news-card-video
21 Ramadhan 1446 HJumat, 21 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Biaya Versus Mutu Pendidikan

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
4 Juli 2020 5:50 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi anak di sekolah Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi anak di sekolah Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pendidikan memberikan pengaruh paling dasar bagi manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya, pendidikan merupakan hak seluruh rakyat Indonesia seperti yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi salah satu tujuan negara kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini konsekuensi bahwa Negara harus menyelenggarakan dan memfasilitasi seluruh rakyat Indonesia untuk memperoleh pengajaran dan pendidikan yang layak.
ADVERTISEMENT
Namun suatu hal yang tidak bisa dilepaskan bahwa pendidikan yang bermutu memerlukan dukungan biaya yang tidak sedikit, sistem penganggaran pendidikan merupakan salah satu isu dalam pendidikan di Indonesia baik dari sisi prosedur penghitungan maupun mekanisme penyalurannya. Kondisi mekanisme pembiayaan partisipatif memungkinkan sekolah untuk mendapatkan sumber pembiayaan tambahan dari orang tua siswa yang mampu secara ekonomi. Secara tidak langsung hal ini berakibat pada meningkatnya sumber dana bagi sekolah yang berbanding lurus dengan mutu sekolah.
Supriadi (2003;76) menyatakan bahwa biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Biaya pendidikan diperlukan untuk memfasilitasi pelaksanaan kebijakan program sekolah, terlaksananya aktivitas sekolah (intra dan ekstrakurikuler) dan dapat mengembangkan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang bermutu. Pembiayaan pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan dengan penataan sumber, penggunaan, dan pertanggungjawaban biaya di sekolah atau lembaga pendidikan. Nyatanya biaya pendidikan memiliki peranan penting karena jika kekurangan biaya maka proses pendidikan akan terhambat.
ADVERTISEMENT
Jika melihat angka putus sekolah di Provinsi Jawa Barat tercatat selama 2018 hingga November mencapai 37.971 siswa, angka tersebut merupakan akumulasi dari angka putus sekolah SD, SMP, SMA, dan SMK. Anak yang putus sekolah SD mencapai 5.627 siswa, SMP mencapai 9.621 siswa, SMA mencapai 5.403 dan yang terparah adalah siswa SMK yang sebanyak 17.320 siswa putus sekolah. Salah satu penyebab angka putus sekolah adalah karena tingginya biaya pendidikan, hal lainnya bisa dilihat jika Provinsi Jawa Barat menjalankan kebijakan siswa SMA maupun sederajat harus membayarkan SPP ke sekolah setiap bulan, lantaran minimnya Subsidi Dana Bantuan Operasional Sekolah dari Pemprov Jabar.
Mahal itu Berkualitas?
Diakui jika kondisi sampai saat ini di negara kita kalau biaya pendidikannya mahal, acuannya jika melihat kembali hasil survey yang dilakukan oleh HSBC (2018) menyatakan dan membenarkan bahwa Indonesia masuk dalam 15 besar negara dengan biaya pendidikan termahal, Indonesia berada di peringkat 13 dari daftar negara biaya pendidikan termahal di dunia. Begitupun ketika bicara soal sekolah, pembicaraan utama terkait berapa biaya yang harus dipersiapkan untuk menyekolahkan anak.
ADVERTISEMENT
Tak dimungkiri, kalau pilihan untuk menyekolahkan anak terutama di sekolah swasta itu butuh biaya yang cukup mahal. Seperti yang sudah kita ketahui, untuk SD, SMP, SMA-SMK Negeri biayanya adalah gratis. Sedangkan sekolah swasta, mulai dari jenjang SD hingga SMA-SMK, biasanya biayanya lebih mahal dan di atas rata-rata karena kemandirian pengelolaan visi misi kelembagaannya.
