Anak Indonesia (Tidak) Malas Membaca

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
19 Maret 2022 8:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Fenomena saat ini mengapa anak-anak lebih gemar bermain gawai dibanding dengan membaca buku? Sentilan bagi kita, mari kita amati dari kebiasaan orang-orang dewasa di hadapan anak-anak. Apakah para orang dewasa sudah menjadi contoh menjadi pembaca yang tekun? Atau sebaliknya, justru kita sebagai orang tua juga gemar mendemonstrasikan keasyikan kita terhadap gawai.
ADVERTISEMENT
Sepertinya sangat menggelikan jika berbicara pendidikan, bahkan jauh lebih mencengangkan ketika seorang anak kecil ditanya “nanti kau mau jadi apa?’, dan si anak menjawab “pingin jadi HP”. Alasan yang disampaikan si anak karena kapan, dimana dan kemanapun pasti HP lebih dekat dari pada anak itu sendiri. Inilah fenomena sosial kontroversial yang kita hadapi, alhasil menjadi paradoks dalam kehidupan yang tidak bisa dihalau.
Melihat kembali survei Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis pada 2019, Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi.
Kemudian, mengutip Kepala Perpustakaan Nasional yang menyatakan jika jumlah ideal keberadaan buku di Indonesia adalah 270 juta penduduk dikali 3 buku.
Artinya, butuh 810 juta eksemplar buku yang harus beredar di masyarakat setiap tahunnya. Namun, nyatanya, total jumlah bacaan di Indonesia hanya ada 22.318.083 eksemplar dengan rasio nasional sebesar 0,9 atau kurang dari 1 persen. Senyatanya di Indonesia, rasio buku dengan total penduduk belum mencapai satu buku per orang/tahun.
ADVERTISEMENT
Saat ini pun Indonesia masih kekurangan sekitar 500 juta buku yang harus didistribusi, bahkan sekolah-sekolah dasar di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di Indonesia kekurangan 70% buku-buku cetak.
Literasi membaca di Indonesia berada di level rendah yakni sekitar 37,32 persen. Indonesia berada diperingkat 75 dari 85 negara dalam soal minat baca, dari sekitar 1.000 orang hanya 1 orang yang suka membaca di Indonesia.
Harus diakui jika ruang pendidikan kita belum menginternalisasikan pola pikir kritis dan reflektif. Saat ini, tidak semua dari kita dan anak-anak mendapatkan kemewahan membaca ragam literatur secara reflektif yang disertai dengan pendampingan pembelajaran yang berupaya membangun logika.
Ilustrasi Anak Membaca Buku Foto: Shutterstock
Implementasi dari penyerapan proses membaca buku, dapat dilihat hasilnya pada kecerdasan melakukan proses analisa dan pelaksanaannya pada olah ketrampilan yang dimiliki. Orang yang menerapkan budaya membaca mempunyai logika yang lebih besar dan proses analisa yang lebih besar di bandingkan orang yang jarang membaca. Menumbuhkan budaya membaca sangat penting, terlebih bagi generasi muda yang menjadi ujung tombak kehidupan bangsa dan negara.
ADVERTISEMENT
Untuk membuat anak-anak senang membaca, diperlukan adanya gerakan lebih masif. Sehingga di mana pun anak-anak melangkah mereka melihat buku. Buku tidak menjadi barang eksklusif yang menjadi milik kelompok tertentu saja, tetapi milik semua pihak.
Menurut para pakar membacakan buku kepada anak-anak akan menjadi pintu masuk bagi anak-anak yang gemar membaca. Tantangan nyata dimulai bagaimana anak-anak mau memegang buku, tertarik membaca, selanjutnya tenggelam dalam paparan pengetahuan yang ada di buku menjadi proses mencari diri sendiri.
Saat ini dibutuhkan beberapa upaya yang bisa dilakukan seperti :
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, ditengah arus perubahan teknologi, internet, dan pesatnya aplikasi-aplikasi dan games, selain memberikan dampak positif, tentunya upaya membentengi anak-anak dari dampak perubahan teknologi informasi dan komunikasi.
Maka diperlukan ada upaya-upaya khusus dari pemerintah untuk meningkatkan tingkat literasi Indonesia, seperti :
ADVERTISEMENT
Sejatinya anak-anak Indonesia tidak malas membaca, ada banyak cara mengajarkan anak membaca yang menyenangkan?