Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Peran Ibu Sebagai Madrasah Pertama Sang Buah Hati
22 Desember 2022 15:14 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Dimas Rahmat Naufal Wardhana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memperingati hari ibu ke 94, bukanlah hanya perayaan akan tetapi makna di dalamnya perlu kita tanamkan dalam benak jiwa kita atas perjuangan pahlawan perempuan terdahulu untuk bangsa Indonesia. Lalu Hari Ibu selalu mengingatkan kita di saat kita kecil yang biasanya kita panggil "mama" sebagai madarasah, pendidik, perpustakaan pertama.
ADVERTISEMENT
Sejarah mencatat diceritakannya Hari Ibu di Indonesia sebagai hal utama sumber daya potensial dalam kehidupan sosial saat berkeluarga dan berbagai lini kehidupan lainnya. Kemudian seorang Ibu dapat mendorong pemangku kepentingan dan masyarakat luas untuk memberikan pandangan yang baik terhadap perempuan di Indonesia.
Peringatan Hari Ibu bagi bangsa Indonesia akan menjadi momen khusus yang di mana para ibu-ibu telah berjuang untuk keluarganya masing-masing dan tentu hal ini jasa mereka akan selalu menghangatkan jiwa anak-anak mereka yang berasal dari kasih sayang yang tiada taranya. Selanjutnya peringatan Hari Ibu sebagai mulainya perjalanan pendidikan si anak, karena seorang anak membutuhkan panduan dunia ini sebelum pergi ke tempat yang lebih luas.
Untuk itu hal pertama yang perlu diperhatikan ialah lingkup keluarganya itu sendiri, bagaimana kita sebagai orang tua terutama ibu perlu mendidik anaknya dengan baik, hingga bermanfaat untuk orang banyak, maka dari itu ibu paling dominan dalam proses pendidikan anaknya di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Maka seorang Ibu sebagai pendidikan pertama, perpustakaan pertama dengan hal-hal baik perlu kita pahatkan dalam jiwa anak-anak kita. Perlu diingatkan juga orang tua sebagai penganggum pertama anak. Memang tidak mudah dalam melakukannya karena dengan mempunyai seorang anak para orang tua terutama ibu harus mau tidak mau, suka atau tidak suka harus sigap dan menjadi pelindung bagi anak.
Dapat dikatakan peran keluarga, ruang lingkup keluarga begitu penting untuk pertumbuhan buah hati yang di mana komposisi usia produktif semakin meningkat seiring seorang anak yang suatu saat akan bermanfaat dan menjadi aset SDM yang tentu memiliki keunikan dan skill demi tahun 2045 sebagai generasi emas.
Selanjutnya kenaikan demografi dikatakan pada tahun 2030 yang di mana banyak SDM yang akan bersaing secara sehat. Untuk itu Ibu menjadi peran penting untuk memberikan pendidikan dengan cara mengasuh, kesabaran, kasih sayang, memberi tahu sesuai dengan usia buah hatinya dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Seorang wanita sebagai calon Ibu bahkan sudah menjadi Ibu akan berdampak pada semua aspek kehidupan si anak. Bahkan Ibu menjadi tokoh sentral dalam kehidupan terutama pada masa pandemi Covid-19 yang lalu, karena perubahan yang terjadi dengan model pelajaran dari rumah atau secara online peran ibu perlu diperhatikan dalam mengawasi anaknya.
Ibuku perpustakaanku, madrasahku. Sebagaimana yang kita ketahui perpustakaan adalah gudangnya informasi. Sehingga peran Ibu dapat diaplikasikan sebagai sumber informasi bagi anak. Sebagai sumber informasi bagi anak, Ibu hendaknya harus berpikir kreatif, inovatif dalam menjalankan tugasnya, fungsinya sebagai perpustakaan atau madrasah pertama yang berperan fungsional atas inovatifnya seorang Ibu untuk pengetahuan sang buah hati.
Sejalan dengan penjelasan tersebut, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaitun ah Subhan, memaparkan "Ibu adalah sosok wanita pertama yang dikenal oleh anak dan berbagi tugas dengan Ayah untuk mengasuh, merawat, mendidik, serta membesarkan anak-anaknya bersama."
ADVERTISEMENT
Keberadaan seorang Ibu yang lebih banyak di rumah bisa lebih leluasa dalam pengawasan buah hatinya yang masih balita maupun sudah masuk masa sekolah online. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan antara lain:
A. Membaca
Kegiatan membaca harus dimulai sejak dini untuk membentuk minat baca dan menanamkan kebiasaan mengeksplorasi buku, jadi tidak hanya buku sekolah. Dengan demikian sang buah hati akan merasakan kegiatan membaca begitu menyenangkan, karena bersama orang tuanya anak tersebut akan merekam momen tersebut dan kangen ingin balik ke masa kecilnya.
B. Menulis
Kegiatan selain membaca juga harus menerapkan secara perlahan membantu anaknya untuk bisa menulis. Peran Ibu disini ialah mengajarkan melalui buku yang dikhususkan untuk anak seusianya. Selain itu bisa melalui pemahaman Ibu itu sendiri. Tentu seorang wanita yang menjadi Ibu sudah banyak mengalami dan sudah berkiprah. Dengan begitu sang buah hatinya sudah mempersiapkan sejak dini sebelum masa sekolahnya.
ADVERTISEMENT
Seorang Ibu selalu mengerti apa yang diinginkan, dibutuhkan anaknya dalam kondisi apapun yang sedang berjalan. Ibu harus membimbing dan mengajarkan anaknya. Peran sentral ibu begitu penting, karena dengan berada di titik sentral apabila tidak dijalankan akan berdampak buruk ke anaknya.
Begitu pula kalau ibu menjadi aspek dinamis bagi anaknya, karena Ibu sudah mengerti seiring berkembangnya zaman dan sang buah hati jangan sampai tertinggal. Sehingga ibu harus ideal juga melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai kedudukan yang dimiliki. Tempat pendidikan pertama seorang ibu akan menumbuhkan jati diri buah hatinya dan sangat berterimakasih.
Berikutnya pendidikan pertama ini akan menjadi primadona seorang anak ketika dia sudah bertumbuh besar dan sudah bersosialisasi, berdampak positif, membawa manfaat atas etika, berpikir, menanggapi, menghormati, menghargai akan tertular dan di salurkan ke khalayak luas. Itulah seorang anak di dalam otaknya menerima dari pendengaran dari ucapan orang tuaya penuh kelembutan dan kesabaran, melihat tingkah laku orang tuanya dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Sangat istimewa seorang bidadari tak bersayap, kelak sekian banyaknya anak di Indonesia patut berterimakasih atas jasa Ibunya dan beruntung memiliki seseorang yang mengerti akan dirinya, kasih sayangnya dan tidak lupa selalu bersyukur atas rahmat yang diberikan oleh-NYA. Makanya seorang Ibu apabila capek, lelah dan anak yang sudah semakin besar, makin banyak tunjangan, hingga membuat pikiran tidak teratur, setidaknya kalian akan melihat hasil semua perjuangan tersebut dan menangis bahagia memiliki seorang anak yang bermula masih balita hingga sebesar ini.
Terimakasih banyak Ibu, karenamu langit telah terbuka untukku.
Dimas Rahmat Naufal dan Doni Abdullah Alhafidz
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Administrasi Publik dan Ilmu Komunikasi
IMM Komisariat Fisip
Universitas Muhammadiyah Jakarta
ADVERTISEMENT