Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Peran Serta Organisasi dalam Meningkatakan Jiwa Kepemimpinan dalam Karakter Mahasiswa
8 Maret 2017 11:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Anju Nofarof Hasudungan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan karakter
manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya
karakter manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut,
pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan
sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa
yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, salah satunya dengan
pendidikan berkarakter.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan (leadership) adalah bagian dari sebuah
karakter/kepribadian, dan manusia telah diberikan wewenang untuk
memimpin, bahkan menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia
dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan (khalifah) adalah
suatu proses yang memberi arti pada kerjasama dan dihasilkan dengan
kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990,
281). Tetapi, dalam konteks ini, penulis berusaha untuk
mengkorelasikan antara kepemimpinan dengan proses perkembangan dan
pertumbuhan pendidikan berkarakter (caracter building). Sehingga,
karya tulis ini menjadi lebih komprehensif dan memilki analisis yang
mendetail.
Dewasa ini, setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai
petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar
jumlahnya serta kompleks persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan
relevansi dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada
setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut
tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan
tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan
pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen
pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk
menjadi seorang pemimpin (Leadership).
Guna menyikapi tantangan globalisasi yang ditandai dengan adanya
kompetisi global yang sangat ketat dan tajam, di beberapa negara telah
berupaya untuk melakukan revitalisasi pendidikan. Revitalisasi ini
termasuk pula dalam hal perubahan paradigma kepemimpinan pendidikan,
terutama dalam hal pola hubungan atasan-bawahan, yang semula bersifat
hierarkis-komando menuju ke arah kemitraan bersama. Pada hubungan
atasan-bawahan yang bersifat hierarkis-komando, seringkali menempatkan
bawahan sebagai objek tanpa daya. Pemaksaan kehendak dan pragmatis
merupakan sikap dan perilaku yang kerap kali mewarnai kepemimpinan
komando-birokratik-hierarkis, yang pada akhirnya hal ini berakibat
fatal terhadap terbelenggunya sikap inovatif dan kreatif dari setiap
bawahan. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, mereka cenderung
bersikap a priori dan bertindak hanya atas dasar perintah sang
pemimpin semata. Dengan kondisi demikian, pada akhirnya akan sulit
dicapai kinerja yang unggul.
Dalam, konteks “ pendidikan berkarakter, (caracter building)., peran
serta dari seorang pemimpin sangat esensial, terutama dalam memanage,
mengkordinasi, serta fungsi-fungsi manajemen lainnya. Munculnya
gagasan program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di
Indonesia, bisa dimaklumi, sebab selama ini dirasakan, proses
pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia Indonesia yang
berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal
membangun karakter. Banyak lulusanS sekolah dan sarjana yang piawai
dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya lemah,
penakut, dan perilakunya tidak terpuji.
Bahkan, bisa dikatakan, dunia Pendidikan di Indonesia kini sedang
memasuki masa-masa yang sangat pelik. Kucuran anggaran pendidikan yang
sangat besar disertai berbagai program terobosan sepertinya belum
mampu memecahkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan, yakni
bagaimana mencetak alumni pendidikan yang unggul, yang beriman,
bertaqwa, profesional, dan berkarakter. Dr. Ratna Megawangi, dalam
bukunya, Semua Berakar Pada Karakter (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI,
2007), mencontohkan, bagaimana kesuksesan Cina dalam menerapkan
pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya, pendidikan
karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good,
loving the good, and acting the good. Yakni, suatu proses pendidikan
yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga akhlak
mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands.
ADVERTISEMENT
B. PEMBAHASAAN
Sistem kepemimpinan yang ideal dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan pendidikan berkarakter (caracter building). adalah dengan
memperkaya dimensi moralitas dan norma pada aktivitas serta implikasi
dari penerapan moralitas dan norma, sehingga memberikan landasan yang
ideal, kokoh dan dinamis dalam menghadapi perubahan social.”
Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada
bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan
untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan
ketakutan, terutama dalam merubah sistem yang tidak efektif.
Peningkatan diri dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap sangat
dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena
seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual,
tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ). Di tengah rupa-rupa perubahan
yang terus terjadi saat ini dengan segala dampak yang ditimbulkannya,
menghadirkan pendidikan yang berkarakter adalah pilihan mutlak.
. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
kini semakin disadari, sukses suatu bangsa amat ditentukan oleh
pembentukan karakter bangsa itu. Oleh karena itu, keberadaan
pendidikan yang utuh yang mampu melahirkan manusia-manusia berkarakter
yang siap menjadi Generasi penerus bangsa dan tujuan pendidikan
nasional tertuang dalam Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab II
Pasal 3 yaitu : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Secara yuridis bunyi UU tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan kita
harus memiliki karakter positif yang kuat, artinya praktik pendidikan
tidak semata berorientasi pada aspek kognitif, melainkan secara
terpadu menyangkut tiga dimensi taksonomi pendidikan, yakni: kognitif
(aspek intelektual : pengetahuan, pengertian, keterampilan berfikir),
afektif (aspek perasaan dan emosi: minat, sikap, apresiasi, cara
penyesuaian diri), dan psikomotor (aspek keterampilan motorik), serta
berbasis pada karakter positif dengan berbagai indikator.
