Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bocah Afrika yang Kelaparan Itu Merasakan Hari Pertama Sekolah
4 Februari 2017 12:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Masa-masa sulit untuk seorang bocah Afrika bernama "Hope" telah berlalu. Ketika tahun lalu ditemukan, kondisinya kurus kering tak terawat. Kini, dia mendapat harapan lebih besar seiring hari pertamanya bersekolah.
ADVERTISEMENT
Ada sebuah momen yang membuat dunia kompak dibuat keheranan pada Januari 2016. Masyarakat global kala itu gempar oleh foto anak Afrika yang terlihat bak tulang berbalut kulit, sedang diberi minum oleh seorang perempuan di satu tempat di Afrika.
Anak laki-laki 3 tahun itu hidup tak terurus di jalanan salah satu kota di tenggara Nigeria. Keadaannya amat menyedihkan. Dia menderita kekurangan gizi.
Kondisinya yang demikian terjadi akibat struktur sosial. Nahas, wujud fisik si bocah dianggap mengerikan dan membuatnya mendapat label "Penyihir."
Sementara kebiasaan yang dianut oleh masyarakat Nigeria ialah, ketika ada anak tampak seperti bocah “penyihir," maka dia harus dibuang.
Bocah itu terpaksa harus merasakan nasib dibuang oleh orang tua dan masyarakat. Sudah 8 bulan bocah itu hidup dalam pembuangan. Dia tinggal di jalanan dan mengandalkan makanan pemberian orang --yang tak selalu ada.
ADVERTISEMENT
Hingga harapan muncul ketika seseorang melintas di jalanan tempat bocah itu biasa luntang-lantung. Dialah Anja Ringgren Loven.
***
Pada 31 Januari 2016, Anja Ringgren Lovén mendapati pemandangan tak biasa ketika melintasi sebuah jalanan Nigeria. Ia melihat seorang bocah malnutrisi lewat di depannya.
Sontak Loven menghampiri sang "bocah penyihir" untuk memberinya makan dan minum. Loven jatuh iba dan membawa bocah itu ke rumah sakit.
Si bocah kemudian diberi nama Hope, yang artinya sebuah harapan agar bocah tersebut segera pulih seperti anak normal lainnya.
Hope, andai saat itu tidak diselamatkan, bisa saja meninggal dunia. Malnutrisi dan cacingan yang ia alami benar-benar parah.
Setelah 30 hari dirawat di rumah sakit, Hope pelan-pelan mulai mendapatkan kebahagiaan layaknya anak-anak lain di dunia.
ADVERTISEMENT
Kesehatannya pulih dan wajahnya mulai memancarkan senyum. Hope jadi gemuk dan amat menggemaskan. Keceriaannya tampak nyata dalam foto yang diunggah Loven di media sosial.
Hope kemudian hidup di panti yang didirikan Loven. Loven memang menaruh perhatian pada bocah-bocah "penyihir" di Afrika. Lewat organisasi bernama African Children Aid Education and Development Foundation, dia membuat panti khusus untuk merawat anak-anak dengan kasus serupa.
Di panti milik Loven itulah, Hope tinggal bersama 30 anak lain dengan kasus serupa. Anak-anak yang mendapat julukan "bocah penyihir."
Tinggal di panti membuat kehidupan Hope lebih baik. Hope mulai mendapatkan hak dasarnya sebagai seorang anak. Dia bisa tersenyum, mendapat kasih sayang, dan bermain dengan temannya.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini Loven merayakan satu tahun diselamatkannya Hope. Salah satu foto unggahan Loven menunjukkan Hope mengenakan seragam dan bersiap untuk menjalani pekan pertamanya di sekolah.
"Sebuah misi penyelamatan yang menjadi viral, dan hari ini tepat satu tahun lalu, dunia akhirnya tahu ada seorang anak laki-laki bernama Hope. Dan minggu ini Hope akan mulai masuk sekolah!" ujar Loven dalam unggahan status Facebook-nya.
Kisah ini bukan tentang cerita dua manusia bernama Loven dan Hope. Kisah ini adalah contoh bagaimana manusia yang hatinya dipenuhi kasih sayang akan bisa mengubah keburukan.