an yang cukup untuk bisa menganalisis mengapa kasutera buatan saya tidak menul-menul mulus seperti contoh melainkan keriput meskipun juga tidak amblas padahal saya yakin sudah mengikuti tahap demi tahap dengan baik.
Voila!
Namun, saya cukup paham untuk mengelompokkan kue ini ke dalam geng sponge cake alih-alih butter cake apalagi cheese cake. Resep asli kue ini memang sama sekali tidak menggunakan segala jenis keju. Jadi jangan harap ada rasa keju di dalamnya. Bahkan kita bisa mengganti mentega yang muncul dalam beberapa resep dengan minyak nabati (saya menggunakan resep yang menggunakan minyak) demi hasil akhir yang katanya lebih tahan lama lembutnya. Faktor kue ini menjadi diminati di Jepang justru adalah karena bahan-bahannya mudah ditemukan dan tidak mahal. Mungkin itu juga menjadi faktor kepopulerannya sebagai jajanan pasar di Taiwan.
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun bentuknya, saya cukup senang dengan hasilnya meski tahu perlu banyak berlatih lagi.
Apalagi ketika anak kedua saya mengacungkan jempolnya kepada saya sambil mengangguk-angguk puas, "Zora suka! Enak!"
Juga ketika sebelumnya si sulung tertawa-tawa bersama kedua adiknya sambil menepuk-nepuk kue ini, "Jiggly, jiggly..."
Ada yang tak sabar menunggu kue ini selesai difoto.
Syukurlah.
Ah, iya, saya menggunakan resep ini.