Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Scabies, Penyakit Kulit Gatal Akibat Kutu Kecil
20 Mei 2022 16:18 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut data yang dimiliki oleh Departemen Kesehatan RI dari puskesmas di seluruh Indonesia, banyaknya masyarakat yang mengalami scabies mencapai 5,6%-12,95%. Presentase ini menunjukkan bahwa skabies merupakan penyakit kulit urutan ketiga yang sering terjadi di lingkungan sekitar.
Scabies termasuk penyakit yang kerap diabaikan atau disepelekan karena tidak mengancam jiwa dan hanya memerlukan penanganan sederhana. Padahal, apabila penyakit ini diabaikan terus-menerus, pengidap scabies akan merasakan komplikasi lainnya yang berbahaya.
Salah satu contohnya adalah perasaan tidak nyaman di sekitar kulit yang harus diantisipasi dengan menggaruk. Sayangnya, kegiatan menggaruk ini bisa menyebabkan infeksi sekunder terutama oleh bakteri bernama Streptococcus dan Staphylococcus pada area di sekitar kulit.
Ingin mengenal lebih jauh tentang pengertian scabies? Simak ulasannya pada artikel di bawah ini.
ADVERTISEMENT
Pengertian Scabies
Menurut World Health Organization, scabies merupakan suatu penyakit signifikan bagi kesehatan masyarakat karena merupakan kontributor bagi morbiditas dan mortalitas global. Selain disebut dengan scabies, penyakit kulit ini juga bisa disebut dengan kudis, the itch, gudig, budukan, hingga gatal agogo.
Pada umumnya, penyakit gatal ini bereaksi kuat saat di malam hari yang ditandai dengan munculnya pelinting-pelinting kecil atau bentolan yang sangat banyak dan berada di kulit-kulit tipis, seperti sela-sela jari, pergeralangan tangan, ketiak, hingga area kelamin sekalipun.
Sebetulnya ada banyak penyebab timbulnya scabies pada beberapa orang, tapi penyebab utamanya adalah hewan kecil yang bernama Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara morfologik, hewan ini pada umumnya memiliki bentuk yang unik yaitu oval, punggung yang cembung, dan perut yang rata.
ADVERTISEMENT
Dalam laman RSUP dr. Sardjito, disebutkan bahwa Sarcoptes scabiei membutuhkan tempat yang hangat untuk bertelur, maka dari itu biasanya kutu ini muncul di lipatan-lipatan, salah satunya lipatan kasur.
Sarcoptes scabiei bertelur dan membuat terowongan di kulit dan bahan serpihan yang dikeluarkan itu akan menyebabkan alergi. Seseorang yang terkena pun akan merasa gatal dan memiliki keinginan untuk menggaruk.
Sebagai informasi, seseorang yang sudah terinfeksi Sarcoptes scabiei dapat menyebarkan penyakit scabies, walaupun tidak menunjukkan gejala apapun. Tidak hanya itu, penyakit scabies juga berpotensi tertular lebih cepat jika sering terjadi kontak kulit, terutama bila tinggal di tempat yang sama.
Menyadur jurnal Skabies yang disusun oleh Hanna Mutiara dan Firza Syailindra, tingkat pravelensi scabies lebih tinggi pada anak-anak atau usia muda, dewasa muda yang aktif secara seksual, penghuni rumah jompo, penghuni fasilitas jangka panjang, hingga penghuni tempat yang ramai dengan kebersihan lingkungan yang rendah.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, scabies yang menyerang orang dewasa memiliki gejala yang sedikit lebih ringan, sedangkan pada anak-anak, gejala yang dirasakan bisa membuat si anak tidur tidak nyenyak karena rasa gatal di sekujur tubuh.
Seperti yang disebutkan dalam buku 123 Penyakit dan Gangguan pada Anak karangan dr. Hanifah Oswari, SpAIKI, tubuh anak yang terjangkit scabies akan menimbulkan ruam merah selama 4-6 minggu. Jika lebih dari waktu yang ditentukan dan menimbulkan benjolan yang bernanah, hal ini bisa disebut sebagai penyakit infeksi.
Penyakit infeksi sekunder scabies ini tidak hanya menyerang anak-anak, tetapi juga orang-orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah atau immunocompromised. Dengan masalah imunologis, scabiesnya akan lebih parah bahkan sampai kepada tahap scabies norwegia yang sangat tebal dan banyak.
ADVERTISEMENT
Untuk memutus rantai penyebaran scabies , ada banyak cara yang bisa dilakukan, seperti mencuci semua pakaian, handuk, sprei seseorang yang terkena scabies dengan air panas, dan menjemur tempat tidur di bawah sinar matahari.
Tidak hanya itu, penanganan penyakit scabies juga harus diikuti dengan pemakaian obat-obatan pemusnah kutu yang dapat dioleskan secara rutin pada kulit minimal seminggu satu kali hingga sembuh. Selain itu, menjaga kebersihan juga jadi hal yang diperlukan untuk menghindari penyakit scabies.
(JA)