Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
13 Cara Menghadapi Anak Tantrum, Orang Tua Wajib Paham
4 Januari 2025 18:44 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mendidik anak adalah suatu perjalanan yang penuh warna, seperti saat anak sedang tantrum. Reaksi anak tantrum bisa membuat orang tua merasa kewalahan. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang tua untuk memahami cara menghadapi anak tantrum dengan tepat.
ADVERTISEMENT
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tantrum didefinisikan sebagai kemarahan dengan amukan seseorang karena mengungkapkan keinginan atau kebutuhan dengan kata-kata, yang sering terjadi pada anak-anak.
Tantrum pada anak ini merupakan bentuk ekspresi emosi anak yang belum mampu mereka kelola dengan baik. Memahami akar penyebab tantrum adalah langkah awal yang penting sebelum mempelajari cara menghadapi anak tantrum.
Cara Menghadapi Anak Tantrum
Mengutip dari laman emc.id, tantrum seringkali dialami oleh anak usia 0-5 tahun. Inilah cara menghadapi anak tantrum yang wajib dipahami para orang tua.
1. Pastikan Keamanan Anak
Langkah pertama yang harus dilakukan ketika anak sedang tantrum adalah memastikan bahwa lingkungan di sekitarnya aman. Jauhkan benda-benda tajam, barang pecah belah, atau benda berbahaya lainnya yang dapat melukai anak saat mereka beraksi.
ADVERTISEMENT
Jika anak berputar-guling atau berlari, pastikan mereka tidak berada di dekat tangga atau area yang dapat menyebabkan cedera. Dengan menciptakan lingkungan yang aman, dapat mencegah kecelakaan yang tidak diinginkan dan memberikan ruang bagi anak.
Keamanan juga mencakup menjaga jarak dari orang lain yang mungkin mempengaruhi perilaku anak. Jika tantrum terjadi di tempat umum, bawalah anak ke area yang lebih sepi agar mereka dapat meluapkan emosinya tanpa mengganggu orang lain.
2. Pahami Penyebab Tantrum
Mengetahui penyebab di balik tantrum sangat penting untuk menangani situasi dengan bijaksana. Anak-anak sering kali mengalami tantrum karena kelelahan, rasa lapar, atau kekecewaan akibat ketidakmampuan mereka untuk mengungkapkan perasaan.
Dengan memahami apa yang memicu tantrum, dapat merespons dengan cara yang lebih efektif dan membantu anak merasa lebih baik. Misalnya, jika anak tampak lelah setelah bermain seharian, memberikan waktu istirahat bisa menjadi solusi yang tepat.
ADVERTISEMENT
Jika mengetahui bahwa anak cenderung rewel saat lapar, pastikan mereka mendapatkan makanan ringan sebelum situasi tertentu seperti perjalanan jauh atau acara sosial. Dengan cara ini, membantu anak belajar mengenali dan mengelola kebutuhan mereka sendiri.
3. Berikan Nutrisi yang Cukup
Nutrisi yang baik sangat penting bagi kesehatan fisik dan emosional anak. Anak-anak yang merasa lapar cenderung lebih mudah marah dan rewel, sehingga penting untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan makanan bergizi secara teratur.
Makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, dan protein dapat membantu menjaga energi dan suasana hati anak tetap stabil. Jika tahu bahwa waktu makan akan terlambat, siapkan camilan sehat agar mereka tidak merasa lapar saat situasi menegangkan terjadi.
Memberikan nutrisi yang cukup juga berarti memperhatikan pola makan anak secara keseluruhan. Pastikan mereka memiliki waktu makan yang teratur dan tidak melewatkan sarapan atau makan malam.
ADVERTISEMENT
4. Validasi Perasaan Anak
Saat anak mengalami tantrum, penting untuk mengakui perasaan mereka tanpa meremehkan atau mencemoohnya. Validasi perasaan berarti memberi tahu anak bahwa apa yang mereka rasakan adalah sah dan diperbolehkan.
Misalnya, jika mereka marah karena tidak mendapatkan mainan yang diinginkan, katakan sesuatu seperti "Saya tahu kamu sangat ingin mainan itu dan merasa kecewa." Dengan cara ini, dapat membantu anak merasa didengarkan dan dipahami.
Validasi perasaan juga bisa membantu anak belajar bagaimana mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang lebih sehat di masa depan.
5. Contohkan Ekspresi Emosi yang Sehat
Tunjukkan kepada anak bagaimana kita menghadapi kekecewaan atau kemarahan dengan berbicara tentang perasaan secara terbuka atau menggunakan teknik relaksasi seperti bernapas dalam-dalam. Dengan begitu, kita memberikan anak untuk mengelola perasaannya.
ADVERTISEMENT
Mengajarkan ekspresi emosi melalui contoh juga menciptakan suasana rumah yang mendukung komunikasi terbuka. Ketika anak melihat orang tua mereka berbicara tentang perasaan tanpa rasa malu atau takut, mereka akan merasa lebih nyaman untuk melakukan hal yang sama.
6. Ajarkan Ekspresi Verbal
Mengajarkan anak untuk mengungkapkan perasaan mereka secara verbal adalah cara efektif untuk mengurangi tantrum di masa depan. Ajak anak berbicara tentang apa yang mereka rasakan ketika emosi mulai muncul.
