Konten dari Pengguna

Menilik Program Penanggulangan Kanker Payudara di Indonesia

Annisa Clarasinta
Public Health Student (UI)
15 Juni 2022 19:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annisa Clarasinta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Breast Cancer. Foto: Tara Winstead/Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Breast Cancer. Foto: Tara Winstead/Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kanker payudara merupakan jenis kanker dengan jumlah kasus baru dan kasus kematian tertinggi pada Wanita baik di Indonesia maupun di dunia (Globocan, 2020). Fakta tersebut sudah seharusnya menjadi alasan dibentuknya Program Penanggulangan Kanker Payudara yang komprehensif dan paripurna.
ADVERTISEMENT
Program penanggulangan kanker payudara berada di bawah naungan Direktorat Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Program tersebut telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2015 sebagai strategi untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker payudara. Program penanggulangan kanker payudara mencakup ketiga level pencegahan, yaitu primer, sekunder, dan tersier.

Pencegahan Primer

Ilustrasi Promosi Kesehatan Payudara. Foto: Klaus Nielsen/Pexels
Kementerian Kesehatan melalui situs resminya pada laman p2ptm.kemkes.go.id telah banyak mengunggah artikel pencegahan dan penanggulangan kanker payudara, salah satunya adalah dengan perilaku CERDIK dan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Di samping itu, Direktorat P2PTM juga tengah giat memperluas jangkauan media promosi baik cetak maupun elektronik, bahkan mereka telah memulai kerja sama dengan perusahaan pakaian dalam untuk mencantumkan pesan-pesan informatif dan edukatif terkait kanker payudara pada produk-produk perusahaan.
ADVERTISEMENT

Pencegahan Sekunder

Ilustrasi Deteksi Dini Kanker Payudara. Foto: Michelle Leman/Pexels
Deteksi dini menjadi program yang paling giat digaungkan pemerintah. Pasalnya, mayoritas kasus baru kanker payudara terdeteksi pada stadium akhir sehingga memengaruhi keberhasilan pengobatan dan besar biaya pengobatan. Sayangnya, upaya deteksi dini atau skrining massal yang dilakukan di Indonesia masih menggunakan metode konvensional, yaitu dengan pemeriksaan klinis payudara (SADANIS) yang keakuratannya lebih rendah bila dibandingkan dengan metode lain seperti mamografi dan USG mammae. Meskipun begitu, masyarakat dapat melakukan SADANIS di fasilitas pelayanan Kesehatan yang ditanggung BPJS.

Pencegahan Tersier

Ilustrasi Pengobatan Kanker Payudara. Foto: Tara Winstead/Pexels
Upaya-upaya kuratif dan rehabilitatif kanker payudara dapat diakses di fasilitas pelayanan Kesehatan. Biaya pengobatannya pun dapat ditanggung oleh BPJS (apabila pasien telah menjadi anggota BPJS), bahkan menurut Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, jenis kanker yang paling banyak diderita dan menyedot biaya pelayanan Kesehatan tertinggi yang dijamin oleh program JKN-KIS adalah kanker payudara dengan biaya yang dapat mencapai Rp1,5 miliar per pasien. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu laksana diagnosis dan pengobatan kanker payudara masih sangat terbatas dan hanya tersebar di kota-kota besar, seperti Jakarta.
Ilustrasi Kanker Payudara. Foto: Olya Kobruseva/Pexels
Kementerian Kesehatan, dalam upaya menanggulangi kanker payudara, tentunya turut dibantu oleh berbagai pihak, salah satunya adalah Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI). Sejak dikukuhkan secara resmi pada tahun 2015, YKPI giat melaksanakan berbagai program penanggulangan kanker payudara, di antaranya
ADVERTISEMENT

Sosialisasi Deteksi Dini

YKPI bekerja sama dengan komunitas perempuan di daerah, sekolah tingkat SMA, perguruan tinggi, Dinas Kesehatan, Sudin Kesehatan setempat, pihak swasta serta media dalam melakukan kegiatan sosialisasi deteksi dini kanker payudara hingga ke pelosok tanah air. SADARI dan SADANIS merupakan metode yang disosialisasikan dalam program ini. YKPI telah berhasil menjangkau 23.000 peserta sosialisasi (sejak tahun 2016 hingga Maret 2020) dan melaksanakan sosialisasi secara daring selama masa pandemi COVID-19.

Unit Mobil Mamografi

Ilustrasi Alat Mamografi. Foto: Elías Alarcón/Pixabay
YKPI mengelola unit mobil mamografi pertama dan satu-satunya di Indonesia dengan sistem analog yang bertujuan untuk melakukan pemeriksaan bagi kelompok perempuan prasejahtera di daerah Jakarta dan sekitarnya. Hingga tahun 2020, YKPI berhasil melakukan pemeriksaan mamografi kepada 14.635 peserta dengan hasil yang didapat yaitu 15,3% (2.241 peserta) dicurigai memiliki tumor jinak dan 1,7% (248 peserta) lainnya dicurigai memiliki tumor ganas pada payudaranya.
ADVERTISEMENT

TOT SADARI

Training of Trainer Periksa Payudara Sendiri (TOT SADARI) merupakan program pelatihan untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara. Sejak tahun 2019, YKPI telah berhasil menghasilkan 510 trainers yang menjadi agen penerus informasi pentingnya SADARI ke berbagai kelompok masyarakat.

Pelatihan Pendamping Pasien Kanker Payudara

Sejak tahun 2015, YKPI telah memberikan pelatihan pendamping pasien kanker payudara bersertifikat TUV Rheinland dan bekerja sama dengan Pusat Rujukan Kanker Nasional RS Kanker Dharmais dan London School of Public Relations (LSPR).

Rumah Singgah

YKPI menyediakan rumah singgah bagi pasien kanker payudara rawat jalan peserta BPJS Kelas III yang beralamat di Jalan Anggrek Nelly Murni No. A38, Slipi, Jakarta Barat 11410 (Telp 021-25972579/mobile 0813-1725-8386). Rumah Singgah ini menjadi fasilitas bagi pasien kanker payudara yang datang dari luar Jakarta untuk mendapat dukungan akomodasi yang nyaman dan mengurangi beban psikologis pasien.
Ilustrasi Breast Cancer Support. Foto: marcojean20/Pixabay
Berdasarkan program-program di atas, kita dapat mengetahui bahwa Pemerintah telah banyak berupaya dan serius dalam menanggulangi kanker payudara. Namun, tentunya upaya-upaya tersebut harus senantiasa ditingkatkan agar masyarakat dapat menikmati pelayanan kanker payudara yang lebih komprehensif dan paripurna. Sebab, salah satu evaluasi penanggulangan kanker payudara ini adalah fasilitas yang kurang memadai dan sulit dijangkau terutama bagi masyarakat daerah di mana fasilitas pelayanan kesehatan setempat belum mampu laksana dalam menanggulangi penyakit kanker payudara.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, dibutuhkan pula dukungan dari berbagai pihak, tidak terkecuali masyarakat itu sendiri untuk ikut mempromosikan program-program penanggulangan kanker payudara ini. Kementerian Kesehatan juga perlu melakukan evaluasi yang menyeluruh terkait keberlangsungan program penanggulangan kanker payudara dengan output yang dicapai. Harapannya program penanggulangan kanker payudara dapat terlaksana dengan lebih efektif dan efisien serta pada akhirnya berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker payudara.