Rumah Sakit di Inggris Lumpuh Akibat Serangan Ransomware WannaCry

13 Mei 2017 5:49 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Rumah sakit di Inggris lumpuh. (Foto: AP Photo/Matt Dunham)
zoom-in-whitePerbesar
Rumah sakit di Inggris lumpuh. (Foto: AP Photo/Matt Dunham)
Fasilitas kesehatan se-Inggris Raya tiba-tiba lumpuh akibat serangan peretasan yang membuat akses komputer rumah sakit mati. Serangan yang terjadi Jumat (12/5) ini tidak hanya melumpuhkan sistem informasi yang telah terintegrasi secara digital, namun juga layanan dokter, unit gawat darurat dan semua fasilitas berhenti beroperasi.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Associated Press, rumah sakit di Inggris tiba-tiba tidak dapat mengakses komputer mereka. Hal ini memaksa rumah sakit tidak bisa melayani para pasien baik rawat jalan maupun rawat inap. Pasien yang melakukan kemoterapi terpaksa harus menunda tindakan medis ini karena rekam medisnya tidak bisa diakses.
Serangan virus komputer rumah sakit Inggris. (Foto: Associated Press)
zoom-in-whitePerbesar
Serangan virus komputer rumah sakit Inggris. (Foto: Associated Press)
Tidak hanya di Inggris, beberapa jaringan di Eropa juga menerima dampaknya. Laporan bermula dari Spanyol yang kemudian diikuti oleh Rumania dan beberapa tempat lainnya. Fasilitas kesehatan di Skotlandia mulai rumah sakit hingga praktik dokter.
Jaringan ini menghadapi serangan yang dinamakan ransomware atau sebuah virus yang dapat mengunci komputer sehingga tidak dapat mengakses informasi. Biasanya, serangan ransomware diikuti dengan permintaan tebusan oleh si peretas.
ADVERTISEMENT
NHS Digital, lembaga keamanan jaringan rumah sakit di Inggris mengungkap bahwa serangan ini menggunakan varian malware Wanna Decryptor. Jenis malware ini biasanya berdampak dengan mengunci sistem komputer yang kemudian digunakan oleh sang peretas untuk meminta tebusan.
Ransomware kerap disebut sebagai program jahat yang menyandera dokumen korban. Kebanyakan program jahat jenis ransomware ini, akan mengunci dokumen dengan algoritma enkripsi khusus. Setiap dokumen yang terkunci oleh peranti lunak ini hanya bisa diakses jika memasukkan kode unik untuk membuka enkripsinya. Nah, kode unik itu hanya dimiliki oleh pihak yang membuat ransomware tersebut. Si penjahat siber kerap meminta uang tebusan jika korbannya ingin mendapatkan kode unik untuk membuka kunci enkripsi.
Serangan virus komputer rumah sakit Inggris. (Foto: Associated Press)
zoom-in-whitePerbesar
Serangan virus komputer rumah sakit Inggris. (Foto: Associated Press)
Dalam foto yang beredar di media sosial, foto layar depan komputer jaringan NHS yang berubah menjadi sebuah gambar yang menyiratkan pesan meminta tebusan senilai 300 dolar AS dalam Bitcoin.
ADVERTISEMENT
Krishna Chinthapalli, dokter dari Britain's National Hospital, pernah menulis tentang keamanan siber dalam sistem operasi rumah sakit Inggris yang usang. Dia berujar bahwa masih banyak rumah sakit yang menggunakan sistem operasi Windows XP yang dikeluarkan tahun 2001.
Chinthapalli berujar bahwa pendanaan pemerintah terkait sistem IT di rumah sakit terus menurun. "Anggaran IT sering menjadi korban pengematan. Melihat trennya, peretasan ini akan terus terjadi," ujar Chinthapalli.
Pengamat IT berujar bahwa serangan ransomware kali ini disalurkan lewat sistem operasi Microsoft. Namun, kejadian ini lebih disebabkan oleh kondisi perangkat lunak komputer yang telah lama tidak diperbarui atau tidak mengikuti standar pengoperasian yang ditetapkan Microsoft.
Pasien yang ditolak rumah sakit di Inggris. (Foto: AP Photo/Matt Dunham)
zoom-in-whitePerbesar
Pasien yang ditolak rumah sakit di Inggris. (Foto: AP Photo/Matt Dunham)
"Saya tidak percaya ada sebuah target serangan. Namun sesederhana bahwa ransomware ini akan secara acak menyerang perangkat yang rentan," ujar Alan Woodward, professor Ilmu Komputer dari University of Surrey, Inggris.
ADVERTISEMENT
Pakar IT berujar bahwa ancaman para peretas semakin meningkat. Rumah sakit menjadi target yang menggiurkan karena memiliki barang berharga berupa data rahasia pasien yang dilindungi oleh sistem informasi usang.
Perdana Menteri Inggris, Theresa May, berujar bahwa tidak ada data pasien yang diambil. Serangan ransomware ini tidak serta merta dikhususkan kepada fasilitas kesehatan nasional. "Ini merupakan serangan yang bersifat internasional yang mana beberapa negara dan organisasi ikut terkena dampaknya," ujar May.