Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Omong Kosong Lainnya di Goodison Park
23 Oktober 2017 11:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Arif Utama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika kamu telah buang uang 140 juta paun untuk perbaikan sebuah tim, kamu tentu tidak berharap timmu berada di zona degradasi. Setidaknya, melawanlah sedikit untuk perebutan zona Liga Champions. Tapi dalam hidup, selalu ada momen di mana ekspektasi tidak bertemu dengan realitas.
ADVERTISEMENT
Lalu, di sanalah Ronald Koeman. Menyaksikan Trio OLA – Oezil, Lacazette, Alexis – menari-nari di Goodison Park. Arsenal menang 2-5, dan Wenger bisa merayakan hari ulangtahunnya secara paripurna. Gooner bernyanyi di Goodison Park, “You getting sack in the morning…” Sementara seseorang berterikak, “Taxi For Koeman?”
Sementara bagi penggemar Everton? Ini adalah omong kosong lainnya di Goodison Park. Tujuh pemain sudah dibeli tapi tidak bisa mengatrol tim ini. Bahkan, AC Milan – yang sama-sama belanja besar-besaran jendela transfer kemarin – nasibnya tidak seburuk ini. Begitu juga dengan tetangga mereka, Liverpool, saat musim 14/15.
Liverpool boleh rugi, tapi tak harus terhina karena timnya bercokol di zona degradasi. Sehingga jangan ditanya bagaimana perasaan Koeman. Kepalanya pening minta ampun. Entah berapa aspirin yang sudah ia teguk. Di Liga, Everton berada di peringkat 18. Di zona yang sudah akrab ditinggali Sunderland beberapa musim. Sementara di Liga Europa, Everton berada di peringkat 4. Dasar klasmen.
ADVERTISEMENT
Farhad Moshiri, pemilik Everton itu, sempat bilang begini kala diwawancarai The Guardian Oktober (2/10) lalu,”Kita punya fans luar biasa dan mereka pantas untuk nasib yang lebih baik.” Lalu Farhad menyebutkan bahwa Koeman bukan penyebab timnya terseok-seok seperti sekarang – tujuh pemain cidera, kompetisi Eropa, dan kelelahan secara fisik dan mental adalah sebabnya. Padahal malaikat juga tahu, apa pasal dari permainan Everton yang terseok-seok ini.
Koeman boleh menyalahkan Michael Keane, dan beberapa pemain baru, yang justru tidak pede terhadap kualitasnya. Tapi masalahnya lebih dari itu. Everton, setelah musim yang bagus kemarin, bukan hanya kehilangan kepercayaan diri. Tapi kehilangan pemain. Seamus Coleman dan Yannick Bolasie cedera. Begitu juga James McCarthy dan Ramiro Funes Mori. Serta si pengagum Coutinho itu, Ross Barkley, yang absen karena sebab yang sama.
ADVERTISEMENT
Adapun cara Koeman menyelesaikan masalah itu sendiri sebenarnya juga bermasalah. Simak apa yang dikatakan Koeman pada wawancara pasca-pertandingan Everton-Lyon di ajang Europa League (20/10) kemarin, “Kita tak memiliki kemahiran atau kepercayaan diri saat ini untuk mencoba bermain dari bawah, kita mencipta terlalu banyak celah,” jelasnya. “Kita lebih baik kala kita bermain lebih direct.”
Jelas di sini tampak kegagalan logika dari Koeman sendiri. Untuk bermain direct, tentu saja butuh seorang target-man yang mumpuni agar umpan-umpan jauh bisa teroptimalkan. Kalau hendak bermain direct, tentu bukan Wayne Rooney yang harusnya dipulangkan demi mengisi pos yang ditinggalkan Romelu Lukaku. Lagipula apa poinnya memulangkan Rooney, kalau Everton kemudian ingin membeli Gylfi Sigurdsson? Sigurdsson pernah bilang begini kala diwawancarai The Guardian pada 2 Oktober lalu. “Kami berdua suka bermain di posisi tengah.” Kami yang dimaksud, tentu saja, Rooney. Pertanyaan yang sama juga berlaku pada pembelian pemain no. 10 lainnya, Davy Klaassen.
ADVERTISEMENT
Harusnya, tidak perlu banyak beli pemain no. 10. Bisa coba Troy Deeney, Fernando Llorente, atau siapapun dengan fisik dan positioning yang mumpuni dengan harga terjangkau. Sementara pemain Everton lainnya seperti Dominic Calvert-Lewin dan Sandro Ramirez, masih terlalu… mentah. Dan Omar Niasse? Siapa yang masih ingat Everton punya pemain ini, sih? Jadi semoga berhasil kalau hendak bermain bola-bola jauh. Everton saat ini telah mencetak hanya tujuh gol, sementara kebobolan sampai 18 gol.
Pembelian pemain dengan posisi serupa, dan salah pula, adalah penyebab Everton bercokol di nasib yang buruk macam sekarang. Kalau Koeman cerdas, ia tentu saja tak membeli pemain yang punya prospek cerah, atau melewati masa keemasannya. Everton butuh pemain yang sedang menikmati masa puncaknya. Sialnya, jika mengacu pada itu, hanya Sigurdsson, Idrissa Gueye, serta Morgan Schneiderlin yang sesuai dengan kualifikasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Lalu apa yang akan dilakukan Koeman saat ini? Ia bisa menyalahkan Steve Walsh, Director of Football baru dari Leicester City dengan track record mendatangkan Jamie Vardy dan Riyad Mahrez itu. Tapi itu takkan menyelesaikan masalah. Ini bukan krisis kecil macam hiasan pohon natal yang berwarna merah – warna Liverpool – yang penyelesainnya akan sangat gampang. Akal tak sekali tiba – dan itu berarti, Everton perlu rajin menang kembali agar bisa keluar dari kubangan macam ini. Entah dengan cara apa.