Konten dari Pengguna

Dejan Lovren dan Cinta Bodoh Liverpool

Arif Utama
we all gonna die (hopefully soon)
23 Oktober 2017 0:51 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arif Utama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lovren, bek tengah terbaik Liverpool musim ini. (Foto: Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Lovren, bek tengah terbaik Liverpool musim ini. (Foto: Getty Images)
ADVERTISEMENT
Kau pernah jatuh cinta? Aku rasa kau pernah, dan aku harap buka kembali kisahmu. Bukan, aku tak memintamu membuka ke halaman kisah-kisah manis dengan patah hati terbaikmu. Aku minta kau buka ke sebuah kisah pahit. Kisah di mana kau percaya dengan seseorang. Berkali-kali.
ADVERTISEMENT
Dan kau sempat berpikir kau akan menyangkut bersamanya selamanya dengan memaafkan kesalahan demi kesalahannya. Kau mungkin berpikir putus. Tapi kau tak bisa melakukannya. Tidak, tidak dalam jangka waktu yang cepat. Saat kau mengalaminya kala itu, kau seperti Sisifus dan bongkahan batu besar.
Itulah cara paling tepat menggambarkan Dejan Lovren.
Dejan Lovren, saat ia berumur lima tahun, adalah saksi nyata dari perang Bosnia yang terjadi pada 90-an. Lalu ia hijrah ke Kroasia. Ia hidup di situasi sulit. Sialnya, kini tak ada jiwa petarung dalam dirinya. Seolah penderitaan yang ia hidupi sudah dilupakan. Ia mungkin, tak berpikir untuk menghidupi hidupnya sebaik mungkin setelah pengalaman hampir mati itu.
Ketika Liverpool bermain, semua fans Liverpool akan tahu bahwa Liverpool akan kebobolan. Mengulang joke basi itu, kepastian Liverpool kebobolan persis seperti Pajak dan Kematian. Jangan kau harap Dejan akan teriak seperti Jamie Carragher atau Sami Hyypia serta Daniel Munthe Agger. Boro-boro mengontrol teman-temannya. Mengontrol dirinya saja dia bingung. Apa yang kau harapkan dari orang busuk macam itu?
ADVERTISEMENT
Kau tengok permainannya di Liverpool terakhir. Melawan Tottenham Hotspurs di ajang Premier League (22/10). Kau boleh bilang Harry Kane brilian karena dua gol dan satu umpan indah untuk Son "Si Cahaya Asia". Atau memuji Dele Alli. Tapi aktor utama dari gol itu adalah Dejan. Spurs tidak tampil dominan di awal. Namun berkat aksi gemilang Dejan Lovren mempermudah Harry Kane.
Tanpa aksi Lovren, Harry takkan bisa bikin penggemar FPL yang memasangnya keranjingan. Berkat dua gol “sumbangannya” itu, semua terasa menjadi mudah. Meski sudah ditarik, Spurs makin unggul. 4-1. Dejan harusnya mendapatkan poin tambahan di FPL atas sebab itu.
Adapun yang membuat geleng kepala, entah bagaimana ia digaji 100 ribu paun per pekan oleh “Klub Tersukses di Tanah Inggris”. Kau tahu tidak, Emre Can di musim 14/15 pernah menjadi bek? Dan kau percaya tidak, performanya tak jauh beda dengan Dejan Lovren. Beda Can dan Lovren hanya dua: Can sebenarnya adalah gelandang – dan hanya akal sehat Brendan Rodgers yang habis saja yang membuatnya menjadi bek – dan Can hanya digaji 35 ribu paun per pekan.
ADVERTISEMENT
Satu-satunya kontribusi yang bisa diingat dari Dejan Lovren hanyalah sundulannya ke gawang Borussia Dortmund di Anfield. Gol yang mengantarkan Liverpool untuk dipecundangi habis-habisan oleh Sevilla di Final Europa League. Dan ia, sebenarnya, tidak melakukan tugasnya sebagai bek dengan baik. Skor akhir berakhir 4-3 bagi Liverpool – menandakan Liverpool kebobolan banyak.
Kendati demikian, anehnya, Dejan tak juga kunjung pindah dari Anfield. Seperti pecinta yang bodoh, Liverpool justru menawarinya kontrak hingga 2021. Dan seperti kekasih yang tak tahu diri, Dejan menandatanganinya. Di kala pemain macam Mohamadou Sakho harus ditendang karena sikapnya, Dejan bertahan. Meski terus membuat kesalahan lagi dan lagi, ia selalu menembus Starting XI. Kurang cinta gila apa coba Klopp terhadap Dejan.
ADVERTISEMENT
Adalah yang membuat penggemar Liverpool berang, Liverpool, diwakili Juergen Klopp, seperti sedang menghisap sesuatu yang membuat mereka kehilangan kewarasannya. Aku tak tahu apa itu ganja atau sabu-sabu, tapi aku harap mereka menangkap manajemen Liverpool Membawa mereka ke panti rehabilitasi. Agar nalar mereka waras kembali.
Mengutip kembali apa yang dikatakan Klopp pada April lalu, “Dia adalah bek yang luar biasa dan seseorang yang, aku percaya, masih memiliki waktu sebagai seorang pemain.” Kalau saat membaca kutipan ini dan kau sedang meminum susu lalu tidak keluar susu dari hidungmu, coba kutipan yang ini dari Klopp. “Dia memiliki seluruh aspek dari apa yang dibutuhkan bek terbaik di sepak bola modern.”
Aspek bek terbaik macam apa yang ada di diri Dejan? Okelah, kalau Dejan merupakan salah satu dari 10 centre back yang disebut CIES memiliki performa terbaik. Tapi data perlu konteks. Dan saat menyaksikan Dejan Lovren bermain, kau akan tahu bahwa data tersebut tak ada faedahnya. Mau seminim apapun error leading to goal-nya, kalau kau lihat kehebatan Dejan yang mampu membuat kesalahan tanpa menyentuh bola kau takkan percaya dengan statistik.
ADVERTISEMENT
Tapi, hey, lihat sisi baiknya.
Pertama, Dejan sudah ditarik mundur di menit 30 – meski digantikan oleh Oxlade Chamberlain. Mungkin, Tuhan telah memberikan secercah cahaya kepada Klopp. Klopp tampak sangat syok dalam wawancara pasca-pertandingan.
Kedua, tentu saja, untungnya hanya satu Dejan Lovren di muka bumi ini. Sama seperti hanya satu Jordan Henderson dan Simon Mignolet.