Konten dari Pengguna

Ceritaku Ditolak Menjadi Duta Pariwisata, Diterima sebagai Pramugari

Vania Davita
Formly Flight Attendant at Garuda Indonesia dan Pengusaha muda di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang travel haji dan umroh plus
25 Agustus 2023 14:27 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vania Davita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Aku sempat ditolak menjadi duta pariwisata di kota kelahiranku, Palembang. Tapi, Tuhan berkehendak lain.

Vania Olga Davita. Dok: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Vania Olga Davita. Dok: Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cerita kali ini tentang pengalamanku yang luar biasa. Namaku Vania Olga Davita, teman-teman dekat memanggilku Anya. Sekarang aku membantu orang tuaku menjalankan sebuah bisnis dan perusahaannya bergerak di bidang biro perjalanan wisata haji dan umrah.
ADVERTISEMENT
Ini tulisan pertamaku, dan di sini aku ingin sedikit berbagi kisah tentang pengalamanku yang pernah menjadi seorang awak kabin. Jika Tuhan sudah berkehendak, manusia bisa apa?
Aku adalah mantan awak kabin di salah satu maskapai pelat merah dan terbaik di Indonesia. Aku ingin bercerita sedikit tentang pengalamanku bagaimana aku bisa sampai di titik ini.
Tidak ada niat awalnya menjadi seorang awak kabin. Pada tahun 2011, sekitar bulan Juni, aku sangat ingin mengikuti pemilihan Duta Pariwisata di kota kelahiranku, Palembang.
Pada saat itu aku mendaftar bersama adik perempuanku. Sembari mengikuti pemilihan tersebut, salah seorang saudaraku bermain ke rumah dan mengatakan bahwa ada rekrutmen awak kabin di salah satu maskapai terbaik di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Aku tentu saja tidak percaya diri dan pesimistis, kalau aku tidak mungkin akan diterima di maskapai tersebut. Tentu saja pasti kriteria maskapai tersebut sangat tinggi. Tapi, saudaraku terus memberikan semangat agar aku mencoba mengikuti rekrutmen tersebut, dan akhirnya aku pun menyetujui untuk mendaftar dan mengikuti rekrutmennya.
Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Dan tibalah di hari pengumuman psikotes untuk duta pariwisata tersebut. Ternyata aku gagal terpilih menjadi duta pariwisata di kotaku. Sepertinya aku belum cocok untuk itu.
Sedih bukan main, hanya adikku yang diterima pada waktu itu. Aku sedikit terpuruk, tapi pada saat yang bersamaan, aku mendapatkan pesan pendek (SMS) dari maskapai pelat merah tersebut bahwa ternyata aku masuk dan diterima ke tahapan selanjutnya menjadi awak kabin.
ADVERTISEMENT
Kaget dan bingung? Tentu saja aku kaget. Karena pada saat itu juga aku masih terdaftar sebagai mahasiswa aktif di salah satu universitas terbaik di kota Palembang.
Tahapan demi tahapan rekrutmen aku ikuti, sampai ke pantukhir (Pemantauan Akhir). Dan ternyata, aku pun diterima lagi di pantukhir. Aku pun memutuskan mengistirahatkan kuliahku sejenak dan memilih bergabung dengan maskapai tersebut.
Ground training tahun 2011. Dok: Pribadi
Aku sangat senang bisa bergabung dengan maskapai terbaik di Indonesia pada saat itu. Aku tidak menyangka bisa menjadi seorang awak kabin yang bahkan tidak aku cita-citakan.
Aku mengikuti pelatihan awak kabin pada Agustus 2011 melewati serangkaian pelatihan dari mulai pelatihan di darat sampai ke pelatihan terbang, dan kemudian akhirnya resmi menyandang gelar sebagai awak kabin di bulan Maret tahun 2012.
ADVERTISEMENT
Ketika aku aktif menjadi awak kabin, keluarga dan orang tuaku sering menjadi penumpangku. Mereka bangga dan bahagia melihatku bisa berhasil dan bergabung bersama maskapai tersebut.
Orang tuaku menjadi penumpangku. Dok: Pribadi
Selama tiga tahun pertama aku di tempatkan di kantor pusatnya di Jakarta, dan aku menjalani hari-hariku sebagai awak kabin penerbangan domestik dan regional dengan memakai pesawat berbadan kecil dengan kapasitas 192 penumpang (regional meliputi penerbangan Hong Kong, Singapura, Bangkok, Kuala Lumpur, Australia, dan Taipei).
Lalu di tahun 2013, giliran angkatanku mengikuti sekolah untuk pesawat berbadan besar yang rute penerbangannya lebih banyak dan bervariasi meliputi Jepang, Korea, Amsterdam.
Tidak sampai di situ saja, kami pun mendapatkan tawaran untuk menempati kantor di Denpasar. Sempat ingin menolak, tapi akhirnya kami pun semua menerimanya. Ternyata kepindahan kami ke Denpasar sangat menyenangkan.
Bergabung dengan kantor di Denpasar. Dok: Pribadi
Tidak sampai di situ saja, di tahun 2014 maskapai tempatku bekerja memiliki aturan servis baru yang mengharuskan kami sekolah lagi untuk meningkatkan keterampilan diri kami.
ADVERTISEMENT
Aturan servis terbaru adanya kelas Y (untuk kelas ekonomi) dan kelas J (untuk kelas bisnis) dan kelas F (untuk kelas pertama). Dan aku terpilih sebagai awak kabin yang bekerja di Kelas J.
Selama kurang lebih empat tahun aku bergabung dengan maskapai tersebut dan menjadi awak kabin, aku sangat bangga dan bahagia karena aku bisa terpilih dan menjelajahi tempat yang belum pernah aku datangi dan bahkan tidak pernah terpikir olehku untuk bisa datang ke sana.
Lalu, pada tahun 2014 juga, maskapai tempatku bekerja itu pun mendapatkan penghargaan berupa predikat sebagai Awak Kabin Terbaik dan 100 Maskapai Terbaik di Dunia.
Tentu saja kami sangat bangga mendapatkan penghargaan tersebut. Suatu kebanggaan yang sangat luar biasa bahwa aku bisa bekerja sebagai awak kabin di maskapai terbaik di Indonesia ini.
ADVERTISEMENT
Menjadi awak kabin membuatku paham dan tahu dunia penerbangan yang di mana awalnya aku tidak menyukainya. Aku mengenal dan akhirnya aku sangat mencintai dunia penerbangan sampai sekarang. Dunia penerbanganlah yang membentuk diriku menjadi pribadi yang lebih baik seperti sekarang.
Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk mengundurkan diri dan mulai membantu orang tuaku meneruskan bisnis usaha biro perjalanan wisata haji dan umrah dan juga usaha songket.
Pesanku untuk teman-teman di luar sana, untuk semua yang sedang di masa-masa ingin menyerah dengan keadaan, merasa gagal dan kecewa, ayo bangkit dan kejar semua mimpimu. Teruslah berjuang, kamu memiliki kekuatan untuk meraih apapun yang kamu inginkan.
Kamu hanya perlu percaya kepada Tuhan dan dirimu sendiri. Dan ingat, kita harus percaya bahwa diri kita mampu bersaing dengan orang-orang di luar sana. Dan, percaya bahwa apa yang kamu senangi belum tentu baik untukmu tapi apa yang baik untukmu nantinya pasti akan kamu senangi.
ADVERTISEMENT