Konten dari Pengguna

Pendidikan sebagai Jalan Keluar dari Jebakan Kemiskinan

ASEP HERMANSYAH
saya adalah ASN di Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
19 Januari 2023 10:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ASEP HERMANSYAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang lelaki tidur siang di trotoar di pusat kota Jakarta. Foto: AFP/BAY ISMOYO
zoom-in-whitePerbesar
Seorang lelaki tidur siang di trotoar di pusat kota Jakarta. Foto: AFP/BAY ISMOYO
ADVERTISEMENT
Kemiskinan bagaikan masalah yang tak kunjung terpecahkan sepanjang zaman di seluruh penjuru dunia, dan menghapuskannya seperti sebuah kemustahilan karena hingga saat ini tidak ada negara tanpa ada kemiskinan di dalamnya. Menghapus kemiskinan (no poverty) bahkan menjadi tujuan pertama dari Sustainable Development Goals (SDGs) atau dikenal juga dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), yang merupakan rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, kesenjangan, dan melindungi lingkungan.
ADVERTISEMENT
Dari 17 tujuan yang tercantum dalam SDGs tersebut, menghapus kemiskinan berada pada tujuan pertama yang menandakan bahwa kemiskinan merupakan masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia, tak terkecuali Indonesia.

Jebakan Kemiskinan

Kemiskinan adalah kelaparan. Kemiskinan adalah tidak adanya tempat tinggal. Kemiskinan adalah sakit dan tidak dapat berobat ke dokter. Kemiskinan adalah tidak memiliki akses ke sekolah dan tidak bisa membaca.
Lebih dari itu, kemiskinan adalah tidak memiliki pekerjaan, ketakutan akan masa depan, living one day at time, kehilangan seorang anak karena penyakit yang disebabkan oleh air yang tidak bersih, ketidakberdayaan, kurangnya representasi dan kebebasan (World Bank, 2002). Badan Pusat Statistik (BPS) memandang kemiskinan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Pemulung berjalan di area Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Ciketing Udik, Bekasi pada Selasa (17/1/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Perangkap kemiskinan menggambarkan bagaimana seseorang yang terjerat setidaknya satu faktor yang menyeretnya ke dalam kemiskinan kemudian akan membuat dirinya sangat kesulitan untuk keluar dari kondisi miskin tersebut. Contohnya, kondisi seseorang dengan tingkat kesehatan yang rendah akan mengalami kesulitan dalam menempuh pendidikan, menyebabkan dirinya memiliki produktivitas yang lebih rendah daripada orang lain dan sulit dalam mencari pekerjaan dan penghasilan yang cukup.
ADVERTISEMENT
Rendahnya pendapatan yang diperoleh mengakibatkan rendahnya tabungan dan investasi yang ia miliki sehingga terjebak dalam kemiskinan, bahkan ikut pula menjebak anak-anaknya dalam kemiskinan. Cara yang mungkin untuk memutus lingkaran setan kemiskinan tersebut adalah melalui program pendidikan dan kesehatan (Yulianingrum, 2020).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Iswanto tahun 2008 mengenai Strategi Keluar Dari Jebakan Kemiskinan (Poverty Trap) di Indonesia, diperoleh hasil bahwa faktor penentu kemiskinan di Indonesia adalah rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia yang diakibatkan oleh minimnya alokasi dana untuk pendidikan, banyaknya tenaga pengajar yang tidak berkompeten di bidangnya, dan output yang dihasilkan masih jauh dari yang diharapkan. Serta faktor penentu lain yang mempengaruhi poverty trap adalah ketersediaan investasi, jumlah tenaga kerja, dan hasil sektor pertanian.
ADVERTISEMENT
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potendi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan sebagai Jalan Keluar dari Jebakan Kemiskinan

