Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pendidikan Adalah Memanusiakan Manusia: Refleksi Atas Teori Psikologi Humanistis
10 Oktober 2024 9:46 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ariq Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
namun lambat laun, apresiasi, harapan untuk dihargai, harkat dan martabat maupun kebebasan berpikir kian waktu mulai terkungkung dan terisolasi dengan sistem feodalisme dan otoritarian yang menyelinap di dunia pendidikan. Sehingga mematikan kreatifitas, membatasi inovasi, mengebiri daya kritis dan menghina harkat martabat berpikir.
Bagaimana tidak, mengajar bukan hanya persoalan mencekoki murid dengan segudang ocehan dan ceramah terkait materi pembelajaran semata. Akibatnya, harapan-harapan idealis dari mendidik itu hanya tinggal tubuhnya saja tanpa ruh yang bersemayam didalamnya. Mengapa demikian, sebab pengalaman yang melekat pada ingatan dan hati sanubari seorang murid ketika prosesnya belajar di sekolah terasa hambar dan tak bermakna. dan minim sekali terkenang maupun berbekas akan nikmatnya menimba ilmu serta mendorong semangat mencari ilmu lebih giat lagi.
ADVERTISEMENT
Abraham Maslow seorang psikolog yang banyak menuangkan ide dan pengamatannya pada sisi humanisme, sehingga dikenal sebagai penganut psikologi humanistis, di antara teorinya yang terkenal adalah tentang hierarki kebutuhan manusia yaitu:
1. Kebutuhan Dasar
Manusia secara naluri membutuhkan makan, minum dan tidur. di samping itu, manusia membutuhkan situasi keamanan dan ketentraman agar dapat memenuhi kebutuhan fisiologisnya.
2. Kebutuhan Psikologis
Setelah mendapatkan keamanan dan ketentraman untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya berupa makan dan minum. Manusia tidak terlepas dari kebutuhan psikologisnya yaitu kebutuhan akan perasaan dicintai, hubungan persahabatan dan keluarga. Ini adalah penunjang yang menentukan tumbuh kembangnya emosi ke arah yang positif, termasuk kebutuhan dihargai dan dihormati serta adanya reward atau prestasi sebagai bentuk penghargaan atas kerja kerasnya selama ini.
3. Kebutuhan Pemenuhan Diri
ADVERTISEMENT
Ketika kebutuhan dasar dan psikologis telah terpenuhi dengan baik, maka potensi dari individu akan meningkat dan terdorong untuk selalu mengaktualisasikan dirinya kepada yang lebih baik lagi.
Apabila kita terapkan teori psikologi humanistis pada pendidikan formal. Pertama, pada sisi kebutuhan dasar: kebutuhan dasar amat menentukan motivasi murid untuk berproses ketika belajar mengajar, bagaimana tidak? Anak anak yang hidup dengan kecukupan tidak akan berpikir sehabis sekolah akan makan apa. Tetapi berbeda dengan anak anak yang tidak beruntung secara finansial, mereka dihantui akan kebutuhan untuk mencari makan, minum dan pakaian.
Sehingga kenyamanan untuk belajar akan terganggu. Begitupun dengan tenaga pendidik, ketika kebutuhan primernya tidak difasilitasi dengan baik oleh suatu lembaga pendidikan atau pemerintah yang berwenang. Niscaya akan mengganggu kualitas mengajarnya dan menghina profesinya yang mulia.
ADVERTISEMENT
Kedua, pada sisi kebutuhan psikologis: ketika seorang murid yang hidup ditengah keluarga yang broken home atau tuntutan orang tua yang berlebihan sehingga membebani anak, menimbulkan efek yang amat serius ketika ia di sekolah. Akibatnya, banyak kasus bunuh diri, stress dan gangguan mental yang menjangkit para murid atau mahasiswa, karena dibebani oleh keadaan keluarga yang tidak harmonis atau tuntutan orang tua yang tidak masuk akal.
Sehingga seorang anak baik ketika ia masih seorang siswa maupun mahasiswa, tidak merasakan perhatian dan dukungan untuk mengapresiasi usahanya selama ini, yang selalu ada hanyalah komentar yang negatif dari orang orang disekitarnya sehingga ia merasa tidak dihargai setiap usaha dan jerih payahnya.
Begitupun yang menimpa para tenaga pendidik hari ini,
ADVERTISEMENT
Hal yang amat menjijikkan ketika dalih keikhlasan dan pahala jariah dengan slogan religius lainnya dipakai sebagai lagu “nina bobok” untuk “menidurkan” para guru dan tenaga pendidik sehingga para guru dan tenaga pendidik bungkam dan pasrah dengan keadaannya.
Ketiga, pada sisi kebutuhan pemenuhan diri: jika murid dan guru terpenuhi kebutuhan fisiologisnya atau kebutuhan primernya, dijamin kebebasan berpikirnya, diperhatikan kesejahteraannya dan dihargai setiap daya upayanya. Niscaya tidak akan ada kegagalan dalam mendidik. Paradoksnya hari ini, beban tugas yang menggunung, honorarium yang tak layak, tidak adanya perhatian pemerintah atau lembaga yang bersangkutan, menjadi problem yang serius untuk dibenahi bagi kesejahteraan pendidik.
Apabila beban fisiologis dan psikologis pendidik hilang, dengan sendirinya kualitas dan perhatian terhadap peserta didik akan lebih diperhatikan dan maksimal. Tentunya, semua itu bisa terwujud berkat kesadaran dari lembaga, pemerintah, orang tua, keluarga maupun masyarakat terkait dilemanya pendidikan hari ini yang tidak memanusiakan manusia.
Maka dapat disimpulkan, ada dua prinsip penting teori humanistis:
ADVERTISEMENT
1. Setiap individu memiliki kapasitas, potensi dan kesempatan untuk mengeksplorasi, menganalisis, memahami dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.
2. Freedom to learn: kebebasan dalam proses belajar. Setiap orang berhak untuk mengekspresikan, mengutarakan dan menyampaikan gagasan, ide, pendapat, kritik dan segala bentuk model belajar maupun mengajar.