Konten dari Pengguna

Surat Terbuka untuk Pedagang Es Teh

Teuku Parvinanda
Pengamat Politik, Jurnalis, Praktisi Komunikasi
4 Desember 2024 14:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Teuku Parvinanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi es teh Foto: Flickr/**mog**
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi es teh Foto: Flickr/**mog**
ADVERTISEMENT
Kepada para pedagang es teh, di sudut jalan yang hangat oleh debu dan harapan, di bawah payung yang setia meneduhi impian-impian kecil. KAMI MELIHATMU. KAMI MENDENGARMU.
ADVERTISEMENT
Wahai para pejuang yang mengaduk gula dan air dengan tangan penuh doa, yang membisikkan asa di tengah hiruk-pikuk kota. Hari ini kami menulis untukmu. Bukan sekadar surat, tetapi kesaksian.
Kami tahu, sesederhana apa pun nampan es teh di tanganmu, ia adalah lambang keteguhan. Namun, ada mereka yang duduk di kursi empuk, yang seharusnya paham betapa setiap tetes keringatmu membiayai nafkah mereka. Ada mereka yang bersorak di balik mikrofon, menyebut diri ulama, motivator, penjaga nurani bangsa, tapi lupa menunduk, lupa menatap jalan becek tempat sandalmu terbenam.
Gus Miftah, kami menghormatimu sebagai ulama, sebagai simbol harapan di mata umat. Namun ingatlah, seorang ulama adalah cermin suara rakyat. Bukan hanya mendampingi mereka yang duduk di atas, tetapi mendekap mereka yang terseok di bawah. Apa gunanya jabatan, jika ia tak memberi payung bagi mereka yang terpanggang di jalanan? Apa artinya kata-kata manis, jika diam saat rakyat dianiaya oleh kebijakan yang membebani?
ADVERTISEMENT
Kepada para pejabat yang mengendarai mobil dinas dengan sirine yang menusuk telinga. Sadarkah kalian bahwa setiap liter bensin yang kalian bakar adalah hasil jerih payah segelas es teh? Setiap lampu merah yang kalian terobos adalah keringat para pedagang kecil yang tak bisa lari dari utang? Rakyat menggajimu, dengan kepingan rupiah terkecil yang mereka kumpulkan. Jangan lupa siapa majikanmu, jangan lupa siapa pemberi nafkahmu.
Wahai pedagang es teh, jangan gentar. Kamu adalah nyawa dari ekonomi kecil-kecil yang sesungguhnya besar. Kamu adalah benteng terakhir dari rasa malu. Tetaplah berdiri, meski senyummu diremehkan. Tetaplah melangkah, meski pundakmu terasa berat.
Biarkan mereka tertawa di meja panjang. Biarkan mereka lupa pada janji-janji yang dulu membakar semangat. Kita, rakyat kecil, tetap punya hati. Tetap punya iman, Tuhan Maha Tahu dan Maha Mendengar.
ADVERTISEMENT
Es tehmu adalah bukti bahwa kerja keras tak pernah hina. Dan pada akhirnya, mereka yang mengabaikanmu akan tersungkur oleh kesombongan mereka sendiri.
Salam dari hati yang percaya, bahwa segelas es teh di tangan pedagang kecil lebih berharga daripada segelas air mineral kelas atas di meja pejabat.
Teruslah berjuang, wahai para pemilik mimpi sederhana.
Jika saat itu saya ada di sana, saya akan maju ke depan menggantikanmu. Karena sesungguhnya saya lah yang g*bl*k.
Jakarta, 4 Desember 2024
Teuku Parvinanda Handriawan
-rakyat yang g*bl*k-