Konten dari Pengguna

Mengenal Produksi Soun Masyarakat Desa Manjung

Arfan Nur Irmawan
Bachelor of Communication Science UPN Veteran Yogyakarta
18 September 2023 20:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arfan Nur Irmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Proses pencetakan adonan soun. Sumber dokumen pribadi/Arfan Nur Irmawan
zoom-in-whitePerbesar
Proses pencetakan adonan soun. Sumber dokumen pribadi/Arfan Nur Irmawan
ADVERTISEMENT
Hamparan soun menjadi pemandangan lumrah di sepanjang jalan menyusuri Desa Manjung. Sepetak pekarangan rumah dipenuhi soun yang sedang dijemur dibawah teriknya sinar mentari.
ADVERTISEMENT
Soun produksi Desa Manjung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten memang terkenal seluruh penjuru kota, bahkan sudah dikirim diberbagai daerah, makanya tak heran jika mayoritas masyarakatnya menggeluti bisnis ini. Saking kondangnya, setiap terdengar nama Desa Manjung pikiran langsung tertuju pada sounnya, bahkan gapura menuju desa tersebut juga tertulis sebagai desa industri soun.
Industri rumahan soun menjadi tulang punggung masyarakat Desa Manjung yang telah dilakukan secara turun temurun. Pada awalnya industri rumahan ini bersifat kolektif atau bersama-sama. Hal ini dikarenakan proses produksinya masih dengan cara manual menggunakan tenaga manusia, pasalnya dibutuhkan minimal lima orang supaya proses produksi dapat berjalan.
Ilmu dan modal yang dimiliki masyarakat diturunkan dari generasi ke generasi hingga saat ini, hal yang menjadi pembeda kini industri soun berjalan secara individu. Hadirnya teknologi serta kemudahan pencarian bahan baku pembuatan soun menjadi faktor usaha ini tak dijalankan secara kolektif lagi. Sampai saat ini tercatat masyarakat Desa Manjung yang menggeluti usaha pada industri soun mencapai 80 persen.
ADVERTISEMENT
Salah satu pengusaha soun di Desa Manjung yang meneruskan usaha milik keluarganya yaitu Mujiati. Latar belakang keluarga sebagai pengusaha soun menurun kepadanya, ia lebih memilih mendirikan usaha setelah menempuh sekolah menengah atas tahun 1998. “Selepas menyelesaikan sekolah, saya akhirnya meminta izin untuk mendirikan usaha seperti yang sudah dijalankan orangtua”, ujar Mujiati.
Mujiati mampu memproduksi soun dua sampai empat kali dalam sehari tergantung kondisi cuaca, hal ini lantaran proses penjemuran dilakukan dibawah terik matahari langsung. Penjemuran soun memakan waktu satu jam saat cuaca panas dan dapat memakan waktu dua sampai tiga jam apabila cuaca sedang mendung.
Soun produksi Mujiati telah di pasarkan diberbagai kota seperti Jember, Lumajang, Banyuwangi, Bondowoso, Kalibaru, Jombang bahkan sampai menyebrang ke Pulau Kalimantan tepatnya Kota Banjarmasin. Perjuangan awal dalam mencari pasar ia lakukan dengan mendatangi langsung serta memberikan sampel kepada reseller atau pedagang makanan berbahan soun.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Mujiati juga tidak terlalu mencari keuntungan yang besar pada awal mula pencarian daerah pemasaran produknya. Ia menawarkan promo untuk menarik hati calon konsumen. Meskipun demikian, ia tetap mengutamakan mutu soun yang diproduksi. Hal itu ia lakukan supaya produknya mampu bersaing di pasaran.