Pendidikan sering disebut sebagai penyeimbang yang hebat karena dapat membuka pintu pekerjaan, sumber daya, dan keterampilan yang membantu seseorang tidak hanya bertahan hidup tetapi juga berkembang. Inilah mengapa akses ke pendidikan berkualitas adalah solusi kemiskinan yang diakui secara global. Pendidikan memperbaiki banyak masalah lain yang dapat membuat orang-orang keluar dari lingkaran kemiskinan (Olivia Giovetti, 2022).
Ilustrasi siswa berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Foto: Toto Santiko Budi/Shutterstock
Pendidikan meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi malnutrisi. Dengan mendidik warga tentang pertanian dan teknik bertani, mereka mampu menanam dan menjual hasilnya sendiri yang dapat menciptakan sumber pendapatan dan hidup sehat.
ADVERTISEMENT
Melek huruf memungkinkan perempuan untuk membaca tentang vitamin prenatal, dan informasi kesehatan lainnya selama kehamilan. Pendidikan meningkatkan kesetaraan gender dengan mengizinkan anak perempuan untuk mengenyam pendidikan dan diberdayakan untuk membuat keputusan sendiri dalam hidup serta dapat memangkas tingkat pernikahan dan kehamilan dini (Karyn Adams, 2017).
Orang-orang yang hidup dalam kemiskinan dan tidak mampu memperoleh pendidikan formal akan jauh lebih sulit untuk keluar dari kondisi kehidupan dan pekerjaan mereka. Oleh karena itu, di banyak negara terdapat pendidikan gratis, namun ada biaya tambahan untuk seragam, buku, atau transportasi.
Di daerah pedesaan, anak-anak dapat menempuh perjalanan berjam-jam untuk pergi ke sekolah dengan transportasi yang terbatas. Pengeluaran inilah yang cenderung membebani keluarga berpenghasilan rendah dan lebih memilih untuk menarik anak-anak mereka dari sekolah agar mereka dapat bekerja untuk membantu menghidupi keluarga. Hal itulah yang menyebabkan banyak anak putus sekolah.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat dari nilai investasi pendidikan, angka 20% dari APBN nasional ternyata tidak mampu membawa negara ini ke arah kemajuan. Di samping angka pengangguran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, jumlah lulusan yang adapun tidak berkompeten di bidangnya, sehingga membuat kualitas sumber daya manusia Indonesia menjadi rendah. Dari semua kenyataan di ataslah yang membuat negara ini tidak dapat keluar dari lingkaran setan kemiskinan (Iswanto, 2008).
Pendidikan merupakan faktor utama yang dapat membuat seseorang keluar dari kemiskinan (Susanto, 2019). Pendidikan yang tepat dapat mengangkat orang dari kemiskinan dan meningkatkan kehidupan mereka secara finansial, fisik, dan mental (Olivia Giovetti, 2022). Pendidikan memperbaiki kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan secara langsung dengan cara meningkatkan produktivitas bagi penduduk miskin dan memperbaiki kesempatan mereka untuk memperoleh pekerjaan dengan upah yang lebih baik. Tingkat pendidikan menjadi salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu wilayah, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin baik pula kualitas sumber daya manusia di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Pendidikan yang lebih tinggi akan memperluas pengetahuan, meninggikan rasionalitas pemikiran, mengubah cara pandang, dan mengasah keterampilan masyarakat.
Hal ini mendorong masyarakat mengambil langkah yang lebih rasional dalam bertindak dan mengambil keputusan, serta sebagai perangsang untuk menciptakan pembaharuan-pembaharuan dalam bidang teknik, ekonomi, dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat lainnya. Dengan demikian pendidikan dapat dimasukkan sebagai investasi pembangunan yang hasilnya dapat dinikmati di kemudian hari.
Memang, tidak setiap orang tanpa pendidikan hidup dalam kemiskinan ekstrem, tetapi kebanyakan orang dewasa yang hidup dalam kemiskinan saat ini melewatkan pendidikan dasar, dan anak-anak mereka juga lebih mungkin tertinggal. Ini adalah parodi, karena cara utama pendidikan memengaruhi kemiskinan adalah dengan membantu mengakhirinya (Olivia Giovetti, 2022)
ADVERTISEMENT
Menurut UNESCO, jika semua siswa di negara berpenghasilan rendah hanya memiliki keterampilan membaca dasar (tidak ada yang lain), diperkirakan 171 juta orang dapat keluar dari kemiskinan ekstrem. Jika semua orang dewasa menyelesaikan pendidikan menengah, kita dapat memangkas tingkat kemiskinan global hingga lebih dari setengahnya. Inilah sebabnya mengapa PBB menyebut pendidikan berkualitas sebagai tujuan keempat dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang harus dicapai pada tahun 2030.
co writer : Ghitha Nurfalah, S.Tr.Stat