Konten dari Pengguna

Ceritaku Jadi Petugas Sensus Penduduk 2020 di Masa Pandemi COVID-19

Aria Rusta
kontributor
20 Oktober 2020 9:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aria Rusta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto: istimewa
zoom-in-whitePerbesar
foto: istimewa
ADVERTISEMENT
9 Agustus lalu, seorang teman sekolah bernama Inan, mengirim sebuah foto berisikan lowongan pekerjaan petugas sensus penduduk melalui aplikasi whatsapp. Momen tersebut dikirimkannya saat kami sedang bermain PS di tempat rental biasa kami main. Mulanya, aku enggak terlalu menanggapi lowongan tersebut. Sebab, pendaftarannya hanya tersisa sehari. Tapi di sisi lain, aku merasa tertantang untuk melamarnya. Maka usai bermain PS, malam harinya mulailah kucari lebih detail perihal info tersebut.
ADVERTISEMENT
Langkah pertama yang kulakukan tentu saja mengunjungi website tersebut. Kemudian, men-download dan melengkapi sejumlah dokumen yang diperlukan dalam proses seleksi administrasi. Proses tersebut meliputi fotokopi ijazah pendidikan terakhir, fotokopi KTP, pas foto, daftar riwayat hidup, surat pernyataan tempat tinggal, surat mempunyai smartphone, surat lamaran, hingga mengisi formulir pendaftaran. Beberapa berkas tersebut, selanjutnya dikirim secara online.
Usai melakukan pendaftaran online, aku juga diminta untuk mengikuti tes seleksi secara online di gelombang kedua, pada tanggal 11 Agustus antara pukul 08.00 sampai 10.00. Karena di rumahku jaringan internetnya kurang mendukung, maka aku pergi ke balai desa untuk menggunakan fasilitas publik berupa wifi desa. Di tengah-tengah mengikuti tes online, seorang teman yang sudah lama tidak berjumpa, tiba-tiba mengunjungiku di balai desa. Prio, melihatku saat dirinya baru saja pulang dari rumah istrinya, di daerah Jepon.
ADVERTISEMENT
Sambil mengikuti tes online, aku juga membahas banyak hal dengan kawanku ini. Bagaimana tidak, beliau ini kawan bermain sejak duduk di bangku SD, SMP hingga saat ini. Maka dapat dibilang, tes online tersebut kulakukan setengah-setengah. Setengahnya, mengerjakan tes. Setengahnya lagi, ngobrol dengan kawanku ini. Bahkan, usai mengerjakan tes secara online, aku melanjutkan obrolanku ini dengan pindah ke warung kopi santen yang jaraknya sekitar 100 meter dari balai desa.
13 agustus, pihak BPS mengumumkan hasil seleksi petugas sensus penduduk 2020. Alhamdulillah, dalam pengumuman tersebut, namaku tercantum. Setelah dipastikan lolos menjadi petugas sensus, maka aku diminta untuk mengisi registrasi paling lambat tanggal 14 agustus. Tanpa menunda banyak waktu, kulakukan melakukan registrasi tersebut. Setelah itu, aku juga langsung menyerahkan berkas-berkas ke kantor BPS Blora. Meskipun, penyerahan berkas tersebut diserahkan paling lambat tanggal 24 agustus.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, aku dimasukkan ke grup whatsapp yang sibuk membahas mengenai perkembangan sensus penduduk. Banyak obrolan yang dibahas di grup tersebut. Mulai dari jadwal pelaksanaan sensus hingga permasalahan yang biasanya dijumpai saat melaksanakan sensus. Sebelum sensus penduduk dilakukan, para petugas diminta untuk melakukan rapid test sesuai lokasi yang disediakan.
dokumentasi pribadi
Ngomong-ngomong soal rapid test, ini menjadi pengalaman pertama bagiku. Hal itu dikarenakan adanya penyebaran pandemi covid-19 yang masih menjadi perhatian besar di dunia ini. Dengan dilakukannya rapid, para petugas sensus nantinya diharapkan tidak membawa penyebaran virus tersebut ke masyarakat. Dan tentu saja, rapid yang dilakukan pada 27 agustus itu merupakan bagian dari protokol kesehatan yang selalu digaung-gaungkan oleh pemerintah. Walaupun gratis, tapi aku tetap saja merasa khawatir.
ADVERTISEMENT
“Aku takut disuntik,” kataku jujur ke tenaga medis yang menggunakan APD lengkap dan tidak memberi jawaban sembari memegang tangan kiriku. Setelah diraba-raba, tangan tenaga medis itu kemudian berpindah ke tangan kananku. Rupanya otot tangan kiriku yang dicari olehnya tidak ketemu, sehingga ia kembali meraba-raba tangan kananku sembari mengoleskan cairan alkohol ke otot yang akan disuntik.
