Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kepak Sayap Sang Garuda
28 Desember 2021 19:25 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Anwar Saragih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Thailand adalah mimpi buruk bagi Indonesia di turnamen dua tahunan sepakbola kawasan Asia Tenggara atau Piala AFF. Pasalnya 3 (tiga) dari 5 (lima) tropi AFF Thailand di lemari juara mereka diraih setelah mengalahkan Indonesia di final yaitu tahun 2000, 2002 dan 2016.
ADVERTISEMENT
Pun bagi Indonesia, sudah 5 (lima) kali pula melaju sampai partai puncak lalu kalah. Dua kekalahan di final diderita Indonesia yaitu kalah lawan Singapura tahun 2004 dan kalah dari Malaysia 2010. Artinya pertandingan final yang akan dimainkan Indonesia melawan Thailand pada besok 29 Desember 2021 (leg 1) dan 1 Januari 2022 (leg 2) adalah final ke-6 bagi Indonesia di AFF.
Secara materi pemain, skuad yang dibawa pelatih Shin Tae Young (STY) cukup unik sekaligus menjanjikan untuk masa depan sepakbola Indonesia.
Sebabnya, mayoritas skuad Sang Garuda diisi oleh pemain-pemain muda yang jika dirata-ratakan adalah 23,8 tahun. Bandingkan dengan Thailand yang banyak diisi oleh pemain yang rata-rata usia 27,1 tahun.
Lebih lagi, skuad yang dibawah pelatih STY memiliki kedalaman tim dari skuad timnas sebelumnya. Karena antara pemain yang berada dilapangan dengan pemain yang ada dibangku cadangan memiliki kemampuan, teknik dan stamina yang merata sehingga permainan Indonesia tidak tergantung pada 1-2 pemain.
ADVERTISEMENT
Misalnya di posisi pemain tengah, Indonesia punya : Evan Dimas, Ricky Kambuaya, Ramai Rumangkiek, Witan Sulaeman, Rachmat Irianto atau Irfan Jaya yang bisa bermain bergantian dilapangan tanpa mengurangi kekuatan tim.
Lebih lagi, pada posisi tengah Indonesia baru saja kedatangan Egy Maulana, gelandang kreatif yang bemain di klub Eropa Slovakia, FC Senika. Semakin menambah pilihan kreasi untuk membangun serangan.
Surplus pemain di posisi tengah, secara teknis menguntungkan bagi pelatih STY pasalnya dari 6 pertandingan yang telah dimainkan dari babak grup hingga semifinal. Indonesia telah mencetak 18 gol dengan tembakan yang mengarah ke gawang mencapai 115 tembakan. Jumlah itu yang terbanyak diantara tim lainnya termasuk Thailand yang melakukan 96 percobaan tendangan ke gawang dengan keberhasilan mencetak gol sebanyak 12 gol.
ADVERTISEMENT
Uniknya para pencetak gol Indonesia tidak terpusat pada 1-2 pemain seperti era Bambang Pamungkas, Boaz Solossa atau Kurniawan Dwi Yulianto. 18 gol Indonesia tercipta dari kombinasi tanpa terpusat pada pemain tertentu.
Pun gol Indonesia kebanyakan lahir dari pemain gelandang Irfan Jaya yaitu 3 gol. Bandingkan dengan topsore Thailand yaitu striker Teerasil Dangda yang berhasil mencetak 4 gol dari 12 gol (25%) selama turnamen.
Namun, tingkat akurasi umpan Indonesia masih kalah dari akurasi umpan Thailand. Dimana akurasi umpan Thailand mencapai 84% dengan 2986 percobaan sementara Indonesia adalah 79% dari 2306 percobaan.
Selain unggul tingkat akurasi umpan, Thailand juga unggul dalam melakukan tekel di garis pertahanan yaitu 67,% yang berdampak pada kokohnya tembok pertahanan Thailand dengan hanya kebobolan 1 gol saja di turnamen AFF tahun ini.
ADVERTISEMENT
Selain itu yang patut diwaspadai oleh para pemain Indonesia selain strikernya, Teerasil Dangda adalah dua sosok bernama Mauel Bihr (bek) yang memiliki penetrasi dan pertahanan yang kokok serta pemain muda Thailand yang bermain di Klub Leichester City Ingggris, Suengchitthawon yang berposisi sebagai gelandang serang.
Trio pemain belakang Elkan Baggott, Pratama Arhan dan Kapten Asnawi Mangkualam tentu kita harapkan tetap memberikan penetrasi dalam membantu penyerangan Indonesia.
Dan tentu saja Alfeandra Dewangga dengan posturnya 177 cm menjadi menjadi andalan Indonesia dilini belakang dalam menjaga pergerakan penyerang Thailand Teerasil Dangda dalam bola-bola udara karena tingginya mencapai 181 cm. Dewangga akan menjadi back up pertahanan yang sempurna bagi Elkan Baggot yang tingginya mencapai 194 cm.
ADVERTISEMENT
Artinya yang menjadi titik perhatian adalah bagaimana gawang kiper Indonesia Nadeo Argawinata tetap aman dari serangan balik atau permainan satu dua Thailand. Selain memang kita cukup bermasalah dengan bola-bola mati. Paling mencolok ketika Indonesia kebobolan 2 gol dari Singapura yang lahir dari skema bola mati yaitu tendangan bebas dan tendangan pojok.
Namun, tetap saja semuanya kita percayakan kepada pelatih STY. Kita berharap kita semakin mencintainya dengan raihan tropy yang kita harapkan pula akan ia persembahkan untuk Indonesia. Jika hari itu benar-benar datang, Indonesia bisa juara AFF 2021, saya meyakini kecitaaan mayoritas rakyat Indonesia pada STY akan lebih dalam dari mereka yang mencintai Boyband Korea BTS atau Girlband Korea Black Pink.
ADVERTISEMENT
Saya bicara tentang kebanggaan. Bagaimana anda menjelaskan kebanggaan selain menyaksikan 5 kekalahan tim sepakbola Indonesia di final kemudian menyaksikan tim kebanggan anda tersebut memenangkannya di final AFF yang ke-6.
Ini tentu sebuah momentum yang luar biasa bagi Indonesia setelah sebelumnya sempat diremehkan di babak penyisihan grup, sangat heroik di pertandingan melawan Malaysia di babak penentuan grup dan pertandingan dramatis di semifinal melawan Singapura.
Kepakkan Sayapmu Sang Garuda, Indonesiaku, kuyakin kita akan menang...