Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
22 Ramadhan 1446 HSabtu, 22 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Semarak Ramadhan di Desa Karangdowo, Kedungwuni, Pekalongan
21 Maret 2025 12:47 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Arnelita Diva Safira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Desa Karangdowo adalah desa yang terletak di Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan. Mengapa dinamakan Karangdowo? Dikarenakan kondisi geografis. Desa Karangdowo itu sendiri memanjang membentang sepanjang sungai yang biasanya warga Kedungwuni dan sekitarnya menyebut "Kali Surobayan". Maka inilah yang menjadi asal mula dari nama "Karangdowo", yang dalam bahasa Jawa berarti "karang yang panjang". Di tengah kepadatan dan kesibukan warga masyarakat Desa Karangdowo, mereka tetap menghidupkan tradisi dan kebiasaan mereka yang dilakukan setiap bulan Ramadhan selama bertahun-tahun, bahkan sebelum saya dan orang tua saya lahir.
ADVERTISEMENT
Latar Belakang Warga Desa Karangdowo
Mayoritas warga Desa Karangdowo dikenal sebagai pelaku usaha mandiri. Mereka menggeluti berbagai bidang, mulai dari bisnis di toko maupun berjualan online (Shopee dan Tiktok Market), yang menjangkau pelanggan dari luar daerah. Usaha yang berkembang seperti produksi busana muslim, baju-baju (kaos atau kemeja), dan berbagai jenis celana di konvensi-konveksi rumahan, yang kualitasnya tidak kalah saing dengan daerah lain. Ada yang berjualan jajanan, dan ada juga yang bertani di desa. Di tengah kesibukan dan kepadatan masyarakat di Desa Karangdowo, mereka tetap melaksanakan kewajibannya untuk beribadah, terutama di bulan Ramadhan yang istimewa ini.
Kehidupan Keagamaan
Sebagian besar dari masyarakat Desa Karangdowo menganut aliran Nahdlatul Ulama, tetapi juga ada yang beraliran lain seperti Muhammadiyah. Warga Desa Karangdowo sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, ditunjukkan dengan kreativitas organisasi pemuda IPNU-IPPNU yang mengadakan berbagai kegiatan sosialisasi dan keagamaan yang menyasar ke kalangan anak-anak kecil dan remaja-remaja, terutama untuk anak-anak kecil sebagai upaya menanamkan nilai-nilai Islami sejak dini agar mereka mempunyai dasar-dasar agama yang kuat. Kegiatan yang diajarkan mulai dari mengaji bersama-sama, mendengarkan ceramah dari ustadz di masjid pada sore hari, tadarus Al-Qur'an bersama-sama di malam hari sehabis sholat tarawih, dan di pagi hari setelah shalat subuh juga ada ngaji yasinan dan tahlilan. Kemudian, pemuda kampung dan pemuda IPNU-IPPNU juga mengadakan kegiatan berbagi takjil di dalam kampung dan di pinggir jalan utama Desa Karangdowo. Kegiatan ini dilakukan berbagai masyarakat di desa, baik itu dari kalangan anak-anak, pemuda, orang dewasa, hingga sesepuh desa.
Tempat dan Spot Ngabuburit Favorit
Desa Karangdowo memiliki spot tempat untuk ngabuburit, yaitu di jembatan tua yang disebut "Brok Lengkung". Brok Lengkung adalah jembatan bekas peninggalan zaman Belanda yang memiliki sejarah bagi masyarakat Desa Karangdowo. Selain menjadi tempat favorit nongkrong untuk ngabuburit muda-mudi setempat, jembatan ini juga sering dikunjungi warga desa sekitar karena memang tempatnya asik dan aesthetic, apalagi melihat sunset di pinggir jembatan sambil mancing ikan dan bercengkerama bersama teman-teman selagi menunggu waktu buka puasa.
ADVERTISEMENT
Selain Brok Lengkung, warga Desa Karangdowo juga terkadang menghabiskan waktu ngabuburit di Alun-Alun Bebekan Kedungwuni, lantaran lokasinya sangat dekat dari desa. Jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar 200 meter kalau jalan kaki. Di Alun-Alun Bebekan Kedungwuni banyak terdapat pedagang street food dan jajanan kekinian yang ngetrend, seperti dimsum, seblak, corndog, pizza, aneka jajanan bakaran, dan lain-lain. Banyaknya pilihan agenda untuk ngabuburit membuat aktivitas di sore hari menjelang berbuka sangatlah padat dan riuh, dan ketika malam hari terdapat pasar malam.
Tradisi Bermain Petasan dan Meriam Dor
Pada pagi hari setelah sahur, ada waktu yang dinantikan anak-anak dan remaja untuk bermain petasan dan meriam dor. Diketahui, benda-benda tersebut mereka buat sendiri dari bahan seadanya, seperti anak-anak yang membuat mercon dari kumpulan kertas dan buku-buku yang sudah tidak dipakai dan membeli bubuk mercon untuk bahan baku membuat mercon, dan juga para remaja yang kreatif membuat meriam dor dari bahan-bahan seadanya seperti kaleng bekas, paralon bekas, batang bambu, serta untuk bahan bakarnya dan spiritus yang dibeli di toko material. Tetapi, sangat disayangkan, terkadang kegiatan tersebut malah menjadi aksi kekerasan antar warga Desa Karangdowo dengan desa sekitar. Tetapi memang sudah dari dahulu konflik tersebut selalu terjadi ketika bulan Ramadhan.
ADVERTISEMENT
Harmoni Tradisi, Religiusitas, dan Kebersamaan
Perpaduan tradisi, religius, dan kebersamaan warga desa adalah perpaduan harmonis di bulan Ramadhan. Masyarakat Desa Karangdowo mampu menjaga tradisi yang sudah berjalan selama bertahun-tahun sampai sekarang dan juga mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman sekarang yang sudah serba instan dan cepat. Jadikan Bulan Ramadhan sebagai momen untuk meningkatkan kualitas diri, mempererat tali silaturahmi antar sesama, dan meraih keberkahan melalui usaha yang halal. Semoga Bulan Ramadhan menjadi bulan yang berkah bagi kita semua.