Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Normalisasi UAE-Israel: Ancaman yang Berbalut Perdamaian untuk Palestina
12 April 2022 13:39 WIB
Tulisan dari Arini Alfa Hasanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
September 2020 merupakan momen dimana Uni Emirat Arab dan Israel menandatangani kesepakatan normalisasi hubungan secara penuh, yang secara resmi tercantum dalam Abraham Accords. Abraham Accords merupakan sebuah perjanjian atau kesepakatan yang dibuat dan ditengahi oleh Amerika Serikat yang bertujuan untuk menormalkan hubungan antar negara UAE dan negara-negara Arab lainnya dengan Israel.
ADVERTISEMENT
Meskipun tidak pernah menunjukan secara jelas dan tegas sikapnya terhadap konflik antara Israel dengan Palestina, namun UAE merupakan salah satu negara Timur Tengah juga anggota dalam organisasi Liga Arab yang secara aktif menentang tindakan-tindakan Israel terhadap Palestina. Hal itulah yang membuat secara tidak langsung UAE seperti memiliki tanggung jawab moral dalam mendukung Palestina memperjuangkan kemerdekaannya. Selain itu, sebagai anggota dari Liga Arab UAE juga menolak untuk mengakui Israel, yang tercantum dalam (UAE Federal Law No. 15/1972). Dimana dengan jelas UAE melarang masuknya warga negara Israel sesuai dengan keputusan Liga Arab atas pemboikotan Israel, hal tersebut menandakan bahwa adanya ketidaksepahaman UAE dengan tindakan-tindakan Israel kepada Palestina.
Tindakan normalisasi ini tentu mengundang banyak pro maupun kontra terutama dari Palestina itu sendiri, dimana keputusan yang diambil UAE ini dinilai sebagai bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina selama ini. Hal tersebut dibuktikan oleh Palestina dengan menarik Duta Besarnya untuk Abu Dhabi serta mengajukan penolakan kepada Liga Arab atas kesepakatan yang dibuat UAE terhadap Israel, namun pengajuannya tersebut mendapat penolakan dari pihak Liga Arab sehingga Palestina memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisi kepresidenannya dalam organisasi Liga Arab sebagai bentuk kekecewaannya terhadap sikap UAE maupun Liga Arab.
ADVERTISEMENT
Meskipun kebijakan kerjasama antara UAE dengan Israel belum lama disahkan secara resmi, akan tetapi dari sinilah menunjukan bahwa kemungkinan kerjasama-kerjasama antara kedua negara telah terjalin jauh sebelum dibuatnya Abraham Accords. Seperti yang sudah diketahui bahwa telah terjadi kunjungan pejabat Israel di UAE pada tahun 2015, yang bertujuan untuk membahas pembukaan kantor misi Israel untuk International Renewable Energy Agency (IRENA). Walaupun UAE mengklaim hanya kerjasama dibawah badan-badan internasional, namun tidak menutup kemungkinan bahwa sebenarnya banyak kerjasama-kerjasama yang terjadi dengan Israel jauh sebelum peresmian normalisasi, hanya saja hal itu semua tertutup rapat hingga pada akhirnya UAE berani mengambil langkah normalisasi.
Antara Kepentingan Dan Solidaritas Sesama Negara Muslim
Dari sini kita dapat melihat bahwasanya konsep “national interest” bagi sebuah negara merupakan hal yang sangat penting. Sudah tentu pasti, baik UAE maupun Israel memiliki banyak alasan yang mereka anggap cukup penting bagi kepentingan nasionalnya mengenai normalisasi hubungan ini. Pertimbangan maupun Perhitungan baik keuntungan dan kerugian yang dibutuhkan negaranya telah dilakukan, sehingga menghasilkan sebuah normalisasi sebagai solusi yang mereka yakini akan berdampak baik bagi kepentingan negaranya. Sebenarnya apa yang menjadi tujuan utama UAE menormalisasi hubungannya dengan Israel? Setelah merumuskan kesepakatan tersebut, UAE dan Israel telah banyak menyepakati kerjasama-kerjasama baik itu dibidang politik, ekonomi dan terutama dalam aspek keamanan.
