Peran Serta Organisasi dalam Meningkatakan Jiwa Kepemimpinan dalam Karakter Mahasiswa

Anju Nofarof Hasudungan
Guru Sejarah SMAN 1 Rupat Penerima Beasiswa LPDP Lulusan Cum Laude Magister Pendidikan Sejarah UNS
Konten dari Pengguna
8 Maret 2017 11:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anju Nofarof Hasudungan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan karakter manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya karakter manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, salah satunya dengan pendidikan berkarakter.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan (leadership) adalah bagian dari sebuah karakter/kepribadian, dan manusia telah diberikan wewenang untuk memimpin, bahkan menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan (khalifah) adalah suatu proses yang memberi arti pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281). Tetapi, dalam konteks ini, penulis berusaha untuk mengkorelasikan antara kepemimpinan dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pendidikan berkarakter (caracter building). Sehingga, karya tulis ini menjadi lebih komprehensif dan memilki analisis yang mendetail. Dewasa ini, setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta kompleks persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevansi dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin (Leadership). Guna menyikapi tantangan globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan tajam, di beberapa negara telah berupaya untuk melakukan revitalisasi pendidikan. Revitalisasi ini termasuk pula dalam hal perubahan paradigma kepemimpinan pendidikan, terutama dalam hal pola hubungan atasan-bawahan, yang semula bersifat hierarkis-komando menuju ke arah kemitraan bersama. Pada hubungan atasan-bawahan yang bersifat hierarkis-komando, seringkali menempatkan bawahan sebagai objek tanpa daya. Pemaksaan kehendak dan pragmatis merupakan sikap dan perilaku yang kerap kali mewarnai kepemimpinan komando-birokratik-hierarkis, yang pada akhirnya hal ini berakibat fatal terhadap terbelenggunya sikap inovatif dan kreatif dari setiap bawahan. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, mereka cenderung bersikap a priori dan bertindak hanya atas dasar perintah sang pemimpin semata. Dengan kondisi demikian, pada akhirnya akan sulit dicapai kinerja yang unggul. Dalam, konteks “ pendidikan berkarakter, (caracter building)., peran serta dari seorang pemimpin sangat esensial, terutama dalam memanage, mengkordinasi, serta fungsi-fungsi manajemen lainnya. Munculnya gagasan program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia, bisa dimaklumi, sebab selama ini dirasakan, proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal membangun karakter. Banyak lulusanS sekolah dan sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya lemah, penakut, dan perilakunya tidak terpuji. Bahkan, bisa dikatakan, dunia Pendidikan di Indonesia kini sedang memasuki masa-masa yang sangat pelik. Kucuran anggaran pendidikan yang sangat besar disertai berbagai program terobosan sepertinya belum mampu memecahkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan, yakni bagaimana mencetak alumni pendidikan yang unggul, yang beriman, bertaqwa, profesional, dan berkarakter. Dr. Ratna Megawangi, dalam bukunya, Semua Berakar Pada Karakter (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2007), mencontohkan, bagaimana kesuksesan Cina dalam menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya, pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good. Yakni, suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands.
ADVERTISEMENT
B. PEMBAHASAAN Sistem kepemimpinan yang ideal dalam proses perkembangan dan pertumbuhan pendidikan berkarakter (caracter building). adalah dengan memperkaya dimensi moralitas dan norma pada aktivitas serta implikasi dari penerapan moralitas dan norma, sehingga memberikan landasan yang ideal, kokoh dan dinamis dalam menghadapi perubahan social.” Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan, terutama dalam merubah sistem yang tidak efektif. Peningkatan diri dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ). Di tengah rupa-rupa perubahan yang terus terjadi saat ini dengan segala dampak yang ditimbulkannya, menghadirkan pendidikan yang berkarakter adalah pilihan mutlak. . Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, kini semakin disadari, sukses suatu bangsa amat ditentukan oleh pembentukan karakter bangsa itu. Oleh karena itu, keberadaan pendidikan yang utuh yang mampu melahirkan manusia-manusia berkarakter yang siap menjadi Generasi penerus bangsa dan tujuan pendidikan nasional tertuang dalam Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Secara yuridis bunyi UU tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan kita harus memiliki karakter positif yang kuat, artinya praktik pendidikan tidak semata berorientasi pada aspek kognitif, melainkan secara terpadu menyangkut tiga dimensi taksonomi pendidikan, yakni: kognitif (aspek intelektual : pengetahuan, pengertian, keterampilan berfikir), afektif (aspek perasaan dan emosi: minat, sikap, apresiasi, cara penyesuaian diri), dan