48 Jam Berkeliling Kota Phnom Penh

Apul
SESDILU-67
Konten dari Pengguna
8 September 2020 10:38 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Apul tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu bahwa Phnom Penh pernah disebut-sebut sebagai Paris-nya Asia di masa lalu. Sebagai bekas kolonial Prancis, Phnom Penh pernah didaulat sebagai kota terindah yang pernah dibangun Prancis seantero Indochina (Kamboja, Vietnam, dan Laos). Menikmati keindahan kota Phnom Penh bisa loh dilakukan dalam waktu 48 jam saja. Mari kita simak tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi di kota ini.
ADVERTISEMENT
Jam-48: Ini adalah saat kedatangan kamu. Penerbangan langsung dari Jakarta atau Denpasar biasanya di pagi hari, sehingga kamu akan tiba di Phnom Penh pada siang harinya. Dari tips-tips yang pernah diberikan pada artikel sebelumnya, pastikan kamu sudah memenuhi semua kebutuhan yang kamu perlukan selama berlibur di Phnom Penh.
Jam-46: Setelah menyelesaikan urusan akomodasi, saatnya beranjak untuk memenuhi hasrat perut kamu. Makanan khas Phnom Penh adalah lok lak sapi atau amok ikan, yang ditemani dengan nasi putih hangat. Rasanya nikmat sekali. Dari segi rasa, ada kemiripan penggunaan bumbu antara masakan Kamboja dengan masakan Indonesia.
Jam-44: Setelah perut kenyang terisi, saatnya beranjak menuju Riverside. Ini adalah lokasi terpopuler tidak hanya bagi penduduk lokal tetapi juga turis asing. Sesuai dengan namanya, sepanjang jalan ini kamu akan menemukan trotoar yang sangat lebar yang menghadap pinggir Tonlé Sap (tonlé adalah bahasa lokal yang berarti sungai). Suasana ini paling tepat dinikmati di sore hari sekitar jam empat. Selain matahari sudah tidak begitu terik, aktivitas di daerah ini juga mulai ramai didatangi orang. Ada 2 "atraksi" yang bisa kamu nikmati di sini.
Suasana riverside di siang hari. Barisan pohon palem yang berjejer rapi menambah keasrian tempat ini. Sumber: koleksi pribadi.
Pertama, kamu bisa menikmati halaman depan Royal Palace (istana Raja Kamboja) dan mengambil foto-foto yang Instagramable di situ. Hanya saja, pada jam segini kamu sudah tidak diperbolehkan memasuki kawasan Royal Palace yang agung itu. Tapi tenang, ini akan masuk ke daftar lokasi yang akan kita kunjungi besok harinya.
Memberi makan burung-burung jinak di halaman depan Royal Palace. Sumber: koleksi pribadi.
Pilihan kedua adalah kamu bisa mengambil trip singkat menyusuri Tonlé Sap selama kurang lebih 30-45 menit dengan kapal. Seperti halnya naik bajaj atau ojek di Jakarta, di sini kamu pun harus nego lebih dulu dengan pemilik kapal untuk biaya trip ini. Atau, kamu bisa saja langsung naik kapal dengan biaya yang sudah dipatok per orangnya dengan konsekuensi waktu menunggu yang lebih lama.
Menyusuri Tonlé Sap dengan menyewa kapal merupakan hal yang menyenangkan apabila kamu berwisata dalam satu kelompok besar. Sumber: koleksi pribadi
Dalam trip ini, kamu bisa melihat kontras pembangunan kota Phnom Penh yang terbelah oleh sungai ini. Mayoritas pembangunan dan modernitas ada di sisi kota tempat Royal Palace berada, sedangkan sisi kota lainnya masih suburban dan agak kumuh (hanya gedung Sokha Hotel yang menjulang tinggi di dekat bibir sungai).
Pemandangan Tonlé Sap diambil dari Sokha Hotel Phnom Penh. Sumber: koleksi pribadi.
Jam-41: Setelah puas menikmati suasana Riverside di sore hari, saatnya beranjak sedikit ke tengah kota. Pemandangan apik dengan tatanan lampu yang menarik bisa dinikmati di sepanjang Sihanouk Boulevard. Kamu bisa menikmati Independence Monument yang merupakan ikon kota Phnom Penh selama ini. Bangunan yang didirikan pada tahun 1962 ini untuk memperingati hari kemerdekaan Kamboja dari kolonialisme Prancis pada tanggal 9 November 1953.
Independence Monument di Sihanouk Boulevard. Sumber: koleksi pribadi.
Di sebelah monumen ini, didirikan Norodom Sihanouk Memorial yang megah untuk memperingati mendiang Raja Norodom Sihanouk yang telah memberikan kontribusi besar bagi bangsa Kamboja, terutama proses perdamaian selama era perang saudara. Di lokasi ini pun kamu bisa mengambil banyak momen yang Instagramable, terutama dengan suguhan tata lampu yang terpasang.