Misalnya, jika mereka mulai terlihat marah atau kecewa, dorong mereka untuk mengatakan "Saya merasa marah" atau "Saya tidak suka ini." Dengan begitu, kita membantu anak belajar bagaimana berkomunikasi dengan lebih baik.
Ekspresi verbal juga membantu mengurangi kebingungan dan kekecewaan pada diri anak ketika menghadapi situasi sulit. Ketika mereka dapat menyampaikan perasaan dengan jelas, risiko tantrum dapat diminimalkan karena kebutuhan emosional mereka terpenuhi.
ADVERTISEMENT
7. Hindari Distorsi Perilaku
Saat menghadapi tantrum pada anak, penting untuk tidak mengabaikan perasaan mereka sepenuhnya meskipun kita mungkin ingin mengalihkan perhatian mereka dari situasi tersebut.
Namun, hindari melakukannya dengan cara yang membuat anak merasa diabaikan atau tidak dipahami. Alihkan perhatian dengan lembut sambil tetap memberikan dukungan emosional kepada mereka.
Misalnya, jika seorang anak mulai berteriak karena tidak mendapatkan mainan tertentu, alihkan perhatiannya dengan menawarkan permainan lain sambil tetap mengakui bahwa dia merasa kecewa.
8. Jaga Konsistensi
Konsistensi dalam mendisiplinkan anak sangat penting dalam mencegah perilaku tantrum berulang kali. Jika anak mengetahui bahwa menangis atau berteriak akan membuat orang tua memenuhi permintaannya, perilaku tersebut bisa semakin diperkuat seiring berjalannya waktu.
Dengan menjaga konsistensi dalam pendekatan disiplin Anda, Anda membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan belajar bahwa ada cara lain untuk mendapatkan perhatian atau barang tanpa harus meluapkan emosi secara berlebihan.
ADVERTISEMENT
9. Ajarkan tentang Emosi melalui Permainan dan Percakapan
Menggunakan permainan sebagai alat pembelajaran tentang emosi dapat menjadi metode efektif dalam membantu anak memahami perasaan mereka sendiri serta perasaan orang lain.
Permainan sederhana seperti tebak-tebakan ekspresi wajah atau menggunakan boneka untuk menggambarkan berbagai emosi dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan sekaligus edukatif.
Selain itu, luangkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak tentang berbagai emosi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saat menonton film atau membaca buku bersama, dan tanyakan bagaimana karakter dalam cerita tersebut mungkin dirasakan dalam situasi tertentu.
10. Lakukan Pembicaraan Setelah Tantrum Mereda
Setelah keadaan tenang kembali pasca-tantrum, penting untuk melakukan pembicaraan dengan anak mengenai apa yang terjadi sebelumnya dan bagaimana ia bisa mengatasi perasaan negatif tersebut di masa depan.
Dalam pembicaraan ini, ajaklah si kecil berbagi tentang situasi tersebut serta bagaimana ia merasakan emosinya saat itu. Kita dapat melakukan pembicaraan ini secara terbuka dan penuh pemahaman setelah situasi tenang kembali.
ADVERTISEMENT
Kita dapat memberi kesempatan bagi anak untuk belajar dari pengalaman tersebut serta menemukan cara-cara baru dalam menghadapi emosi di masa mendatang tanpa perlu meluapkannya dalam bentuk tantrum.
11. Istirahat dan Tidur yang Cukup
Kelelahan sering kali menjadi faktor pemicu tantrum pada banyak anak kecil; oleh karena itu penting bagi orang tua untuk memastikan bahwa si kecil mendapatkan istirahat dan tidur yang cukup setiap harinya.
Tidur berkualitas membantu tubuh dan pikiran berkembang dengan baik serta mempengaruhi suasana hati secara keseluruhan. Pastikan rutinitas tidur ditetapkan secara konsisten agar tubuh si kecil terbiasa bangun dan tidur pada waktu-waktu tertentu setiap harinya.
Hal ini akan membantu menjaga energi positif sepanjang hari sehingga kemungkinan terjadinya tantrum akibat kelelahan dapat diminimalkan.
ADVERTISEMENT
12. Berikan Pilihan
Memberikan pilihan sederhana kepada anak dapat memberdayakan mereka serta mengurangi rasa frustrasi saat menghadapi situasi sulit, misalnya seperti memilih pakaian, cobalah menawarkan dua opsi yang berbeda sehingga ia merasa memiliki kontrol atas keputusan tersebut.
Memberikan pilihan juga membantu membangun rasa percaya diri pada diri si kecil. Ketika ia berhasil mengambil keputusan sendiri, walaupun hal-hal kecil, anak akan merasa lebih mandiri sehingga kemungkinan terjadinya tantrum pun berkurang.
13. Konsultasikan dengan Profesional
Jika setelah mencoba berbagai cara menghadapi tantrum ternyata perilaku tersebut masih terus berlanjut bahkan semakin intensif, maka sudah saatnya bagi orang tua untuk berkonsultasi dengan profesional seperti psikolog atau konselor pendidikan.
Mendapatkan bantuan dari tenaga medis profesional bukan hanya memberikan solusi praktis tetapi juga membuka peluang bagi orang tua mendapatkan wawasan baru mengenai pola asuh serta teknik-teknik efektif lainnya.
ADVERTISEMENT
Itulah beberapa cara menghadapi anak tantrum yang wajib dipahami para orang tua . (HEN)
Live Update