psikomotor (aspek keterampilan motorik), serta berbasis pada karakter positif dengan berbagai indikator. Seorang pemimpin sejati adalah pribadi yang berkarakter. Agar terbentuk pribadi yang berkarakter, maka sejak dini anak mesti dilatih untuk hidup tertib, menghargai hak orang lain, sabar, disiplin diri, kejujuran, tanggung jawab, peduli, setia pada komitmen, dan menentukan prioritas hidup. Untuk menjadi manusia yang berkarakter, mengutip Ratna Megawangi, ada tiga unsur mutlak yang mesti ada dalam pendidikan karakter. v knowing the good, maksudnya anak tidak hanya tahu tentang hal-hal yang baik, tapi mereka harus paham mengapa melakukan hal itu. v feeling the good, maksudnya membangkitkan rasa cinta anak untuk melakukan hal yang baik. Anak dilatih untuk merasakan efek dari perbuatan baik yang dilakukan. v acting the good, maksudnya, anak dilatih untuk berbuat mulia, berbuat sesuatu yang baik itu harus dilatih. Ketiga hal itu harus dilatihkan secara terus-menerus dan berkelanjutan hingga menjadi kebiasaan. Setelah menjadi kebiasaan, harapannya akan menjadi karakter, yang akan menentukan nasib (hidup) anak kelak. Pendidikan yang berkarakter (dan bermutu) akan membawa bangsa ini berisi insan-insan (manusia) yang berkarakter (dan bermutu) pula. Itulah sebabnya, mengedepankan pendidikan berkarakter menjadi urgen. Fungsi pendidikan sebagai seleksi kepemimpinan yang berkarakter ini merupakan peradaban yang sudah lama berjalan. Seperti dalam negara idealnya Plato (Henry J.Schamndt:2002) seorang pemimpin harus menempuh berbagai jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan persiapan pada usia 18 tahun dan dilanjutkan dua tahun untuk pendidikan militer bagi mereka yang mempunyai kepemimpinan fisik. Bagi mereka yang mempunyai tingkat intelektual yang mumpuni dan lolos dalam ujian kualifikasi tertentu dalam dua tingkat pertama akan diterima sebagai calon pegawai. Selama sepuluh tahun ke depan, kelompok ini menjalani pendidikan yang lebih keras dan lebih berat tentang matematika. Memang harus kita sadari bersama bahwa, sampai di usia 66 tahun ini, sebagai bangsa kita masih belum berhasil melakukan pembangunan karakter (caracter building). Pada hal pembangunan karakter (caracter building) sebenarnya unsur terpenting dan fundamental dalam pembangunan bangsa, terutama dalam hal kepemimpinan. Karut marutnya pembangunan bangsa sekarang ini salah satu penyebabnya yang paling fundamental adalah karena kepemimpinan nasional banyak dikendalikan oleh orang –orang yang gagal membangun karakter.
ADVERTISEMENT
C.KESIMPULAN
Setelah pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan indonesia yang berkarakter sangat diperlukan bagi bangsa ini selain dapat memajukan pendidikan di indonesia pendidikan berkarakter juga dapat menurunkan tingkat tawuran yang tarjadi antar pelajar. Pendidikan berkarakter juga merupakan salah satu sistem yang yang diperlukan oleh pemerintah untuk dapat menciptakan atau mambuat sebuah agen-agen perubahan (agen of change) yang nanti akan dapat membawa perubahan bagi bangsa indonesia kearah bangsa yang mandiri, cerdas, terampil dan bertanggung jawab. Pendidikan berkarakter juga dapat membentuk seseoramg menjadi sesorang yang lebih kritis dalam menghadapi persoalan yang di temui dalam masyarakat maupun dalam negara. Maka dari itu pemerintah dan pihak Universitas, selama ini mulai menggencarkan program pendidikan karakter dikalangan pelajar dan mahasiswa. Sehingga, tidak dapat di punkiri bahwa pendidikan karakter tenyata menjadi salah satu kunci untuk memajukan pendidikan di indonesia yang pada tahun sekarang ini mengalami kemunduran sangat pesat. Selain itu pendidikan karakter juga dapat digunakan untuk mencetak para pemuda yang memiliki jiwa seorang satria dan rasa tanggung jawab yang besar tehadap bangsanya, serta dapat juga digunkan untuk menilai kepribadian sesorang sebab bila seseorang memliki karakter yang matang, karakter tersebut akan menjadi identitas bagi sesorang itu dalam menjalani kehidupannya dan tidak mungkin sesorang itu yang nanti akan dipilih menjadi agen perubahan bagi bangsa ini dan tidak menutup kemungkinan menjadi pemimpin bagi bangsa ini. Pendidikan berkarakter memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangaan bangsa ini, Maka diharapkan semua pelajar di seluruh indonesia telah memperoleh pendidikan karakter yang nanti akan sangat berguna bagi kehidupan pelajar itu dalam memasuki dunia pekerjaan. Jadi, Pendidikan berkarakter, haruslah diinterprestasikan secara luas (universal). Kini pendidikan, hanya dibatasi sebagai schooling. Oleh sebab itu, tanggung jawab pendidikan oleh masyarakat telah dilimpahkna sepenuhnya, kepada sekolah. Hal ini, menyebabkan terasingnya pendidikan dari kehidupan nyata dan terlemparnya masyarakat dari tanggung jawab pendidikan berkarakter (caracter building).
ADVERTISEMENT
DAFTARPUSTAKA
o Purwanto, Ngalim dan Sutaadji Djojopranoto; Administrasi pendidikan; Mutiara: Jakarta 1984 o Lamberi, Busro dkk; Pengantar Kepemimpinan Pendidikan; Usaha Nasional : Surabaya o Burhanudin; Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan pendidikan; Bumi Aksara; Jakarta;1994 o Handout Mata Kuliah Administrasi Pendidikan