ADVERTISEMENT
Jam-40: Untuk memuaskan perut yang kelaparan, kamu bisa mengunjungi berbagai restoran yang bertebaran di sepanjang boulevard ini. Ada berbagai menu yang disajikan, mulai dari makanan tradisional Khmer, makanan ala barat, chinese food, bahkan pizza. Semua disesuaikan dengan kemampuan kocek yang ada, sebagian restoran menampangkan menu dengan harga yang tersedia di depan pintu masuk. Oh iya, sekadar tips bahwa hampir semua restoran dan sebagian kafe di kota ini memasang harga dalam Dolar AS.
Jam-37: Setelah penat berjalan-jalan seharian, saatnya kembali ke hotel untuk beristirahat. Dalam perjalanan pulang mungkin sebagian kamu bertanya-tanya tentang gedung yang berdiri megah dan menjulang dengan videotron besar di bagian depan dan sampingnya. Itulah Naga World, komplek hotel, hiburan, dan perjudian. Kamboja adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang melegalkan bisnis perjudian yang didominasi oleh perusahaan asing. Selain Phnom Penh, sejumlah kasino juga banyak berdiri di Siem Reap dan Sihanoukville, kota terbesar kedua dan ketiga di negara tersebut.
Komplek hotel dan kasino, Nagaworld di Phnom Penh. Sumber: commons.wikimedia.org, foto: Kiensvay / CC BY-SA
Jam-27: Menginjak hari kedua, ada dua pilihan yang bisa diambil saat berkeliling kota ini. Kedua pilihan ini pun kalau kamu mau juga bisa diambil semuanya, asal ngga kecapekan aja.
ADVERTISEMENT
Pilihan pertama adalah belajar sejarah kelam Kamboja dengan mengunjungi Tuol Sleng, "museum" genosida, dan Cheung Ek, ladang pembantaian yang menjadi kuburan massal para korban genosida. Kedua tempat ini dibuka untuk umum mulai jam 9 pagi. Kamu bisa berkunjung tanpa dipandu (tiap pengunjung dapat mengambil pamflet gratis), atau bisa juga memilih untuk dipandu tour guide yang berbayar. Pastikan kondisi mental kamu sudah siap. Perlu diperhatikan bahwa lokasi Cheung Ek berada di luar kota Phnom Penh, butuh sekitar 40 menit waktu tempuh untuk sekali jalan.
Untuk makan siang, apabila kamu ingin menikmati masakan Indonesia, kamu bisa mampir ke Warung Sumatra yang lokasinya dekat dengan Tuol Sleng. Atau kalau ingin mencoba makanan lokal, kamu dapat langsung menuju ke Phsar Thmey.
Salah satu penampakan halaman Tuol Sleng. Dulunya merupakan sekolah menengah atas yang kemudian diubah menjadi penjara politik semasa rezim Pol Pot. Sumber: commons.wikimedia.org, foto: Gilliland / CC BY-SA.
Pilihan kedua adalah mengunjungi Royal Palace dan Silver Pagoda. Kedua tempat ini dibuka untuk umum mulai jam 8 hingga 10.30 pagi. Kemudian break sebentar dan dibuka lagi mulai jam 2 siang hingga 5 sore. Bagi rakyat Kamboja, raja dianggap sebagai keturunan langsung para dewa yang ditugaskan untuk memerintah dan mengayomi manusia. Setelah mendiang Raja Norodom Sihanouk wafat, tahtanya diteruskan oleh Raja Norodom Sihamoni. Di dalam Royal Palace, berdiri Silver Pagoda yang menjadi tempat peristirahatan terakhir para Raja Kamboja yang sudah wafat.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk makan siang, apabila kamu ingin menikmati masakan Indonesia, kamu bisa mampir ke Warung Bali yang lokasinya dekat dengan Royal Palace. Atau, kamu dapat langsung menuju ke Phsar Thmey untuk mencicip makanan setempat.
Royal Palace, kediaman Raja Kamboja. Sumber: commons.wikimedia.org, foto: Photo: Marcin Konsek / Wikimedia Commons.
Jam-23: Dari yang sudah disebut-sebut sejak tadi, Phsar Thmey, atau biasa dikenal dengan Central Market, adalah bangunan besar berwarna kuning yang konon sempat menjadi pasar terbesar di Asia semasa kolonialisme Prancis. Di sini kamu bisa berbelanja apa saja, mulai dari Kroma (syal tradisional yang bermotif kotak-kotak), pakaian, suvenir, kerajinan perak, dan sentra makanan. Kamu bisa mencoba menikmati hidangan makan siang dengan cita rasa lokal di pasar ini. Pilihannya beragam, mulai dari bebakaran daging, ikan, hingga menu vegetarian.