Ku tarik napas dalam-dalam untuk mengurangi rasa panik yang menyelimut. Tanpa banyak waktu, ditusuklah lengan kananku dengan jarum suntik. Kemudian jarum tersebut menyedot beberapa cairan darah yang ada di dalam ototku.
Usai disuntik, dia kemudian kembali memberikan alkohol untuk mengurangi rasa nyeri yang terus terasa. Setelah dirapid test, lengan tanganku terasa berat dan agak gatal di bagian yang baru saja disuntik. Itulah pengalamanku saat dirapid test.
ADVERTISEMENT
Oh iya, selain rapid test, pada tanggal 27 agustus itu juga diberikan surat perjanjian kontrak kerjasama yang bisa juga digunakan untuk mengambil honor. Selang beberapa hari, hasilnya non-reaktif, sehingga dipastikan aku menjadi petugas sensus.
Sebelum terjun ke masyarakat untuk melakukan sensus, aku dan para petugas lainnya diberikan pengarahan agar tidak terlalu kaget dan kebingungan selama bekerja. Di dalam satu ruangan, koordinator kecamatan memberikan pengarahan sembari menyerahkan alat tempur dan amunisi yang diperlukan selama sensus, yang mana meliputi rompi, tas, peralatan tulis, masker, hand sanitizer, face shield, dan tentu saja sasarannya, yang berupa tumpukan berkas berisikan nama-nama orang.
H-1 sebelum sensus, aku dikumpulkan di balai desa beserta 3 teman lainnya yang sama-sama bertugas di desa Jepangrejo, kecamatan Blora. Kalau orang jawa bilang ini namanya kulo nuwun ke perangkat desa sekaligus mengutarakan maksud tujuan kami melakukan sensus. Hingga mereka pun menerima kami dengan baik.
ADVERTISEMENT
Sambil menenteng tas berisi berkas, membawa rompi dan menggunakan APD aku bekerja. Selama menyensus, aku ditemani oleh ketua RT. Setidaknya, aku ditugaskan untuk menyensus 9 RT di wilayah ini. Beragam persoalan aku hadapi. Di antaranya, nama penduduk yang tidak sesuai dengan lokasi tempat tinggalnya, nama penduduk yang telah meninggal dunia, penduduk yang pindah tempat tinggal, sampai adanya penambahan warga baru di wilayah tersebut yang belum terdata oleh perangkat desa.
dokumentasi pribadi
Selain itu, pada saat menyensus bersama ketua RT, banyak anggapan yang berseliweran di benak masyarakat terhadap kami. Mulai dari pendataan bantuan sembako atau BLT (Bantuan Langsung Tunai), pendataan untuk pemilu (karena desember ini akan ada pilbup blora), hingga jawaban-jawaban nyeleneh dari masyarakat ketika dimintai keterangan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, kegiatanku menyensus masyarakat sekaligus sebagai bagian untuk bersilaturahmi dengan mereka. Aku yang memang warga asli sini, kurang begitu mengenal mereka karena intensitas bertemunya yang jarang akibat sudah lama tidak pulang ke desa. Jadi wajar saja, apabila aku sekalian memperkenalkan diri ke mereka bahwa aku juga merupakan bagian dari wilayah mereka. Maka dari itu, selama menyensus aku sebisa mungkin memastikan data-datanya benar, valid serta sesuai dengan kondisi dan kenyataan yang ditemukan selama di lapangan. Juga tentu saja, bagian dari tanggung jawabku sebagai seorang warga desa yang melakukan pendataan di tempatku bertahan hidup.
Menurutku, menjadi petugas sensus penduduk penuh dengan tantangan. Kita ditantang untuk dapat berkomunikasi dengan warga secara baik dan santun, menjaga nama baik instansi dan pribadi. Pokoknya bisa memberikan kesan positif bagi mereka. Sebab, apabila mereka mendapatkan kesan yang negatif, maka akan berdampak buruk bagi instansi secara umum dan pribadi kita secara khususnya. Apalagi, mayoritas petugas sensus, melakukan tugasnya di wilayah tempat tinggalnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Sensus penduduk sendiri dilaksanakan secara serentak pada awal september. Sehingga diharapkan pada pertengahan bulan dapat segera dirampungkan. Nantinya, hasil sensus tersebut dikumpulkan dan direkapitulasi lagi oleh pihak lainnya. Makanya, jangka waktu sebulan ini dirasa cukup untuk menyelesaikan agenda sensus penduduk yang mengambil tema Mencatat Indonesia.