Gegar Budaya Melanda Mahasiswa Perantau! Cari Tahu Dampak dan Upaya Mengatasinya

annisa sholehah
saya mahasiswi aktif Universitas Negri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta Program S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam. Saya dikenal sebagai kepribadian yang Kreatif dan aktif
Konten dari Pengguna
8 Desember 2022 15:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari annisa sholehah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa Perantauan. Foto : Annisa Sholehah
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa Perantauan. Foto : Annisa Sholehah
ADVERTISEMENT
Gegar budaya atau culture shock merupakan sebuah fenomena dimana seseorang memberikan reaksi negatif ketika mereka berada di lingkungan dan kebudayaan yang baru (Hayati, 2020). Ketika mengalami gegar budaya seseorang seringkali memberikan respons yang tidak sesuai dengan harapan karena adanya perbedaan cara berkomunikasi hingga perbedaan adat istiadat.
ADVERTISEMENT
Bagi mahasiswa perantau gegar budaya adalah hal yang tidak asing lagi bagi telinga mereka. Banyak dari mereka merasa kesulitan beradaptasi dengan lingkungan dan kebudayaan yang baru. Hal ini dikarenakan mereka memerlukan waktu untuk dapat memahami norma hingga kebiasaan untuk selanjutnya diterapkan di kehidupan mereka (Hayati, 2020).
Apakah kalian tahu hal-hal yang dapat terjadi apabila seorang mahasiswa perantau gagal untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka yang baru? Yuk kita simak dampak dari gegar budaya bagi mahasiswa perantau:
1. Mahasiswa Perantau yang Gagal Beradaptasi akan Cenderung Menarik Diri Mereka dari Lingkungan Sosial di Kampus.
Mahasiswa perantau tentu akan dipaksa untuk berbaur dengan banyak orang yang memiliki latar belakang berbeda. Banyak dari mahasiswa perantau merasa kesulitan untuk mendapatkan teman di lingkungan perkuliahan akibatnya lebih banyak mahasiswa perantau yang memilih untuk menarik diri dari lingkungan sosial yang ada di kampus (Putri, 2021). Hal ini tentu akan berdampak pada perasaan seorang perantau yang cenderung merasa sendiri dan kesepian.
ADVERTISEMENT
2. Cenderung Merasakan Home Sick
Homesickness memiliki arti emosi negatif yang disebabkan oleh terpisahnya individu dari rumah, lingkungan lama, dan keterikatan pada orang (Nauta, 2015). Mahasiswa perantau akan tinggal di tempat yang baru jauh dari lingkungan sebelumnya. Di tempat yang baru seseorang akan bertemu dengan budaya, bahasa, dan norma yang berbeda. Hal tersebut membuat mahasiswa yang merantau akan terkejut dengan hal dan masalah baru yang dihadapinya yang berakibat pada kerinduan pada tempat asal mereka (Putri, 2021).
Dapat kita simpulkan bahwa homesickness ini adalah perasaan rindu yang timbul terhadap lingkungan sebelumnya. Homesickness akan mengganggu pikiran sampai keadaan hati kita yang mengalaminya.
3. Memiliki Cara Pandang yang Buruk Terhadap Kebudayaan Lokal
ADVERTISEMENT
Salah satu dampak negatif dari culture shock adalah terbentuknya stereotipe negatif terhadap kebudayaan yang baru. Tidak jarang seseorang yang merantau memandang rendah budaya tuan rumah tempat perantauannya. Hal ini menyebabkan mahasiswa perantau lebih memilih untuk bergaul dengan teman-teman sedaerah dengannya yang dianggap familier (Hendrastomo, 2015).
Tentunya ada berbagai cara yang dapat mahasiswa perantau lakukan untuk mengatasi dampak-dampak dari gegar budaya atau culture shock yang saya tulis sebelumnya. di bawah ini saya akan memberikan tips untuk mengatasi gegar budaya, di antaranya adalah:
1. Mencari Tahu Tentang Daerah Tujuan
Mencari tahu tentang unsur-unsur tempat tujuan, seperti kebudayaan, bahasa, norma, dan lingkungan di sana dari sumber yang tepercaya. Hal ini bertujuan agar mahasiswa perantau lebih familer dengan lingkungan yang nantinya ditempati sehingga ia akan memiliki gambaran ketika tinggal di tempat barunya (Hendrastomo, 2015).
ADVERTISEMENT
Sebagai mahasiswa perantau anda dapat coba mencari tahu tentang daerah tujuan anda dengan melakukan searching melalui situs Google yang tepercaya seperti situs Kumparan. Karena mengetahui banyak hal tentang tempat perantauan anda, anda akan lebih banyak memiliki persiapan yang matang.