ADVERTISEMENT
Jam-20: Lagi-lagi ada dua pilihan untuk meneruskan jalan-jalan di kota ini. Bagi kamu yang masih mau meneruskan untuk menikmati sejarah Kamboja, kamu dapat melanjutkan ke Museum Nasional Kamboja. Lokasinya berdekatan dengan Royal Palace dan tutup hingga jam 5 sore. Selepas tempat ini, kami dapat meneruskan perjalanan ke Wat Phnom, pagoda tertinggi di Phnom Penh. Konon inilah cikal bakal nama Phnom Penh berasal ketika seorang perempuan bernama Penh menemukan empat patung Buddha yang terbawa oleh arus sungai Mekong.
Yang kedua adalah menyalurkan hobi cuci mata (atau belanja) di Phsar Toul Tom Poung, atau biasa dikenal dengan sebutan Russian Market. Lain halnya dengan Central Market, tempat ini lebih mirip dengan pasar tradisional di Indonesia, tapi ngga becek aja. Yang dijual juga bukan daging dan sayur-mayur, tapi beraneka barang antik, batu, kerajinan perak, kayu, dan perhiasan. Ini cocok bagi kamu yang hobi berburu barang-barang vintage.
ADVERTISEMENT
Jam-18: Setelah puas berjalan-jalan seharian, saatnya kembali ke hotel untuk refreshing dan istirahat sejenak.
Jam-15: Menghabiskan malam di Phnom Penh kurang lebih hampir sama dengan kota-kota besar lainnya. Kamu dapat menikmati suasana malam dan hiruk-pikuknya di Riverside. Ada banyak kafe yang berjejer di situ. Atau menikmati pemandangan kota Phnom Penh dari ketinggian pada kafe-kafe tertentu yang ada di komplek gedung sepanjang Monivong Boulevard.
Kamu juga dapat mengunjungi pusat perbelanjaan modern, seperti Aeon Mall, untuk mengetahui seperti apa gaya hidup orang Phnom Penh. Atau bisa juga mengunjungi galeri, seperti Bophana Center (multimedia).
Apabila kamu penggemar durian dan kebetulan sedang berada di Phnom Penh antara bulan April hingga September, kamu dapat berpesta menikmatinya dengan harga yang terjangkau, lebih murah dari harga di Indonesia. Untuk memilih durian yang sesuai dengan selera kamu, pastikan menjelaskannya dengan baik ke si penjual. Sampaikan bahwa kamu suka yang matang, lembut dan tebal (buttery-ish, like butter). Ini karena orang Kamboja kurang menyukai selera durian seperti itu.
Durian Kamboja sudah terkenal akan kelezatannya. Pastikan kamu menjelaskan dengan baik ke si penjual. Sumber: koleksi pribadi.
Jam-12: Puas menikmati malam terakhir di Phnom Penh, maka sekarang saatnya kembali ke hotel untuk beristirahat dan packing belanjaan/suvenir. Beberapa suvenir yang bisa jadi pilihan kamu untuk dibawa pulang adalah kroma, sutra khmer, dan kerajinan perak, dan ukiran batu.
ADVERTISEMENT
Banyak orang mengatakan perhiasan batu permata Kamboja juga bagus untuk dibeli. Untuk hal ini, sepengalaman penulis tinggal bekerja di negara ini selama tiga tahun, disarankan untuk berhati-hati saat membelinya. Berbeda dengan Myanmar yang sertifikasi batu permata diawasi ketat oleh pemerintahnya, di Kamboja tidak demikian. Jangan terkecoh dengan istilah "natural gemstone" atau "original gemstone" yang disampaikan penjual. Setahu penulis, Kamboja menghasilkan tiga jenis batu permata yaitu rubi merah dari propinsi Pailin, zircon biru terang dari propinsi Ratanakiri, dan topaz biru pucat dari propinsi Takeo.
Jam-3: Cukup beristirahat sedari malam, kamu dapat menikmati sarapan dengan menu setempat yang disediakan hotel atau mencari di sekitarnya. Nom banh chok atau bihun kari ikan ala Kamboja adalah salah satu menu sarapan setempat yang layak dicoba. Selain terasa ringan di mulut dan menyegarkan, ternyata juga mengenyangkan di perut.
ADVERTISEMENT
Pastikan semua urusan administrasi dan pribadi kamu sudah beres sebelum berangkat meninggalkan hotel menuju bandara.
Jam-0: Saatnya terbang meninggalkan Kamboja. Mudah-mudahan kamu bisa menikmati keindahan kota Phnom Penh selama 48 jam terakhir.