Sekolah-sekolah swasta akan menjadi pilihan masyarakat karena tidak bisa diterima dalam sistem zonasi ataupun masyarakat itu sendiri memang sudah percaya terhadap layanan sekolah swasta tersebut. Trennya saat ini tidak ditampikkan ketika banyak orang kaya atau berkecukupan dengan uang, tentunya akan menyekolahkan anak-anaknya di sekolah swasta yang bergengsi daripada ke sekolah negeri. Banyak sekolah swasta yang sudah menutup penerimaan siswa barunya jauh hari sebelumnya, bahkan ada yang harus mengeluarkan biaya ratusan juta atau setara biaya kuliah program doktoral.
ADVERTISEMENT
Mahalnya biaya yang harus dibayar khususnya ke sekolah tidak menjadi masalah asalkan anak-anaknya mendapatkan pelayanan pendidikan yang berkualitas, sesuai dengan biaya yang dikeluarkan dan memiliki kompetensi untuk bersaing di masa datang. Walaupun asumsinya tidak sepenuh benar, tetapi bisa diambil proposisi bahwa untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas diperlukan biaya yang besar. Besarnya biaya pendidikan menyebabkan jika outcome-nya pun berkualitas.
Kondisi nyatanya sekolah menjadi mahal karena semua biaya pendidikan ditanggung oleh orang tua siswa tanpa subsidi dan donasi dari pihak lain (pemerintah dan swasta). Selain itu, sekolah menjadi mahal karena fasilitas yang tersedia lebih lengkap, modern dan membutuhkan perawatan khusus. Bukan hanya itu, sekolah menjadi mahal, karena positioning sekolah tersebut hanya mengambil kelompok ekonomi masyarakat tertentu sebagai calon siswanya.
ADVERTISEMENT
Diskursus antara biaya pendidikan dan kualitas mutu pendidikan saat ini memunculkan tesis yaitu semakin tinggi tingkat biaya pendidikan maka akan semakin berkualitas mutu pendidikan, tidak aneh konsekuensi logisnya jika sekolah seringkali menentukan kebijakan untuk terus meningkatkan biaya pendidikan dan tentunya mahalnya biaya pendidikan akan memberatkan orang tua yang berpenghasilan rendah.
Untuk mewujudkan pendidikan murah yang berkualitas di Indonesia memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan banyak faktor, aspek dan dukungan yang besar dari semua pihak yang terkait di dalamnya. Mulai dari pemerintah, Dinas Pendidikan, para kepala sekolah, guru dan juga orang tua. Saat ini ada dua tipe sekolah yang berkualitas, yakni sekolah dengan diferensiasi tinggi disertai biaya yang tinggi serta sekolah yang memiliki diferensiasi tinggi tetapi hanya membutuhkan sedikit biaya.
ADVERTISEMENT
Harapannya adalah pendidikan di Indonesia berbiaya rendah dan bermutu tinggi, dibutuhkan kecermatan orang tua mengetahui dan memilih sekolah yang bermutu dari pada hanya karena faktor gengsi atau berdasarkan ‘peer pressure' dalam memilih sekolah mahal. Pada hakikatnya semua sekolah berkewajiban menjadikan sekolahnya berkualitas atau unggulan dalam arti setiap sekolah harus mampu memberikan layanan optimal kepada seluruh anak dengan berbagai perbedaan bakat, minat dan kebutuhan belajar, mampu meningkatkan secara signifikan kapabilitas yang dimiliki anak didik menjadi aktualisasi diri yang memberikan kebanggaan dan mampu membangun karakter kepribadian yang kuat, kokoh dan mantap dalam diri siswa.
Dapat dijadikan acuan penilaian jika sekolah dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil (output dan outcomes).
ADVERTISEMENT
Output pendidikan dapat dilihat dari kinerja institusi pendidikan, kinerja institusi pendidikan adalah prestasi institusi pendidikan yang dihasilkan dari proses atau perilaku institusi pendidikan. Kinerja institusi pendidikan dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output institusi pendidikan.
Dan outcomes pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang mampu melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi atau terserap pada dunia usaha atau dunia industri, yang paling utama adalah mampu memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Penulis:
Dosen Ma'soem University
ADVERTISEMENT