Berbuat Baiklah. Titik. Sisanya Serahkan kepada Allah SWT

Apria W Alfisa
Berusaha untuk Berguna untuk orang lain
Konten dari Pengguna
25 November 2021 21:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Apria W Alfisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tangan untuk Kebaikan. Dok. pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tangan untuk Kebaikan. Dok. pribadi.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saya pernah meragukan kekuatan berbuat baik dan itu saya tuliskan di kumparan beberapa waktu yang lalu. Saya mengalami hal yang tidak mengenakan padahal saya sudah merasa berbuat baik. Masih dikerjain. Lebih lengkapnya bisa dibaca di tulisan saya Tak Cukup Hanya Jadi Orang Baik, Ketika Dunia Sedang Tidak Baik-baik Saja.
ADVERTISEMENT
Ketika tertimpa masalah barulah saya sadar bahwa di saat itulah bisa memanen perbuatan baik yang sudah pernah dilakukan. Bantuan atau sekedar empati bermunculan. Ada yang secara jelas namun ada juga yang masih samar-samar. Dukungan moril muncul.
Pada titik inilah saya menarik pernyataan saya menjadi bahwa cukup kita hanya jadi orang baik, meskipun dunia sedang tidak baik-baik saja. Enggak peduli bagaimana tanggapan orang-orang. Lepaskan. Tidak perlu memikirkan anggapan orang-orang. Berbuat baiklah. Titik. Sisanya serahkan kepada Allah SWT.
Setiap orang punya hati dan nurani. Setiap orang punya pilihan untuk menentukan ke arah mana kecenderungan hati dan nuraninya. Tapi jangan lupa bahwa ada Allah SWT yang bisa membalikkan hati dan nurani orang.
Jika Allah SWT sudah berkehendak, enggak ada yang enggak mungkin. Ketika sampai di titik yang terbawah, tiba-tiba empati itu bermunculan. Hanya sekedar empati. Tapi itu cukup menguatkan hati. Dan pasti harus sadar bahwa empati itu berusia dan tidak akan lama. Solusi terhadap masalah harus dicari sendiri tanpa mengesampingkan bantuan yang pasti ada. Bantuan doa tentu yang paling utama.
ADVERTISEMENT
Ketika berbuat baik, tidak perlu dipikirkan apakah kita ikhlas melakukannya. Apakah ada pahala yang kita dapat. Apakah orang lain ridha dengan perbuatan kita. Apakah kita menanamkan hutang budi? Tidak perlu dipikirkan semua itu. Yang pasti, pastikan bahwa perbuatan baik kita tidak bertentangan dengan norma agama, norma adat, dan norma kebiasaan yang sedang berlangsung. Tanyakan pada diri dan hati nurani. Hati nurani kita tidak pernah berbohong untuk menunjukkan mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Wallahu a'lam.