Seorang pemimpin sejati adalah pribadi yang berkarakter. Agar
terbentuk pribadi yang berkarakter, maka sejak dini anak mesti dilatih
untuk hidup tertib, menghargai hak orang lain, sabar, disiplin diri,
kejujuran, tanggung jawab, peduli, setia pada komitmen, dan menentukan
prioritas hidup. Untuk menjadi manusia yang berkarakter, mengutip
Ratna Megawangi, ada tiga unsur mutlak yang mesti ada dalam pendidikan
karakter.
v knowing the good, maksudnya anak tidak hanya tahu tentang hal-hal
yang baik, tapi mereka harus paham mengapa melakukan hal itu.
v feeling the good, maksudnya membangkitkan rasa cinta anak untuk
melakukan hal yang baik. Anak dilatih untuk merasakan efek dari
perbuatan baik yang dilakukan.
v acting the good, maksudnya, anak dilatih untuk berbuat mulia,
berbuat sesuatu yang baik itu harus dilatih.
Ketiga hal itu harus dilatihkan secara terus-menerus dan berkelanjutan
hingga menjadi kebiasaan. Setelah menjadi kebiasaan, harapannya akan
menjadi karakter, yang akan menentukan nasib (hidup) anak kelak.
Pendidikan yang berkarakter (dan bermutu) akan membawa bangsa ini
berisi insan-insan (manusia) yang berkarakter (dan bermutu) pula.
Itulah sebabnya, mengedepankan pendidikan berkarakter menjadi urgen.
Fungsi pendidikan sebagai seleksi kepemimpinan yang berkarakter ini
merupakan peradaban yang sudah lama berjalan. Seperti dalam negara
idealnya Plato (Henry J.Schamndt:2002) seorang pemimpin harus menempuh
berbagai jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan persiapan pada usia
18 tahun dan dilanjutkan dua tahun untuk pendidikan militer bagi
mereka yang mempunyai kepemimpinan fisik. Bagi mereka yang mempunyai
tingkat intelektual yang mumpuni dan lolos dalam ujian kualifikasi
tertentu dalam dua tingkat pertama akan diterima sebagai calon
pegawai. Selama sepuluh tahun ke depan, kelompok ini menjalani
pendidikan yang lebih keras dan lebih berat tentang matematika.
Memang harus kita sadari bersama bahwa, sampai di usia 66 tahun ini,
sebagai bangsa kita masih belum berhasil melakukan pembangunan
karakter (caracter building). Pada hal pembangunan karakter (caracter
building) sebenarnya unsur terpenting dan fundamental dalam
pembangunan bangsa, terutama dalam hal kepemimpinan. Karut marutnya
pembangunan bangsa sekarang ini salah satu penyebabnya yang paling
fundamental adalah karena kepemimpinan nasional banyak dikendalikan
oleh orang –orang yang gagal membangun karakter.
ADVERTISEMENT
C.KESIMPULAN
Setelah pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
indonesia yang berkarakter sangat diperlukan bagi bangsa ini selain
dapat memajukan pendidikan di indonesia pendidikan berkarakter juga
dapat menurunkan tingkat tawuran yang tarjadi antar pelajar.
Pendidikan berkarakter juga merupakan salah satu sistem yang yang
diperlukan oleh pemerintah untuk dapat menciptakan atau mambuat sebuah
agen-agen perubahan (agen of change) yang nanti akan dapat membawa
perubahan bagi bangsa indonesia kearah bangsa yang mandiri, cerdas,
terampil dan bertanggung jawab. Pendidikan berkarakter juga dapat
membentuk seseoramg menjadi sesorang yang lebih kritis dalam
menghadapi persoalan yang di temui dalam masyarakat maupun dalam
negara. Maka dari itu pemerintah dan pihak Universitas, selama ini
mulai menggencarkan program pendidikan karakter dikalangan pelajar dan
mahasiswa.
Sehingga, tidak dapat di punkiri bahwa pendidikan karakter tenyata
menjadi salah satu kunci untuk memajukan pendidikan di indonesia yang
pada tahun sekarang ini mengalami kemunduran sangat pesat. Selain itu
pendidikan karakter juga dapat digunakan untuk mencetak para pemuda
yang memiliki jiwa seorang satria dan rasa tanggung jawab yang besar
tehadap bangsanya, serta dapat juga digunkan untuk menilai kepribadian
sesorang sebab bila seseorang memliki karakter yang matang, karakter
tersebut akan menjadi identitas bagi sesorang itu dalam menjalani
kehidupannya dan tidak mungkin sesorang itu yang nanti akan dipilih
menjadi agen perubahan bagi bangsa ini dan tidak menutup kemungkinan
menjadi pemimpin bagi bangsa ini. Pendidikan berkarakter memiliki
peranan yang sangat penting bagi perkembangaan bangsa ini, Maka
diharapkan semua pelajar di seluruh indonesia telah memperoleh
pendidikan karakter yang nanti akan sangat berguna bagi kehidupan
pelajar itu dalam memasuki dunia pekerjaan.
Jadi, Pendidikan berkarakter, haruslah diinterprestasikan
secara luas (universal). Kini pendidikan, hanya dibatasi sebagai
schooling. Oleh sebab itu, tanggung jawab pendidikan oleh masyarakat
telah dilimpahkna sepenuhnya, kepada sekolah. Hal ini, menyebabkan
terasingnya pendidikan dari kehidupan nyata dan terlemparnya
masyarakat dari tanggung jawab pendidikan berkarakter (caracter
building).
ADVERTISEMENT
DAFTARPUSTAKA
o Purwanto, Ngalim dan Sutaadji Djojopranoto; Administrasi pendidikan;
Mutiara: Jakarta 1984
o Lamberi, Busro dkk; Pengantar Kepemimpinan Pendidikan; Usaha
Nasional : Surabaya
o Burhanudin; Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan
pendidikan; Bumi Aksara;
Jakarta;1994
o Handout Mata Kuliah Administrasi Pendidikan