Kesungguhan Mendorong Kesuksesan

Asep Saefuddin
Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) - Guru Besar Statistika FMIPA Institut Pertanian Bogor (IPB)
Konten dari Pengguna
21 Oktober 2022 10:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Saefuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kesungguhan Mendorong Kesuksesan. Foto saat memberikan komentar saat berlangsungnya laga e-sport piala Rektor UAI. (Dok. UAI)
zoom-in-whitePerbesar
Kesungguhan Mendorong Kesuksesan. Foto saat memberikan komentar saat berlangsungnya laga e-sport piala Rektor UAI. (Dok. UAI)
ADVERTISEMENT
Saya yakin bahwa kesungguhan bisa mendorong seseorang untuk maju dan sukses. Dalam berbagai bahasa makna kesungguhan itu sering kita dengar. Misalnya "if there is a will, there is a way" atau "man jadda wa jada". Waktu kecil saya sering dengar nasehat dari nenek "mun keyeng tangtu pareng" yang artinya bila kita sungguh-sungguh, tentu akan tercapai.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan akibat kesungguhan itu juga berlaku bagi kelompok, bukan saja individu. Memang biasanya masyarakat yang anggotanya umumnya sungguh-sungguh, kelompok masyarakatnya akan berhasil. Di dalamnya termasuk sungguh-sungguh untuk berkolaborasi. Saling dukung. Bukan saling telikung.
Apapun pekerjaannya, kolaborasi akan meringankan beban dan hasilnya bisa lebih cepat dan lebih baik. Dalam kerjasama kelompok yang dilihat adalah tujuan bersama, bukan sekedar egoistis menonjolkan kemahiran diri sendiri. Serta disiplin mengikuti arahan kapten.
Dalam olahraga, misalnya sepak bola, terlihat sekali kerjasama tim itu sangat signifikan terhadap kemenangan tim. Tentunya diperlukan strategi-strategi pengaturan bola dan trik-trik lainnya. Karena pihak lawan pun berjuang untuk menang. Jadi tantangan pertandingan sepak bola ini sangat tinggi. Sehingga bisa meningkatkan tensi para suporter. Ditambah lagi waktunya dibatasi.
ADVERTISEMENT
Bagi supporter, waktu ini sangat relatif. Lima menit menuju peluit panjang, bagi yang kalah terasa cepat. Tapi bagi yang menang, lima menit ini terasa lama sekali. Sangat ingin pertandingan segera usai.
Intinya, sepak bola yang syarat dengan kerjasama tim, kepandaian individual, serta strategi pemenangan tanpa curang bisa jadi model miniatur kehidupan itu sendiri. Semuanya memerlukan kesungguhan.
Beberapa hari yang lalu, UAI (Universitas Al-azhar Indonesia) mengadakan lomba e-sport (electronic sport) berbasis mobile legend. Saya sendiri awam tentang permainan itu. Walaupun secara prinsipnya paham.
Permainan ini memerlukan kesungguhan kelompok. Perlu strategi-strategi, jenis peralatan yang akan dipergunakan, kerjasama tim, dan wibawa kapten. Tanpa itu, sulit mengalahkan lawan yang juga cerdik.
Dari 21 tim babak penyisihan sepanjang sekitar satu minggu, ada 4 tim yang masuk ke babak grand final. Keempat tim itu bertanding di kampus secara luring. Mereka berasal dari kota Bogor, Jakarta, dan Bandung. Tentu mereka pada jago bermain e-sport ini, terbukti lolos empat besar untuk memperebutkan Piala Rektor UAI. Secara diam, saya memperhatikan satu persatu dan berusaha menduga siapa yang akan memboyong piala itu.
ADVERTISEMENT
Sebelum pertandingan dimulai saya diwawancara "caster" atau pembawa acara sekaligus komentator pertandingan. Caster meminta saya untuk mengira-ngira siapa yang akan jadi juara pertama. Tentu saya melamun sejenak. Lalu ingat konsep kesungguhan dari nenek saya tadi, "mun keyeng tangtu pareng".
Saya membayangkan ketika mengamati dan mengajak bicara kepada masing-masing tim. Perkiraan saya jatuh kepada tim dari Bandung.
Tim Bandung, terlihat benar-benar menyiapkan keinginan mereka menjadi juara. Spirit superiornya sangat terlihat. Mereka sudah berkumpul di SMAnya sekitar jam 4 pagi dan berangkat setelah sholat subuh sekitar jam 4.30 menuju UAI.
Jam 8 pagi mereka sudah di kampus. Sebelum tim lain hadir. Grup lainnya pun tiba sebelum acara pembukaan dimulai. Ini juga bukti kesungguhan sebagai ciri jiwa superior. Bukan tipe medioker, yakni jiwa yang tidak siap mencapai puncak. Kelompok 4 besar dari total peserta sebanyak 21 grup itu tentu sudah memiliki ciri-ciri kesungguhan dan strategi pemenangan.
ADVERTISEMENT
Mengapa pilihan saya jatuh ke tim Bandung? Ada tambahan informasi lagi. Mereka memiliki guru pendamping dan berseragam khusus e-sport khas jaman now, generasi Z. Dari amatan luar, saya menduga mereka memiliki "l'esprit de corp" yang sedikit di atas grup lainnya. Tapi tetap saya tekankan bahwa ini baru amatan luar dalam beberapa saat saja. Jadi bisa salah. Dan saya tetap menyatakan semuanya adalah sang juara.
Setelah babak semifinal yang cukup panjang. Siang hari masuk ke babak final, dugaan saya mendekati benar. Tim Bandung masuk ke final. Tunggu punya tunggu, dua jam kemudian, ada informasi bahwa Tim Bandung sebagai juara pertama.
Dari pengalaman sekilas itu, kesimpulannya adalah kesungguhan bisa mengantarkan kesuksesan. Pesan moral dari kisah pertandingan e-sport ini adalah lakukanlah semua pekerjaan dengan sungguh-sungguh. Turunkan kesungguhan itu dalam kerjasama tim, strategi bermain, pandai melihat kelebihan dan kelemahan lawan, serta kecerdikan dan wibawa kapten.
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan secara umum juga demikian. Dasar-dasar keberhasilan individu dan kelompok itu sudah jelas, seperti dalam pertandingan olahraga termasuk olahraga virtual. Indonesia bisa maju bila bersatu, kompak, bekerjasama, saling dukung bukan saling telikung, saling support bukan saling sabot. Tidak perlu mencari-cari kesalahan sumir yang diada-adakan. Hanya bikin gaduh.
Insya Allah generasi Z Indonesia adalah mereka yang punya tingkat kesungguhan dan N-Ach (need of achievement) yang tinggi. Serta kreatif, inovatif dan kolaboratif. Dengan demikian Indonesia Emas 2045 bukan sekedar utopia. Aamiin.