Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kala Menggemari yang Virtual Diterima dan Disukai secara Kultural
6 Juli 2023 13:55 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Annisa Dyah Novia Arianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Oke, Guys. Halo semuanya, selamat datang di stream Hwong Desou! Mari merapat karena Hwong Desou akan menemani waktu gabut kalian selama sejam ke depan, Wadadaw!”
ADVERTISEMENT
VTuber Hwong Desou melambai di depan webcam kesayangannya untuk menyapa penonton setianya di bumi. Meski berasal dari Planet #161669, Hwong kerap menjalin hubungan dengan para manusia lewat live streaming YouTube.
Hwong Desou merupakan seorang pemuda ekstrover asal Planet #161669. Nama tersebut diambil dari jarak planet ke bumi. Planet #161669 sering dipanggil oleh manusia sebagai Planet Neon. Manusia terbagi menjadi dua kubu dalam universe Hwong, yaitu manusia yang tinggal di bumi dan di Planet Neon. Sebagai sosok yang ekstrover, Hwong tidak merasa cocok dengan lingkungan Planet Neon yang penuh teknologi. Suatu hari, Hwong yang sedang bersantai menerima sinyal kuat dari Bumi yang menunjukkan seseorang yang serupa dengannya sedang asyik berbicara di layar. Hwong yang penasaran akhirnya mendapatkan kesempatan untuk terbang ke bumi dan menjadi seorang VTuber.
ADVERTISEMENT
Fenomena VTuber
VTuber atau virtual youtuber merupakan tren baru di antara para pengguna aplikasi YouTube, terutama di kalangan pecinta animasi Jepang atau anime. Sesuai namanya, VTuber merupakan kegiatan seorang pengguna YouTube melakukan kegiatan streaming yang menampilkan avatar digital alih-alih wajah dirinya sendiri. Penggunaan animasi virtual pun menjadi asal-usul nama Virtual YouTuber.
Terhitung pada April 2023, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan populasi VTuber terbanyak di benua Asia. Indonesia setidaknya memiliki lebih dari 500 VTuber, selisih yang sangat jauh dengan peringkat ke-2 yaitu Thailand dengan 90 VTuber. Mayoritas VTuber di Indonesia tersebar di kepulauan Jawa, terutama di Jakarta. Banyak, bukan?
Tidak hanya pelaku VTuber, penggemar VTuber di Indonesia juga jauh lebih banyak dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Data VTuber Asia pada 2023, total subscribers kanal VTuber di Indonesia menyentuh 20 juta pengguna, dengan 158 VTuber memiliki lebih dari 10 ribu subscribers. Jumlah penggemar di Indonesia 5x lipat lebih banyak dibandingkan Thailand.
ADVERTISEMENT
Asal-muasal VTuber
VTuber sendiri merupakan tren asal Jepang yang sudah berkembang sejak 2016. Menurut Dosen Universitas Amikom Purwokerto dan Founder Indonesian IP Digital Content Petualangan Juni Dhanar Intan Surya Saputra, kebanyakan orang mengenal VTuber karena karakternya serupa dengan anime. Maka tak heran, VTuber sering diasosiasikan dengan anime dan wibu (sebutan untuk penggemar hal-hal berbau Jepang).
Meski sudah ada sejak 2016, VTuber belum terlalu terkenal sebelum wabah Covid-19 datang. Dosen Sastra Jepang Paramita Winny Hapsari menjelaskan bahwa hadirnya Covid-19 di tengah-tengah kebiasaan sosialisasi menyebabkan orang-orang harus menjaga jarak satu sama lain. Pada dasarnya, manusia sebagai makhluk sosial tetap membutuhkan interaksi dengan seseorang. Bagi para wibu, menonton anime tidak cukup memenuhi gratifikasi interaksi.
ADVERTISEMENT
“Terkait dengan pandemi Covid-19 kemarin, karena kita ‘kan tidak bisa berkomunikasi secara langsung dengan orang yang nyata, sementara kalau di anime cuma bisa lihat mereka dengan filmnya aja. Nah, ketika ketemu sama tokoh yang sesuai dengan yang mereka idamkan dan bisa berinteraksi, mereka menjadi senang,” ucap Paramita.
Tak disangka, kegemaran audiens terhadap VTuber membangun industri hiburan baru. Semakin banyak orang melihat VTuber sebagai industri yang prospektif, tak terkecuali firma-firma industri hiburan yang akhirnya mendirikan beberapa agensi VTuber seperti Hololive, Maha5, Yume Reality, dan masih banyak lagi. Pemenuhan gratifikasi penonton oleh VTuber menambah keawetan industri Vtubing hingga hari ini.
