Penggunaan Retorika dalam Komunikasi Internasional

Arie Purnama
Alumni Magister Ilmu Komunikasi Universitas Lampung-Konsentrasi Komunikasi Politik-Alumni Int.Class Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
28 Februari 2024 9:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arie Purnama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menlu Retno Marsudi menyampaikan pandangan lisan di depan Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, Belanda, Jumat (23/2/2024). Foto: UN TV
zoom-in-whitePerbesar
Menlu Retno Marsudi menyampaikan pandangan lisan di depan Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, Belanda, Jumat (23/2/2024). Foto: UN TV
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kalimat di atas merupakan salah satu kalimat pembuka Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam forum Mahkamah Hukum Internasional, yang merupakan salah satu bentuk komunikasi Internasional. Beliau adalah wanita pertama yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia sejak 2014. Salah satu tugas Menteri Luar Negeri adalah mewakili negara dalam hubungan diplomatik, berpartisipasi dalam pertemuan bilateral dan multilateral serta menghadiri konferensi internasional.
Sehingga dibutuhkan kecakapan dalam menyampaikan pesan dalam pidato-pidatonya. Hadirnya Retno Marsudi dalam forum Mahkamah Hukum Internasional adalah berbicara tentang sikap Indonesia di depan perwakilan negara lain dari berbagai negara di dunia, untuk membela hak rakyat Palestina. Hal ini merupakan diplomasi krisis untuk meredakan ketegangan, mencari solusi damai, dan ajakan bekerja sama dengan negara-negara lain dalam situasi darurat.
ADVERTISEMENT
Dalam Ilmu komunikasi, dikenal istilah komunikasi Internasional. Menurut Deddy Djamaluddin, Komunikasi internasional adalah proses komunikasi antara perwakilan negara yang bertujuan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berhubungan dengan kepentingan negaranya kepada perwakilan negara lain, dengan harapan mendapatkan dukungan yang luas.
Fokus utama komunikasi internasional adalah pada realitas politik, dengan penekanan pada pesan-pesan yang berkaitan dengan kebijakan dan kepentingan suatu negara dengan negara lain dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, pertahanan, dan lain-lain. Ini melibatkan strategi komunikasi yang disusun dengan cermat untuk mencapai tujuan diplomasi dan kepentingan Nasional.
Komunikasi Internasional berbeda dari komunikasi pada umumnya, karena adanya perbedaan jenis isu yang pesannya bersifat global, serta komunikator dan komunikannya berbeda kebangsaan. Pidato yang disampaikan oleh Retno merupakan sebuah propaganda pernyataan sikap. Lantas Teori Komunikasi seperti apa yang dibutuhkan dalam komunikasi Internasional ini?
ADVERTISEMENT
Teori yang digunakan untuk menjelaskan ini adalah teori Retorika ajakan. Menurut Little John dan Karen, retorika ajakan menggunakan ide dari undangan sebagai sebuah metode percakapan, baik secara harfiah maupun metaforis. Ketika seorang komunikator memberikan undangan kepada orang lain untuk memahami perspektifnya, hal itu sebenarnya mengajak pendengar untuk melihat dunia dari sudut pandang komunikator.
Meskipun penerimaan ajakan tersebut tergantung pada pendengar masing-masing, minimalnya tujuan undangan adalah untuk menciptakan pemahaman dengan perspektif yang berbeda dari semua pihak yang terlibat dalam interaksi. Makna dari retorika ajakan adalah untuk mempengaruhi pikiran, emosi, atau tindakan orang lain dengan cara yang persuasif.
Dalam konteks yang lebih luas, retorika ajakan dapat digunakan dalam berbagai situasi, seperti pidato politik untuk mendapatkan dukungan dari pemilih, iklan untuk mengajak konsumen membeli produk atau jasa tertentu, atau bahkan dalam percakapan sehari-hari untuk meyakinkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Intinya, retorika ajakan bertujuan untuk mengubah sikap atau tindakan seseorang melalui penggunaan bahasa yang persuasif dan meyakinkan.
ADVERTISEMENT
Dalam komunikasi, berbagai teknik retorika digunakan untuk mencapai tujuan persuasif, termasuk penggunaan bahasa yang meyakinkan, pemilihan kata yang tepat, penggunaan logika, dan penekanan pada nilai-nilai atau kepentingan bersama. Tujuannya adalah agar komunikan mengalami tiga efek dari komunikasi: efek kognitif yang meningkatkan pemahaman atau pengetahuan, efek afektif yang menimbulkan perasaan tertentu seperti marah, khawatir, iba, dan lain-lain, dan efek behavioral yang mendorong komunikan untuk bertindak setelah memahami dan merasakan perasaan tertentu.
ADVERTISEMENT
Kalimat ini diharapkan menjadi efek komunikasi, sehingga mendapat dukungan dan pengakuan dari seluruh komunikan atas praktik Israel yang menghalangi hak penentuan nasib sendiri bangsa Palestina merupakan pelanggaran hukum. Hasil dari penggunaan Retorika ajakan adalah menciptakan respons yang diinginkan dari pendengar, baik itu berupa tindakan konkret, perubahan sikap atau keyakinan, maupun pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu isu atau pesan yang disampaikan.
Inilah pentingnya komunikasi Internasional dalam konteks perwakilan negara, khususnya dalam situasi diplomasi krisis seperti pembelaan hak rakyat Palestina oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, di International Court of Justice. Dengan memanfaatkan retorika ajakan sebagai teori komunikasi yang relevan. Pada akhirnya, penggunaan retorika ajakan dalam komunikasi internasional bertujuan untuk menciptakan respons yang diinginkan dari pendengar.
ADVERTISEMENT