Gibran Menggambar Hidup dan Cinta dalam Sayap-Sayap Patah

Argya Dharma Maheswara
Journalist - Writer - Photographer
Konten dari Pengguna
23 April 2022 19:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Argya Dharma Maheswara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Buku Sayap-Sayap Patah. (Foto: Penerbit Mizan)
zoom-in-whitePerbesar
Buku Sayap-Sayap Patah. (Foto: Penerbit Mizan)

“Cinta itu hakikatnya berkorban, bukan pamrih individu dan mengejar kesenangan pribadi.”

ADVERTISEMENT
Cinta, Kenangan, Keheningan, Kepasrahan dan penderitaan menjadi tema utama dalam Novel Sayap-sayap patah. Novel ini berdasarkan kisah cinta pertama Gibran di Lebanon pada seorang wanita bernama Hala Daher (dalam novel bernama Selma Karamy).
ADVERTISEMENT
Gibran sendiri menjelaskan bahwa setiap orang muda pasti teringat pada cinta pertamanya. Hal ini dengan lantang ia sampaikan kepada kita para pembaca melalui rangkaian kisah di dalam Sayap-Sayap Patah.
Gibran dan Selma sendiri dipertemukan dalam frekuensi yang sama yaitu kemurungan. Maka dari itu Gibran banyak menggunakan kata-kata yang miris dalam penulisannya dalam sayap-sayap patah. Kita dapat merasakan hal-hal tersebut mulai dari bagian paling awal dimana pembaca diajak mengenang Selma yang digambarkan sudah mati dan terkubur.

Cinta merupakan daya kehidupan

Gibran menjelaskan bahwa hidupnya belum lengkap sebelum bertemu dengan selma. Hidupnya yang semula hampa dan otomatis seperti robot membuat hidupnya bermakna. Gibran menyebutkan bahwa hidupnya masih koma, belum titik.
Jika orang bilang hidup ini yang penting uang, status, pendidikan dan segala hal materiil, Gibran menyebutnya sebagai koma. Ini didasarkan pandangannya tentang Adam yang sudah mendapat surga tapi belum merasa menemukan kesempurnaan sebelum ada hawa.
ADVERTISEMENT
Cinta juga dapat menunjukan daya dengan melawan hukum alam karena hal-hal diluar batas kemanusiaan dapat ditembus dengan cinta.

Tema Sayap-sayap patah

Kenangan dapat terasa indah dan jauh lebih indah daripada kenyataan, namun kenangan juga bisa menjadi terasa sangat menyakitkan.
Keheningan di dalam novel ini sangat terasa. Jika banyak novel menggunakan banyak kata, Gibran lebih banyak menggunakan keheningan dalam novel ini. Terkadang keheningan menjadi bahasa yang lebih tinggi dari kata-kata. Suara hati jauh lebih dahsyat.
Kepasrahan Selma Karamy yang dipaksa menikah dengan orang yang tidak mencintai atas paksaan pendeta. Cinta dan air mata juga merupakan hal yang sangat penting. Karena cinta menurut Gibran jika ditabur air mata akan tetap murni dan indah.
Cinta menguatkan para pecinta dalam segala situasi sulit. Seperti masalah-masalah kehidupan seperti susahnya hidup dan penderitaan. Seluruhnya menuju sebuah tema besar yaitu penderitaan karena menjalankan cinta yang tidak
ADVERTISEMENT

Sastra dan Cinta

Puisi dan cinta itu sangat dekat. Itu sebabnya orang mengungkapkan cinta dengan metafora-metafora yang sangat berisi. Apalagi jika cinta dialami pujangga. Kenangan merupakan makhluk paling indah dalam cinta. Maka hidupkanlah kenangan.
Cinta bahkan patah hati yang dialami pujangga biasanya menjadi suatu karya yang sangat istimewa. Bisa kita lihat dalam Sayap-Sayap Patah dimana Gibran menggunakan momen patah hatinya untuk menulis sebuah kisah.