Kriteria Gangguan Depresi Mayor dan Cara Mengatasinya

Artikel Kesehatan
Kumpulan artikel yang membahas informasi seputar kesehatan.
Konten dari Pengguna
6 Juni 2022 16:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mengalami gangguan depresi mayor. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengalami gangguan depresi mayor. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Gangguan depresi mayor (GDM) merupakan gangguan mood atau suasana hati yang dikaitkan dengan mortalitas, mobiditas, dan disabilitas yang signifikan. Kondisi ini bisa mengenai semua umur dan ras dengan pola yang hampir sama di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Menurut Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorders (DSM)-IV, gangguan depresi mayor ditandai dengan lima atau lebih episode depresi mayor yang berlangsung paling sedikit dua minggu disertai dengan adanya mood depresi atau hilangnya minat atau rasa senang pada hampir semua aktivitas.
Beberapa kriteria episode depresi mayor yang harus diperhatikan, sebagaimana dikutip dari buku Depresi Aspek Neurobiologi : Diagnosis dan Tatalaksana Edisi Kedua oleh Dr. dr. Nurmiati Amir, Sp.KJ(K), adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT

Cara Mengatasi Gangguan Depresi Mayor

Ilustrasi mengalami gangguan depresi mayor. Foto: Pixabay
Pasien-pasien yang memenuhi kriteria GDM perlu melakukan terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Tujuan terapi tidak hanya mengurangi gejala, tetapi juga membantu pasien mencapai dan mempertahankan remisi.
Meskipun antidepresan tersedia cukup banyak, dua per tiga pasien tidak mencapai remisi setelah pemberian satu jenis antidepresan dengan durasi dan dosis yang kuat. Bahkan, beberapa pasien yang tidak mencapai remisi meskipun telah menggunakan beberapa antidepresan.
Rush AJ menerangkan dalam jurnal berjudul Acute and Longer-term Outcome in Depressed Outpatients is Requiring One or Several Treatments Steps, tidak tercapainya remisi atau remisi parsial menyebabkan penyakit menjadi kronik, kekambuhan semakin sering terjadi, kesehatan fisik memburuk, kualitas hidup makin rendah, dan risiko bunuh diri tinggi.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa pilihan terapi yang dapat diberikan kepada pasien yang tidak berespons atau responsnya parsial terhadap antidepresan. Misalnya, mengganti dengan antidepresan lainnya dari kelas farmakologik yang berbeda ataupun yang sama, mengombinasi dua antidepresan dari klas berbeda, dan menambah antidepresan dengan obat lain, seperti litium, atau hormon tiroid.
Strategi lainnya adalah penambahan antipsikotika atipik terhadap antidepresan yang responsnya parsial atau tidak berespons. Ada beberapa antipsikotika atipik yang dapat digunakan, misalnya aripiprazol, olanzapin, risperidon dan quetiapine.
Bila obat tambahan bekerja, strategi penambahan dapat mempercepat tercapainya efek obat. Pemberian obat tambahan bermanfaat untuk pasien yang telah mempunyai atau mendapat respons dari antidepresan namun belum optimal. Penambahan dapat menghindari hilangnya respons atau perbaikan yang telah dicapai.
ADVERTISEMENT
Apabila penambahan antipsikotika atipik tidak berpengaruh, dokter bisa melakukan penambahan aripiprazol. Ini merupakan antipsikotika yang profil farmakologiknya berbeda dengan antipsikotika atipik lainnya.
Aripiprazol merupakan obat pertama yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) sebagai terapi tambahan terhadap antidepresan yang diberikan kepada pasien dengan GDM. Kerjanya pada reseptor dapat memberikan efek antidepresan.
(NDA)