Konten dari Pengguna

Feature Perjalanan: Keindahan Lintas Agama di Pasar Baru

Aqmarina Aulia Jami
Mahasiswa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta
7 Juni 2024 13:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aqmarina Aulia Jami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto 1, Pasar Baru menjadi bukti terjalinnya kebhinekaan
zoom-in-whitePerbesar
foto 1, Pasar Baru menjadi bukti terjalinnya kebhinekaan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Toleransi beragama adalah sikap saling menghormati dan menghargai antar penganut agama lain. Seperti yang disebutkan dalam Kakawin Sutasoma karangan Mpu Tantular, “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa” yang artinya berbeda-beda tetapi satu, tidak ada kebenaran yang kedua.
ADVERTISEMENT
Tujuan toleransi beragama yaitu meningkatkan iman dan ketakwaan masing-masing penganut agama dengan menghargai agama lain. Dengan demikian, kita sebagai umat yang menganut ajaran agama harus memperdalam ajaran agama dan berusaha untuk mengamalkannya serta mencegah terjadinya perpecahan antara umat beragama akibat perbedaan.
Salah satu contoh toleransi beragama ada di jalan Pasar Baru yang didirikan tahun 1820, sebagai pusat perbelanjaan tertua di Jakarta. Namun, selain menjadi pusat perbelanjaan, Pasar Baru juga menjadi kawasan toleransi beragama. Setidaknya, terdapat 3 rumah ibadah yang hidup berdampingan namun tetap bisa menjaga kerukunan dan kedamaian.
foto 2, seorang anak yang sedang duduk seusai beribadah di GPIB Pniel
Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh pengurus gereja, Yossie Sherly Hitipeuw, yang kerap disapa Ibu Ossie, bahwa toleransi masyarakat di sekitar Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Pniel sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
“Masyarakat disini sangat mendukung dengan adanya gereja kami dan kami pun juga pernah melaksanakan bakti sosial. Bakti sosial ini dengan melibatkan masyarakat-masyarakat di sekitar gereja yang termasuk dan mencakup dalam RT, RW dan kelurahan di sekitar gereja kami ini, seperti pengobatan gratis, donor darah, dan pembagian sembako,” ungkap Ossie.
Dia merasa tingkat toleransi masyarakat pada GPIB Pniel sangat kuat dan masyarakat mendukung kegiatan yang ada di gereja terutama dalam membantu kegiatan acara dan menjaga area parkir.
GPIB Pniel merupakan gereja Protestan yang berdiri pada tahun 1913, dahulunya bernama Hunces Kereg yang artinya persekutuan. GPIB Pniel memiliki kitab suci kuno berbahasa Belanda yang hanya ada dua di dunia, yaitu di Belanda dan di GPIB Pniel.
foto 3, orang yang sedang beribadah di Wihara Dharma Jaya
Lalu toleransi beragama yang dilakukan Wihara Dharma Jaya yang berlokasi di sudut kawasan Pasar Baru. Menurut Santoso Wiyoto atau biasa disapa Pak Santoso, sebagai ketua wihara, cara membangun sikap toleransi di masyarakat sekitar dengan membagikan beras pada bulan Juni, setiap satu tahun sekali.
ADVERTISEMENT
Santoso membagikan pengalaman menariknya, selama menjaga wihara, ia menuturkan bahwa lingkungan sekitar wihara pada tahun 50-an terjadi kebakaran, tetapi hebatnya, wihara ini sama sekali tidak terbakar.
“Ya di sini waktu tahun 50-an ada dua kali peristiwa kebakaran, sekelilingnya kebakaran hanya ini saja yang tidak,” ujar Santoso.
Bangunan wihara ini didirikan pada tahun 1698 yang memiliki 2 lantai, mayoritas ruangan terdapat lilin-lilin besar yang menyala dan terdapat lemari berisi nama orang yang sudah meninggal. Biasanya kerabat atau keluarga datang untuk mendoakan.
foto 4, kegiatan keagamaan di dalam Sikh Temple
Terakhir, tempat ibadah yang berada di kawasan Pasar Baru yaitu Sikh Temple, merupakan salah satu agama terbesar di dunia. Agama ini berkembang pada abad ke-16 dan 17 di India.
ADVERTISEMENT
Jika berkunjung ke tempat ibadah Sikh Temple, kita akan disambut dengan baik oleh mereka yang sangat menjunjung tinggi sikap toleransi. Tempat ibadah Sikh Temple sangat terbuka untuk siapapun. Meskipun, mereka beragama Islam, Konghucu, ataupun agama lainnya.
“Setiap Sikh Temple ada namanya Guru Ka Langgar atau makan bersama tanpa membedakan siapapun itu, jika ingin ikut melayani dan berbagi, diperbolehkan. Dari situ kita
mendapatkan pelajaran bahwa jangan melihat perbedaan,” ungkap Marjit Singh, selaku pendidik Sikh Temple.
Sebelum masuk kita diharuskan memakai turban untuk laki-laki dan kerudung untuk perempuan. Saat kita memasuki Sikh Temple, pertama yang dilihat adalah Gurdwara, tempat ibadah orang-orang sikh, semacam kubah megah dengan lampu berwarna biru yang menghiasi kubah tersebut.
ADVERTISEMENT
Gegen Geet Kaur, sebagai penganut agama Sikh Temple, mengungkapkan bahwa dia merasakan aman, damai, dan tentram selama beribadah di kawasan Pasar Baru.
“Sangat nyaman karena saya sudah bertahun-tahun datang ibadahnya kemari, karena sebagai umat sikh, tempat ibadahnya di Sikh Temple Pasar Baru, sudah 15 tahun semenjak saya menikah dan tinggal di Jakarta selalu ke sini dan lebih gampang dijangkau dari rumah,” ujar Gegen Geet Kaur, penganut agama Sikh.
Kita sudah mendengar dan belajar tentang bagaimana pandangan narasumber yang berada di Wihara Dharma Jaya, GPIB Pniel, dan Sikh Temple. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa antar umat beragama harus saling menghormati dan menghargai. Kita harus selalu menjaga rasa toleransi terhadap umat beragama lainnya. Dengan selalu menjaga rasa toleransi tersebut, maka kita sudah ikut berpartisipasi dalam kemajuan bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT