Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Peran Buruh dalam Perjuangan Irian Barat
1 Mei 2017 11:11 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Ardha Franstiya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Dalam mengenang peristiwa unjuk rasa 1 Mei 1986 di Amerika Serikat yang dilakukan secara besar-besaran oleh para buruh disana, maka 1 Mei dijadikan pemerintah Indonesia sebagai hari libur nasional, guna antisipasi kekhawatiran bahwa gerakan buruh akan menimbulkan kerusuhan serta mengganggu ketertiban umum.
ADVERTISEMENT
1 Mei juga hari dalam memperingati pembebasan Irian Barat. Di 1 Mei 1963, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Sejak saat itu Irian Barat dinyatakan sebagai 'daerah karantina'.
Memuncaknya perjuangan Irian Barat tak lepas dari kerasnya Belanda untuk mempertahankan jajahannya dan menguasai kekayaan ekonomi di wilayah tersebut.
Dalam rangka memperjuangkan Irian Barat, pemerintah mengadakan aksi pembebasan Irian Barat, yang didukung oleh pihak militer serta organisasi massa, pemuda, wanita, veteran, alim ulama, petani, dan buruh.
Alhasil pada pertengahan Oktober 1957 dibentuk suatu panitia dengan nama Panitia Aksi Pembebasan Irian Barat, yang bercabang sampai di daerah-daerah.
Tepat 1 Desember 1957, Soedibjo selaku Menteri Penerangan sekaligus ketua panitia aksi pembebasan Irian Barat, menginstruksikan khusus kepada kaum buruh yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda, untuk mengadakan aksi pemogokan seharian dalam 2 Desember 1957.
ADVERTISEMENT
Aksi mogok itu disusul dengan rentetan kejadian pengawasan, pengoporan, dan pengambil alihan perusahaan-perusahaan Belanda oleh buruh yang tergabung dalam organisasi.
Berawal dari perusahaan pelajaran KPM yang berpusat di Jakarta pada 3 Desember 1957. Selepasnya, tindakan pengoporan dan pengambil alihan perusahaan-perusahaan Belanda terjadi di mana-mana, termasuk luar kota Jakarta.
Karena adanya perlindungan dari Dewan Keamanan Pemerintah, sehingga pengoporan dan pengambil alihan ini berlangsung secara insentif selama 11 hari.
Selanjutnya, pada November 1957 dibentuk Badan Kerjasama Buruh Militer, yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil dari tiap induk organisasi buruh dan perwira militer.
Gerakan dari organisasi ini seperti, mengintensifir kesadaran nasional, menyampaikan usul kepada pemerintah guna memberantas gerakan subversif asing, ikut bergerak dalam rangka mengadakan kampanye, serta berusaha menampung para buruh yang kehilangan mata pencahariannya.
ADVERTISEMENT
Badan ini juga merupakan organisasi yang menjagakan diri dalam perjuangan secara fisik dan mental, dengan tujuan merebut 'anak yang dirindukan Ibunya'.