Konten dari Pengguna

Prolog Perjalanan Che Guevara

Ardha Franstiya
Tukang ketik
29 April 2017 14:25 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ardha Franstiya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Prolog Perjalanan Che Guevara
zoom-in-whitePerbesar
Suatu hari Ernesto berkata, "Aku akan pergi ke Venezuela, Ayah." Betapa terkejutnya Ayahnya, "Berapa lama kau akan pergi?" dan ia menjawab, "Setahun." "Lalu bagaimana dengan pacarmu?" tanyanya lagi. "Jika dia mencintaiku, dia akan menunggu," jawabnya.
ADVERTISEMENT
Alberto Granado, seorang ahli biokimia, mengajak Ernesto Guevara untuk melakukan perjalanan keliling Amerika Selatan pada Desember 1951.
Karena obsesinya memahami kebutuhan orang miskin, maka Ernesto menerima ajakan Alberto Granado. Bagi Ernesto, perjalanannya merupakan bentuk riset sosial, mencari jati diri, dan berusaha meringankan penderitaan sebisanya.
Dengan tekad, empati, hati yang bersih dari kedengkian, dan kesediaannya untuk berkorban, mendorong Ernesto untuk terjun ke kondisi manusia yang penuh kekurangan.
"Apabila kalian tidak mendengar kabar kami selama setahun, carilah kepala kami yang terpenggal di museum Yankee, karena kami akan melewati daerah Jibaro di mana penduduknya adalah pemburu kepala yang ahli," ujar Ernesto.
Bersama Alberto Granado, ia mengikuti jejak langkah para penjelajah legendaris Amerika. Keduanya meninggalkan kenyamanan, ikatan emosional, keluarga, dan mencari cakrawala baru.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini bukanlah kisah tentang keberanian, bukan pula laporan perjalanan yang sinis. Ini adalah kepingan tekad awal kisah dua manusia yang mengembara bersama, dengan aspirasi dan impian yang sama, yaitu perubahan.
"Aku tahu, bahwa ketika ada penguasa yang memisahkan manusia-manusia menjadi dua kelompok yang berlawanan, aku akan tetap bersama rakyat."