ADVERTISEMENT
Dalam bidang ekonomi khususnya pada 2020 saat pandemi COVID-19 menyebar di seluruh dunia. UAE melakukan penerbangan menuju Tel Aviv yang tidak terduga sebelumnya, untuk menyalurkan bantuan medis kepada Palestina dengan melalui Israel. Kemudian selain itu, Sheikh Mohammed juga membentuk target-target prioritas bidang bisnis, perdagangan dan pariwisata diantara UAE dan Israel. Maka dengan begitu UAE berharap mampu menciptakan jalur perdagangan baru sehingga meningkatkan potensi-potensi keuntungan diantara keduanya. Selain itu, setelah resminya kesepakatan normalisasi dan dilansir dari detikfinance UAE dan Israel juga membangun hubungan perbankan dengan menandatangani MoU diantara First Abu Dhabi Bank (FAB) asal UAE, dengan dua Bank asal Israel yakni Bank Hapoalim dan Bank Leumi, yang mana dengan kesepakatan tersebut kedua negara berharap akan memperkuat kerjasama keuangan dan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Kemudian yang tak kalah pentingnya dari kesepakatan normalisasi ini adalah kerjasama dibidang militer dan keamanan. Sebagaimana kencangnya isu senjata pemusnah massal nuklir Iran, membuat Iran menjadi negara yang cukup kuat pengaruhnya di wilayah Timur Tengah, dan hal tersebut direspon oleh UAE begitu juga Israel dan Amerika Serikat. Untuk mengimbangi pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah, UAE dan Israel serta Amerika Serikat yang juga merupakan penengah dalam penormalisasian ini bersepakat untuk memperluas kerjasama dibidang militer. Terlebih sebelumnya memang sudah terjadi intervensi yang dilakukan Iran terhadap kelompok Houthi di Yaman untuk menyebarkan ideologi syiah, serta pemberontakan di Afghanistan dan Libya, yang pada akhirnya memunculkan ancaman baru bagi negara-negara Timur Tengah terkhusus UAE.
ADVERTISEMENT
Atas dasar tersebut UAE memiliki kepentingan terhadap Drone milik Israel dan produk-produk keamanan militer lainnya. Sebagai negara pengimpor persenjataan AS dengan nilai yang cukup besar, UAE beranggapan bahwa dengan adanya normalisasi dengan Israel maka akan mempermudah pembelian alat militer milik Amerika Serikat. Karena berkaca pada kejadian sebelumnya, pada saat AS berniat untuk menjual drone dan jet tempur f-35, Israel menentang hal tersebut atas dasar stabilitas kawasan yang dianggap akan terancam. Kemudian UAE dianggap telah berhasil melakukan modernisasi dan pengembangan militer angkatan laut, udara maupun darat karena telah memperkaya senjata-senjata canggih yang di impor dari berbagai negara terutama Amerika Serikat dan Israel. Seperti yang baru-baru ini beredar diberbagai media massa bahwasanya Israel Aerospace Industries (IAI) mengatakan akan mengadakan kerjasama untuk mengembangkan sistem pertahanan drone canggih dengan pihak produsen senjata milik UAE. Ambisinya untuk memperkuat pengaruh dan persenjataannya di kawasan Timur Tengah inilah yang membuat UAE pada akhirnya melakukan normalisasi dengan Israel.
ADVERTISEMENT
Lalu, selain kepentingan yang cukup besar dibidang pertahanan dan keamanan apa yang membuat UAE memilih untuk menormalisasi hubungannya dengan Israel ditengah posisinya sebagai negara yang juga mendudukng Palestina? Bagaikan menjual solidaritasnya kepada Israel, akan tetapi dibalik itu UAE menyepakati tawaran yang dijanjikan Amerika Serikat yaitu penundaan aneksasi wilayah Tepi Barat (west bank) oleh Israel. Sebagai penengah dalam Abraham Accords AS berupaya untuk membuat Israel menunda pencaplokan wilayah Tepi Barat sebagai bayaran yang nantinya akan dijanjikan dalam upaya Abraham Accords tersebut. Israel memang menyepakati hal tersebut, namun Israel menegaskan hanya akan pada tahap penundaan saja bukan pembatalan, sebab Israel masih tetap bersikeras dengan pendirian dan keyakinannya atas tanah Palestina di Tepi Barat.
