Konten dari Pengguna

Pertama Kali Merasakan Operasi dan Hidup dengan 2 DJ Stent Tertanam di Ginjal

Apria W Alfisa
Berusaha untuk Berguna untuk orang lain
19 Mei 2024 17:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Apria W Alfisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penampakan DJ Stent. Foto: Koleksi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan DJ Stent. Foto: Koleksi pribadi
ADVERTISEMENT
Rabu sore itu akhirnya dilakukan tindakan URS untuk mengambil atau menghancurkan batu yang menyumbat di saluran ureter saya. Tulisan ini sambungan dari cerita saya sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Selesai operasi, sebelumnya saya menganggap bukan operasi karena selama ini yang ada di benak saya, operasi selalu melibatkan pembedahan dan penyayatan. Tindakan URS ini tidak melibatkan sayatan sedikitpun di tubuh. Sebuah tindakan 'meniup' batu yang menghambat di saluran ureter dengan harapan dapat hancur dan saluran kembali terbuka. Namun Allah SWT berkehendak lain. Batu tersebut memang ada yang berhasil terpecah, namun tidak sempurna. Dokter mengambil keputusan untuk mendorong batu tersebut 'kembali' ke dalam ginjal.
Agar batu tidak turun kembali ke ureter, maka dipasanglah DJ Stent. Sebuah ring atau selongsong lebih tepatnya memanjang dari ginjal ke kandung kemih. Bentuk selang ini ujungnya melingkar sehingga kecil sekali kemungkinan batu akan masuk dan berhenti di ureter.
ADVERTISEMENT
DJ Stent ini memang tadinya akan dipasang tapi hanya di sebelah kanan. Di ginjal sebelah kanan saya ada batu yang akan dihancurkan dengan metode ESWL, semacam gelombang kejut. Sebelum proses tersebut memang sewajarnya dipasang DJ Stent agar pecahan batu bisa dilihat dan tidak langsung turun menyumbat ureter.
Karena di kiri dan kanan ginjal ada batu yang sewaktu-waktu bisa turun menghambat di ureter, maka dipasanglah DJ Stent di kiri dan kanan ureter saya.
Selama menjalani rawat inap di rumah sakit, nyaris tidak pernah merasakan nyeri di pinggang belakang. Mungkin semua tersamarkan dengan obat-obatan yang diinjeksikan melalui saluran infus. Satu-satunya persaaan tidak nyaman saat mulai memasuki ruang operasi, tiba-tiba tekanan darah saya naik sampai dengan 140/90 mmHg yang biasanya nggak lebih dari 120/80 mmHg. Perasaan was-was karena memang itu pertama kalinya harus menjalani tindakan operasi.
ADVERTISEMENT
Selama di ruang operasi saya menggigil kedinginan. Selama ini hanya mendengar bagaimana dinginnya ruang operasi dan ternyata memang sangat dingin ditambah puasa lebih dari 6 jam, dingin itu benar-benar 'menusuk' sekali. Bahkan beberapa kali dokter anestesi minta diambilkan selimut buat saya.
Proses sedikit terhambat karena tangan kiri saya bengkak akibat infus yang tertanam sejak 3 hari sebelumnya. Dilepas dan dicoba dipindah ke tangan kanan. 2 kali percobaan gagal. Akhirnya kembali lagi ke tangan kiri dengan lokasi yang berbeda.
Beberapa saat kemudian, saya didudukan dan disuntik di bagian bawah tubuh tengah belakang. Menurut saya suntikannya masih wajar. Tidak berapa lama kemudian saya sudah tidak bisa lagi menggerakkan kaki-kaki saya. Dibius di bagian bawah tubuh.
ADVERTISEMENT
Selama operasi saya berusaha untuk tidur meskipun nyatanya sulit dan nggak bisa tertidur. Tiba-tiba selesai, saya didorong ke ruang observasi. Ditinggal sendirian. Kalau boleh usul, sebenarnya di sinilah waktunya bisa ketemu keluarga. Karena rasanya lama sekali ditinggal sendirian dengan sesekali terlihat petugas cleaning service yang lalu lalang. Ternyata setelah operasi, dokter menemui istri saya untuk menyampaikan hasil operasinya.
Tak berapa lama kemudian saya sudah mulai bisa menggerakkan kaki dan dibawa kembali ke ruang perawatan di tempat semula selama ini saya tempati.
Semalam itu hampir tidak merasa sakit, hanya agak aneh saja rasanya ada kateter di tubuh dan di selangnya tampak merah darah yang mengalir ke kantong penampungan di sebelah kanan tempat tidur.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa referensi yang saya baca dan juga pernyataan dokter urologi, pemulihan setelah operasi URS terbilang lebih cepat dibandingkan operasi lainnya. Hari Kamis malam dokter melakukan kunjungan dan menyatakan besok boleh pulang. Tidak perlu menunggu visite dokter lagi.
Hanya 1 waktu itu keluhan saya, saya ingin buang air besar (BAB) tapi takut berjalan ke kamar mandi. Takut kateter terlepas, saat itu dokter meyakinkan bahwa ada balonnya jadi kemungkinannya sangat kecil akan terlepas.
Akhirnya, waktunya pulang. Lepas kateter dan lepas selang infus. Dan dengan percaya diri saya ke kamar mandi sendiri untuk buang air kecil (BAK/pipis) untuk pertama kalinya setelah operasi. Waktu itu yang disiapkan mental adalah jika ada nyeri atau darah yang keluar dari kemaluan. Alhamdulillah tidak nampak darah merah di urine, tapi yang di luar dugaan, terjadi nyeri yang hebat di punggung belakang kiri dan kanan. Mirip ketika kemarin kolik hanya saja sekarang di kiri dan kanan. Nyaris pengin jatuh dan teriak namun masih bisa tertahan.
ADVERTISEMENT
Ternyata efek dipasangnya Dj Stent adalah munculnya nyeri yang hebat setiap buang air kecil. Menurut logika saya memang bisa jadi sakit karena ketika kandung kemih mengalirkan urine keluar, ginjal akan menyalurkan urine ke kandung kemih yang kosong. Karena ada stent atau selang yang ujungnya melingkar, maka dibutuhkan tenaga untuk mendorong urine melewati selang dan butuh konstraksi lebih dari ginjal.
Efek lainnya adalah jadi lebih sulit untuk BAB. Setiap BAB biasanya didahului oleh BAK, dan ketika itu muncullah nyeri yang hebat sehingga keinginan untuk BAB jadi hilang. Perlu mengatur asupan makanan agar lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan.
Semoga tindakan selanjutnya (ESWL) tidak terlalu lama, sehingga pada akhirnya benda asing yang ada di tubuh ini (DJ Stent) bisa segera dikeluarkan dan nyeri hebat yang selalu dirasakan setiap BAK segera berakhir. Mohon doanya.
ADVERTISEMENT
Wallahu a'lam.