news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Salah Kaprah Manusia soal Bencana Alam

Ardhana Pragota
Ahimsa Paramo Dharma
Konten dari Pengguna
8 Desember 2017 0:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ardhana Pragota tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah Kaprah Manusia soal Bencana Alam
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Entah sudah berapa bencana alam dilalui oleh rumah di pinggir Sungai Winongo, Bantul, Yogya, itu. Pada tahun 2006 misalnya, pondasinya dikejutkan oleh gempa bumi Yogyakarta berkekuatan 5,9 magnitudo dan menewaskan 6000 orang.
ADVERTISEMENT
Abu vulkanik pun kini belum terhapus dari dinding semen rumah, karena tahun 2010 dan 2012, dinding itu masih menerima kiriman pasir ketika Yogyakarta dikepung abu vulkanik dari Gunung Merapi dan Gunung Kelud.
Ia baru ambruk setelah diterpa deru badai yang menyentuh selatan Jawa. Badai itu bernama siklon tropis Cempaka.
Siklon Tropis (Foto: AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Siklon Tropis (Foto: AFP)
Hujan deras, Selasa (28/11), membuat tanah lapuk di sisi atas rumah di tepi Sungai Winongo itu longsor. Ia menimpa separuh rumah, dan menewaskan tiga orang penghuninya.
Rumah terkena longsor akibat siklon tropis. (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rumah terkena longsor akibat siklon tropis. (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
Rumah tersebut adalah wajah Indonesia. Seperti keindahan yang menemukan maknanya karena keburukan.
Gunung Agung meletus. (Foto: Instagram/@bezumaxx)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Agung meletus. (Foto: Instagram/@bezumaxx)
Kekayaan alam negeri ini ditempa dari proses alam yang letupannya mengejutkan.
Orang bilang, tanah kita ada lukisan Tuhan di muka bumi.
ADVERTISEMENT
Di balik keindahan nusantara yang dielu-elukan, ada cincin api yang menjadi tempat berlangsungnya 90 persen aktivitas seismik di muka bumi. Gempa, tsunami, dan letusan gunung berapi menjadi kisah rutin yang hadir setiap tahun.
Gunung Sinabung terus meletus. (Foto: Twitter/@Sutopo_BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Sinabung terus meletus. (Foto: Twitter/@Sutopo_BNPB)
Sebanyak 128 gunung api aktif menyebar di lebih dari 17.000 pulau di Indonesia, dan silih berganti mengeluarkan isi perutnya.
Sejumlah 5000 sungai mengalir di daratan Indonesia, dan 30 persennya melewati kota besar berpenduduk padat. Setiap musim hujan, gemercik air sungai menjelma banjir bandang yang merusak.
Alam bergerak bermetabolisme. Gunung meletus untuk menyuburkan daratan sekelilingnya. Tanah longsor untuk meratakan permukaannya. Lempeng bergerak untuk membentuk daratan. Semua baru menjadi bencana ketika mengorbankan jiwa manusia.
Banjir dampak siklon tropis Cempaka. (Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho)
zoom-in-whitePerbesar
Banjir dampak siklon tropis Cempaka. (Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho)
Bagaimana agar manusia dan alam bisa berjalan beriringan dan tak saling merugikan satu sama lain?
ADVERTISEMENT
Tampaknya, cita-cita masih terlampau sulit.
Selama ini, manusia kerap menjadikan alam sebagai objeknya. Mereka membangun, mengambil, mengumpan balik, tanpa rasa bersalah.
Ketika bencana alam datang, manusia bilang semua telah diatur, dan yang terjadi biarlah terjadi. Alam dikangkangi seakan benda mati.
Padahal, manusia menuai apa yang ia tanam. Dan semestinya, laju hidup manusia selaras dengan alam.
Sesederhana, tapi sesukar itu.