Hwong Desou dan Ceritanya
Tren VTuber menarik perhatian semua orang, tak terkecuali Hwong Desou atau yang kerap dipanggil Hwong oleh penggemarnya. Hwong merupakan seorang remaja laki-laki asal Planet Neon #161669 yang terlantar di Pulau Jawa bagian timur, Indonesia. Dia mendapatkan namanya karena dia sering bertanya tentang banyak hal. Alhasil, dia disebut seperti "wong ndeso" atau orang desa oleh manusia bumi. Kacamata yang dipakai oleh Hwong Desou tidak bisa menerjemahkan hal tersebut. Alhasil, kata "wong ndeso" terserap menjadi namanya.
ADVERTISEMENT
Kisah di atas tentu fiksi. Kisah tersebut merupakan lore atau kisah fiksi yang melatarbelakangi karakter virtual dalam VTuber. Universe Planet Neon #161669 merupakan lore atau kisah yang dimiliki oleh Hwong Desou sebagai salah satu VTuber di Indonesia. Aslinya, Hwong Desou merupakan salah satu VTuber indi (tanpa agensi) yang cukup ternama di Indonesia dengan lebih dari 1.000 pengikut di Instagram dan 6.000 subscribers di Youtube. Aktif sejak 2021, Hwong rutin melakukan live streaming yang interaktif dengan penggemarnya.
Hwong Desou mulai meniti karirnya di industri VTuber karena terinspirasi salah satu video akun Nihongo Mantappu, sebuah kanal milik Jerome Polin, saat mereka merekam perjalanan di kantor agensi VTuber terbesar di Jepang.
“Awal mulanya itu, saya timbul rasa tertarik setelah menonton salah satu videonya Nihongo Mantappu. Jerome Polin pernah jalan-jalan ke salah satu kantor agensi VTuber yang cukup ternama yaitu Nijisanji. Nah, di situ tuh kayak seru ya bisa jadi karakter yang gerak-gerak, caranya gimana, sih? Akhirnya, saya mulai nanya-nanya ke komunitas VTuber,” jelas Hwong.
ADVERTISEMENT
Meski terlihat mudah, Hwong menjelaskan bahwa proses pembuatan karakter menjadi VTuber tidaklah mudah.
“Aku harus commission atau pesan gambar ke salah satu ilustrator. Nah, avatar ini digerakkan dengan cara drigging,” ucap Hwong sambil menggerakkan avatarnya.
Drigging adalah proses restrukturisasi gambar statis agar dapat bergerak secara dinamis. Proses ilustrasi, drigging, dan produksi video serta live streaming membutuhkan banyak personel tim. Meskipun begitu, sebagai seorang VTuber indi, dia masih mengerjakan semuanya sendiri.
Sebagai VTuber, Hwong aktif melakukan live streaming sembari memanfaatkan kelebihannya di bidang public speaking. Live streaming Hwong diselimuti oleh sesi free talk atau obrolan dengan penggemarnya. Dia menilai bahwa free talk bukan kegiatan yang mudah dilakukan karena memoderasi obrolan secara improvisasi.
ADVERTISEMENT
Selayaknya profesi, VTuber juga memiliki suka duka.
“Kalau sukanya banyak banget, ya. Pertama, kita bisa dapat banyak teman baru dari kalangan VTuber, audiens, atau clipper. Kedua, kita bisa membuka jalan rezeki. Kita juga bisa berekspresi dan berinovasi terutama di bidang konten dan kegiatan VTuber,” ujar Hwong.
Namun, Hwong juga mengatakan bahwa terdapat kesulitan-kesulitan yang tetap hadir. Seperti misalnya, drama-drama antarkomunitas VTuber, penggemar yang melewati batas, dan kecemasan akan menurunnya pelakon VTuber pada 2023.
VTuber sebagai Budaya Populer
Budaya populer atau pop culture merujuk kepada suatu budaya massa yang dikonsumsi publik. Sesuai namanya, budaya pop merupakan hal-hal yang sedang populer, salah satunya adalah VTuber. Menurut Dhanar, VTuber merupakan budaya pop hasil manifestasi dari perkembangan teknologi.
ADVERTISEMENT
“Tidak mudah mengapresiasi kreativitas dengan tempat yang masih terbatas. Akan tetapi, dengan kondisi media semakin banyak saat ini, culture-nya pun semakin beragam,” kata Dhanar.
Meskipun budaya cenderung identik dengan akulturasi alami, nyatanya, budaya pop seringkali merupakan produk dari kesengajaan.
“Tentunya setiap negara pasti punya visi misi, ya. Bagaimana mengenalkan negara sendiri ke dunia. Saya pikir, tentunya pasti ada unsur kesengajaan ketika setiap negara ingin dirinya eksis. Salah satunya ya dengan itu, budaya pop,” ujar Dhanar.