ADVERTISEMENT
Melemahnya Sikap UAE dalam Merespon Tindakan Israel
Berkaca pada kesepakatan Abraham Accords yang dibuat antara UAE dengan Israel, yang diklaimnya sebagai gerbang menuju perdamaian tidaklah tepat, karena pada nyatanya penyerangan serta ancaman masih saja dilakukan oleh Israel terhadap Palestina bahkan sampai saat ini. Inkonsistensi Israel terhadap Abraham Accords ini dapat dilihat dari kejadian-kejadian penyerangan ke wilayah Palestina yakni: Pertama, Pada akhir Ramadhan tahun 2021, Israel melakukan penyerangan ke wilayah kompleks Masjid Al-Aqsha, dan menyebabkan beberapa warga Palestina terluka dalam insiden tersebut. Kedua, Penyerangan dan penahanan terjadi pada februari 2022 oleh pasukan Israel terhadap warga Palestina, Penyerangan tersebut ditujukan pada warga Palestina yang sedang melaksanakan perayaan Isra Mi’raj di Masjid Al-Aqsha dan lain sebagainya. Meskipun kecaman-kecaman banyak datang dari negara-negara Arab termasuk UAE, ternyata tidak cukup meredakan Israel untuk tidak lagi meneror warga palestina.
ADVERTISEMENT
Terlepas daripada itu semua, meski negara-negara Arab terlihat kompak untuk menentang apa yang telah dilakukan Israel baru-baru ini, namun tampak melemah disisi lain, karena tidak ada satupun tindakan tegas yang dilakukan untuk mereaksi tindakan Israel tersebut. Terkhusus UAE yang memperlihatkan sikap canggung dan berhati-hati dalam mengecam Israel atas tindakannya, bahkan kantor-kantor media UAE nyaris tidak mengulas aksi kekerasan yang terjadi di Palestina. Hal inilah yang menjelaskan bahwa pada nyatanya kesepakatan apapun atas penormalisasian ini yang diyakini UAE akan menguntungkan Palestina, ternyata justru menjadi layaknya sebuah petaka untuk Palestina, yakni memperlemah posisinya dalam mempertahankan wilayahnya dari jajahan Israel, bahkan dalam hal ini Israel menerima keuntungan yang besar.
Referensi
Aljazeera. (2020). UAE's Etihad makes its first known flight to Israel. [online]. Dalam: https://www.aljazeera.com/news/2020/05/uae-etihad-flight-israel200519193755928.html#:~:text=%22Etihad%20Airways%20 operated%20a%20ded icated,The%20Associated%20Press%20news%20agency. (Diakses pada 7 April 2022).
ADVERTISEMENT
Maulana, Victor. (2021). Israel Sebut akan Kerjasama Kembangkan Drone Canggih dengan Uae. Dalam: https://international.sindonews.com/newsread/361546/43/israel-sebut-akan-kerjasama-kembangkan-drone-canggih-dengan-uea-1615457002. (Diakses pada 7 April 2022).
Rachman, Fadhli. F. (2020). Bank Terbesar Arab Jajaki Kerjasama dengan Israel. Dalam: https://finance.detik.com/moneter/d-5157833/bank-terbesar-arab-jajaki-kerja-sama-dengan-israel. (Diakses pada 7 April 2022).
Wicaksono, R. (2020). Analisis Kebijakan Uni Emirat Arab dalam Normalisasi Hubungannya dengan Israel. Jurnal Middle East and Islamic Studies, 7(2), 132–154.
Wicaksono, R. M. T. A. D. (2020). Normalisasi Hubungan Uni Emirat Arab dengan Israel: Kepentingan Nasional Versus Solidaritas Negara Muslim terhadap Palestina. Icmes, 4(3), 171–194.