Konten dari Pengguna

Lemahnya Edukasi Tablet Tambah Darah, Generasi Mendatang Terancam Stunting

Arny Alfinda
Mahasiswa Program Studi Gizi, Universitas Airlangga 2022
16 Mei 2023 15:39 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arny Alfinda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Remaja putri di Aceh minum tablet tambah darah. Foto : Makassartoday
zoom-in-whitePerbesar
Remaja putri di Aceh minum tablet tambah darah. Foto : Makassartoday
ADVERTISEMENT
Stunting atau kondisi gagal tumbuh anak merupakan masalah yang serius di Indonesia. Tak hanya kondisi fisik saja yang terpengaruh, stunting juga menghambat perkembangan kognitif dan motorik. Beberapa faktor penyebabnya antara lain keadaan sosial ekonomi, gizi ibu hamil, angka kesakitan, dan tidak tercukupinya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama. Salah satu langkah preventif untuk pencegahan stunting ialah mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri yang telah menstruasi dan ibu hamil.
ADVERTISEMENT
Menurut penelitian oleh Sabatina Bingan tahun 2020, Ibu hamil yang patuh mengonsumsi tablet Fe memiliki resiko lebih kecil untuk terjadinya anak pendek (stunting) jika dibandingkan ibu hamil yang tidak patuh mengonsumsi tablet Fe. Kandungan TTD sendiri terdiri dari 60 mg zat besi elemental dan 400 mcg asam folat. Zat besi merupakan komponen yang penting untuk pembentukan hemoglobin sel darah merah guna memasok zat-zat penting ke tubuh.
Seberapa penting bagi remaja putri mengonsumsi tablet tambah darah?
Ilustrasi tablet tambah darah. Foto : freepik.com
Program TTD ini sangat diperlukan, guna menekan angka anemia pada remaja putri. Pola makan remaja putri saat ini menyebabkan mereka kekurangan asupan zat besi dan asam folat, sehingga banyak ditemukan kasus remaja putri yang anemia. Dalam keadaan fisiologis, setiap bulannya wanita kehilangan bayak darah karena menstruasi. Berkurangnya volume darah tersebut rentan menyebabkan anemia atau kondisi kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal.
ADVERTISEMENT
Jika sejak remaja sudah menderita anemia, akan besar resiko untuk mengalami anemia ketika masa kehamilannya kelak. Peningkatan volume darah yang dibutuhkan ketika kehamilan yakni untuk membentuk plasenta, janin, hingga cadangan zat besi dalam air susu ibu. Serta menyiapkan kondisi yang cukup pasokan darah saat melahirkan. Maka dari itu, perlu diperhatikan bagi remaja putri untuk mengonsumsi tablet tambah darah satu tablet seminggu sekali selama 52 minggu, dan setiap hari saat sedang haid.
Dan menjadi tidak asing apabila TTD yang telah diamanahi, hanya diberikan dengan ditaruh di atas meja kelas atau dibagikan oleh ketua kelas apalagi jika ketua kelas laki-laki yang kalau ditanya untuk apa, jawabannya sudah pasti "tidak tau, cuma disuruh membagikan ke murid perempuan". Setelahnya, para remaja putri itu ada yang mengonsumsinya dan banyak juga yang mengabaikan bahkan membuang TTD. Efek samping seperti mual, nyeri lambung, diare, muntah, maupun sulit BAB menjadi alasan mereka melakukan hal tersebut. Padahal, gejala tersebut tidak berbahaya, karena tubuh akan menyesuaikan dengan sendirinya dan gejala akan berkurang.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Kalimantan Selatan, pada kelompok umur 10-19 tahun 97,7% mengkonsumsi TTD <52 butir. Alasan utama remaja putri tidak menghabiskan TTD yang diperoleh dengan inisiatif sendiri 39,7 karena merasa tidak perlu, hal ini terjadi dikarenakan salah satu faktor yang mempengaruhi adalah rendahnya pengetahuan terkait anemia dan pentingnya konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) (Kemenkes RI, 2019).
Tak heran jika hal itu terjadi, sebab peranan tenaga kesehatan misalnya pihak puskesmas dan pengajar di sekolah dalam penyebaran informasi yang mengedukasi terkait konsumsi TTD masih kurang masif. Terlebih bagi mereka yang sering timbul kekhawatiran tentang efek samping yang akan dirasakan setelah mengonsumsi TTD.
Apakah program tablet tambah darah ini akan terus seperti ini, diberikan untuk dibuang?
Sosialisasi pentingnya meminum tablet penambah darah. Foto : batubarakab.go.id
Oleh karena itu, perlu upaya peningkatan pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap kepatuhan konsumsi TTD. Penanggulangan rendahnya konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pembentukan duta konsumsi TTD. Dalam siklus 1000 Hari Pertama Kehidupan, harus disiapkan anak-anak dengan status gizi yang baik untuk menghasilkan generasi yang baik pula. Selain itu, perlu dilakukan pendampingan dan monitoring dari guru dan orang tua secara berkesinambungan pada para remaja putri dalam konsumsi tablet tambah darah agar dapat mencegah anemia yang berpotensi menjadi pemicu kondisi stunting.
ADVERTISEMENT