Hal serupa juga dikatakan oleh Paramita bahwa pop culture bisa dibentuk oleh orang-orang yang memiliki kapital (modal). Alhasil, budaya bisa dibentuk dan diarahkan. Budaya pop seringkali dilirik oleh pelaku industri bisnis sebagai ladang uang yang gembur.
ADVERTISEMENT
Budaya pop juga cenderung dinilai masyarakat sebagai suatu hal yang merugikan karena mengikis identitas dan bagian budaya lokal.
“Nah, sisi negatifnya ya tentunya ini. Khawatir bahwa kebudayaan Indonesia justru punah,” kata Dhanar.
Dhanar menyebutkan contoh ironi ketika anak-anak zaman sekarang yang tidak tahu bentuk gamelan, tetapi pusat kebudayaan di Taiwan malah melakukan pagelaran sendratari diiringi gamelan. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda saat ini cenderung terbawa arus budaya pop sehingga budaya asli Indonesia telah luput dari pandangan.
Meninjau dari sisi positif, kedua pakar percaya bahwa akulturasi budaya pop merupakan hal mungkin dilakukan. VTuber sebetulnya mampu menggabungkan antara live streaming VTuber dan konten pendidikan.
“Sebenarnya VTuber ini peluang yang bisa kita kembangkan di berbagai macam sektor, ya. Durasi melihat sosial media itu ‘kan saya pernah baca rata-rata per hari itu lebih dari 8 jam. Artinya, ini menjadi peluang untuk VTuber itu bisa dibawa untuk berbagai macam konten, misalkan di pendidikan,” cetus Dhanar.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama diamini oleh Paramita. Paramita menyebutkan bahwa konten-konten VTuber semestinya tidak hanya berkutat pada free talk, menyanyi, atau bermain gim. Akan tetapi, VTuber dengan keahliannya mampu memberikan manfaat bagi para audiensnya.
“Anak-anak pun bisa kita bekali dengan kemajuan digital ini, misalnya metode baru pembelajaran. Anak-anak itu ‘kan suka sama sesuatu yang bentuknya lucu-lucu gitu. Nah, anak-anak bisa belajar lewat VTuber-VTuber yang misalnya menggunakan avatar berwujud kelinci yang bisa bicara,” ucap Paramita.
Sejatinya, VTuber Tetap Manusia
VTuber merupakan fenomena populer di industri hiburan digital. Penggemar pun menyebar di seluruh dunia lantaran universe VTuber yang beragam, karakter yang menarik, dan interaksi penuh kehangatan. Jeremy, penggemar VTuber, mengungkapkan bahwa VTuber berada di ambang nyata dan tidak nyata.
ADVERTISEMENT
“Menurut saya, VTuber membuat perbedaan di dunia stream. Gak melulu orang di dunia nyata. Kita bisa melihat sesuatu yang berbeda,” ucap Jeremy.
Ian yang juga seorang penggemar VTuber turut beranggapan sama. Ian memandang VTuber sebagai hiburan yang menyenangkan. Namun, dia berpesan untuk pada VTuber supaya menjaga tindak tutur karena masih banyak penonton yang di bawah umur.
“Gue akan terus kerja untuk nyawer VTuber!” seru Ian.
Ariz, penggemar VTuber lain, menguraikan berbagai macam cara yang bisa dilakukan para penggemar untuk mendukung VTuber tanpa terlewat batas.
“Sebagai penggemar VTuber, kita bisa melakukan hal-hal yang paling simpel, kayak subscribe akun YouTube-nya, follow media sosialnya, dan membagikan unggahannya ke orang lain. Kita bisa meramaikan stream mereka (VTuber) dengan aktif berinteraksi. Kalau ada rezeki lebih, kita bisa donasi ke VTuber. Selain itu, kita juga bisa beli official merchandise dari VTuber, seperti acrylic standee,” kata Ariz.
Ariz pun menuturkan bahwa VTuber sejatinya tetap manusia. Para penggemar VTuber sudah selayaknya menghormati batasan-batasan yang ada.
ADVERTISEMENT
“Sebagai penggemar VTuber, kita juga perlu memanusiakan manusia. Kita harus treat mereka secara manusiawi. Mereka butuh istirahat. Mereka punya kehidupan pribadi jadi harus kita hormati. Jangan sakit hati. Pada akhirnya, hubungan yang kita jalani dengan VTuber adalah hubungan parasosial. Gak mungkin dibalas,” pungkas Ariz.
Penulis : Rheinata Yuvian T., Annisa Dyah N. A.
Pewawancara : Novan Gustaf F., Veronica Theresia T. B.
Editor : Annisa Dyah N. A.