Konten dari Pengguna

Populasi Harimau Sumatera yang Semakin Mengkhawatirkan

Naura Intan Assyifa
Mahasiswa S1 Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
17 Juni 2023 0:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naura Intan Assyifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia dikenal sebagai negara megabiodiversitas karena wilayahnya berada di iklim tropis yang membuat Indonesia menjadi habitat berbagai jenis fauna. Banyaknya fauna di Indonesia menjadi spesies langka dan hanya ditemukan di wilayah tersebut (endemik). Persebaran flora dan fauna di Indonesia terbagi menjadi tiga wilayah: kawasan Asia, kawasan peralihan, dan kawasan Australia atau Pasifik. Pembagian kawasan tersebut didasarkan oleh garis Wallace dan Weber. Pada kawasan Asia, salah satu karakteristik faunanya adalah mamalia dengan ukuran besar seperti harimau sumatera, badak bercula satu, gajah sumatera, orang utan, dan beruang madu. Sayangnya, keberadaan satwa-satwa tersebut banyak yang terancam punah. Belum lama ini, Tim Gakkum LHK Sumatera berhasil menggagalkan perdagangan kulit harimau sumatera.
Tangkapan Layar Dua Kulit Harimau Sumatera dan Empat Gigi Taring Harimau Sumatera. Sumber: tiktok.com/bbksdariauofficial
Perdagangan kulit harimau ini telah melanggar Pasal 21 ayat (2) yang diatur dan diancam pidana dalam Pasal 40 ayat (2) jo Pasal 21 ayat (2) UU RI No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dengan ancaman pidana penjara maksimal 5 tahun dan denda maksimal Rp100.000.000. Perdagangan kulit harimau merupakan kegiatan ilegal karena telah melakukan penangkapan, pembunuhan, dan perniagaan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup. Perdagangan kulit ini menjadi salah satu penyebab populasi harimau sumatera yang semakin menurun.
ADVERTISEMENT
Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan satwa endemik Indonesia yang saat ini populasinya sekitar 300 ekor di alam liar dengan tingkat status kritis menuju kepunahan. Penyebab kematian terbanyak harimau sumatera adalah perburuan liar, konflik dengan manusia, dan kerusakan habitat. Habitat harimau sumatera adalah hutan hujan tropis yang saat ini satwa tersebut harus berbagi lahan dengan manusia karena banyak lahan yang dialihkan menjadi lahan pertanian dan permukiman. Peralihan lahan ini menjadi penyebab terjadinya konflik dengan manusia. Harimau yang memasuki lahan permukiman biasanya hendak memburu hewan ternak warga, warga yang merasa dirugikan biasanya akan memasang jerat. Jerat tersebut dapat melukai bahkan membunuh harimau. Oleh sebab itu, konflik antara manusia dengan harimau sumatera sering terjadi.
ADVERTISEMENT
Tingkat kepedulian masyarakat yang tinggal di daerah hutan perlu ditingkatkan kembali mengingat populasi harimau sumatera yang mengkhawatirkan. Harapannya keberadaan harimau sumatera tidak menyusul kepunahan harimau jawa dan harimau bali. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kepunahan Harimau Sumatera adalah dengan mengedukasi masyarakat untuk bertindak lebih waspada terhadap harimau, mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga kawasan hutan, menjaga ketat daerah perbatasan antara hutan dengan permukiman, dan melakukan penangkaran terhadap harimau sumatera. Penangkaran bertujuan untuk mengobati harimau sumatera yang ditemukan dalam keadaan terluka. Penangkaran akan dilakukan di lembaga konservasi terkait. Harimau sumatera yang berada di penangkaran sementara nantinya akan dilepasliarkan kembali atau ditempatkan di lembaga konservasi.
Pelepasan Bestie di Taman Nasional Gunung Leuser. Sumber: PPID Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Pada tahun 2022, BBKSDA Sumatera Utara berhasil melepasliarkan seekor harimau sumatera yang diberi nama Bestie. Bestie dilepasliarkan di Taman Nasional Gunung Leuser yang menjadi tempat asal Bestie. Bestie sempat ditempatkan di penangkaran karena masuk perangkap kandang jebak dan terluka pada bagian ekor. Kondisi Bestie saat ditemukan dalam keadaan bugar dengan berat badan mencapai 65 kg dan suhu tubuh normal namun memiliki luka pada bagian ekor. Bestie diobati di Lembaga Konservasi Medan Zoo yang kemudian dilepasliarkan kembali. Hasil pemeriksaan terakhir menunjukkan kenaikan berat badan yang mencapai 80 kg dengan luka pada bagian ekor yang sudah sembuh.
ADVERTISEMENT
Upaya yang telah dilakukan memiliki harapan besar untuk dapat menekan tingkat populasi harimau sumatera agar tidak semakin menurun namun upaya tersebut perlu mendapatkan dukungan dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam melestarikan keberadaan harimau sumatera.