Konten dari Pengguna

OCD: Gejala, Penyebab, dan Cara Menanganinya

Artikel Kesehatan
Kumpulan artikel yang membahas informasi seputar kesehatan.
5 Mei 2025 16:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gangguan OCD. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gangguan OCD. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Gangguan OCD atau Obsessive-Compulsive Disorder adalah jenis gangguan kecemasan yang ditandai dengan adanya pemikiran obsesif yang menganggu dan perilaku kompulsif yang diulang secara terus menerus.
ADVERTISEMENT
Gangguan mental ini bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya karena memaksa mereka untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu agar merasa tenang.
Istilah OCD juga kerap disalahartikan sebagai obsesi berlebihan terhadap kebersihan atau keadaan teratur semata. Untuk lebih memahami apa itu OCD, simak informasinya pada artikel ini.

Gejala OCD

Ilustrasi gangguan OCD. Foto: Pexels
Setiap individu bisa mengalami OCD dalam bentuk yang berbeda. Namun mengutip laman Mayo Clinic, secara umum gejala OCD dapat dibagi menjadi dua kategori utama:

1. Gejala Obsesi

Obsesi merupakan pikiran, dorongan, atau gambaran mental yang muncul secara berulang, tak diinginkan, dan menimbulkan kecemasan. Obsesi dapat mencakup hal-hal seperti:
ADVERTISEMENT

2. Gejala Kompulsi

Kompulsi adalah perilaku atau tindakan mental yang dilakukan secara berulang untuk meredakan kecemasan akibat obsesi. Beberapa kompulsi yang umum meliputi:

Penyebab OCD

Ilustrasi gangguan OCD. Foto: Pexels
Gangguan OCD bisa dipicu oleh berbagai faktor, di antaranya sebagai berikut.

1. Faktor Genetika

OCD cenderung menurun dalam keluarga. Jika ada anggota keluarga dekat yang mengidap OCD, kemungkinan seseorang mengalami gangguan ini juga lebih tinggi.

2. Perubahan Otak

Struktur otak tertentu dapat menyebabkan gangguan OCD. Orang dengan OCD umumnya memiliki korteks frontal dan struktur subkortikal yang berbeda dari orang lain.
ADVERTISEMENT

3. Trauma Masa Kcil

Peristiwa kehidupan yang traumatis, stres berkepanjangan, atau pola asuh tertentu juga bisa menjadi pemicu munculnya OCD.
Sementara itu, dalam beberapa kasus, anak-anak dapat mengembangkan OCD setelah infeksi streptokokus. Kondisi ini disebut dengan gangguan neuropsikiatri autoimun pediatrik (pediatric autoimmune neuropsychiatric disorders atau sindrom PANDAS).

Cara Mengatasi OCD

Ilustrasi gangguan OCD. Foto: Pexels
OCD bisa ditangani dan dikendalikan dengan melibatkan psikoterapi dan obat-obatan. Berikut beberapa metode yang umum digunakan:

1. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)

Terapi cognitive behavioral therapy (CBT) terbukti efektif untuk mengatasi OCD. Terapi ini membantu penderita berpikir, berperilaku, dan bereaksi terhadap obsesi dan kompulsi.

2. Terapi Exposure and Response Prevention (ERP)

Pada terapi ini membantu penderita menghadapi ketakutan tanpa melakukan kompulsi sehingga lama-kelamaan kecemasan berkurang.

2. Obat-obatan

Dokter biasanya meresepkan beberapa jenis obat antidepresan seperti serotonin reuptake inhibitors (SRI), selective SRIs (SSRIs), dan antidepresan trisiklik. Obat harus dikonsumsi sesuai resep dan dipantau secara berkala.
ADVERTISEMENT
(SA)