2. Berusaha untuk Lebih Membuka Diri
Lebih membuka diri untuk dapat beradaptasi dengan budaya dan lingkungan baru dapat membangun komunikasi yang baik dengan orang-orang di lingkungan dan tempat yang baru (Hayati, 2020). Anda akan lebih mudah menerima kebudayaan yang baru di lingkungan baru anda dengan cara lebih membuka diri anda.
3. Mempelajari Bahasa Daerah Sekitar
mempelajari bahasa Lokal. Menurut Ruben, dalam Mulyana, 2003:141 komunikasi persona dianggap sebagai merasakan, memahami, dan berperilaku terhadap objek-objek dan orang-orang suatu lingkungan dan menjadi proses yang dilakukan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mereka (Aldiansyah, 2021). Anda setidaknya harus mengerti cara berkomunikasi di lingkungan yang baru agar dapat lebih mudah berbaur dan beradaptasi dengan lingkungan dan tempat yang baru. cara ini sangat efektif untuk membangun komunikasi yang baik dengan warga lokal sekitar. Anda dapat mencoba cara ini untuk mengatasi gegar budaya yang anda alami.
ADVERTISEMENT
4. Menyibukkan Diri dengan Aktivitas Baru
Seorang mahasiswa tentunya akan ditawarkan dengan berbagai jenis aktivitas yang dapat menyibukkan dan menambah pengalaman. Menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas baru akan membuat kita lebih banyak berinteraksi dengan orang-orang baru. hal ini dapat membantu kamu untuk mengurangi dampak yang kamu rasa akibat gegar budaya (Putra,2019).
5. Berbagi Cerita kepada Teman Sesama Perantau
Berbagi cerita kepada teman sesama perantau akan membuat anda tidak merasa sendiri dan juga efektif untuk mengurangi beban pikiran yang membebani pikiran anda. Cobalah bertukar cerita kepada teman sesama perantau, dengan mengungkapkan apa yang anda rasakan tentu akan membuat pikiran anda terasa lebih lega (Putra, 2019).
Itulah beberapa dampak dan solusi yang dapat saya sampaikan kepada mahasiswa perantau yang mengalami gegar budaya ketika mereka menempati tempat baru mereka. Tentu dampak buruk dari gegar budaya dapat diatasi dengan melakukan hal-hal, seperti mencari tahu tentang daerah tujuan, membuka diri dengan kebudayaan lokal sekitar, mencoba untuk belajar memahami bahasa dan norma yang ada di tempat yang baru, hingga berbagi cerita kepada teman sesama perantau. Semua hal tersebut, tentunya dapat meminimalisasi dampak dari gegar budaya yang dialami para mahasiswa perantau. Harapan saya artikel ini dapat membantu para mahasiswa perantau untuk mengatasi gejala gegar budaya yang melanda mereka.
ADVERTISEMENT
Daftar Referensi :
Aldiansyah, M. A. (2021). Strategi Beradaptasi untuk Mahasiswa Perantauan Terhadap Lingkungan Baru. Diakses pada tanggal 30 November 2022 dari https://osf.io/preprints/inarxiv/2ek8t/
Hayati, E. N. dll. (2020). Analytical Theory  : Gegar Budaya (culture shock). Psycho Idea, Vol. 18, No. 2, 147–158. Diakses pada tanggal 30 November 2022 dari https://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/PSYCHOIDEA/article/view/6566
Hendrastomo, G. dll. (2015). Fenomena Culture Shock (Gegar Budaya) pada Mahasiswa Perantauan di Yogyakarta. Vol. 5, No. 3, h. 1-15. Diakses pada tanggal 1 Desember 2022 dari https://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/societas/article/viewFile/3946/3612
Nauta, M.dll. (2015). Homesickness: A Systematic Review of The Scientific Literature. Review of General Psychology, Vol. 19, No. 2, h. 157-171. Diakses pada tanggal 1 Desember 2022 dari https://www.semanticscholar.org/paper/Homesickness%3A-A-Systematic-Review-of-the-Scientific-Stroebe-Schut/4c9d4ea7553ebab17635e6b738bdec2f7607c7ae
Putri, S. K, (2021). 10 culture shock Mahasiswa Baru Saat Kuliah. Diakses pada tanggal 30 November dari https://www.sosiologi.info/2021/12/10-contoh-culture-shock-mahasiswa-baru-saat-kuliah.html
ADVERTISEMENT
Putra, A. (2019). 8 Cara Mengatasi Home Sick untuk Anak Rantau yang Sedang Rindu Keluarga. Diakses pada tanggal 30 November 2022 dari https://www.sehatq.com/artikel/cara-mengatasi-homesick-untuk-anak-rantau