Budaya Menulis Dosen

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
11 Juli 2020 4:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menulis Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menulis Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
KEBIJAKAN belajar dirumah dan bekerja di rumah jangan dijadikan berdampak negatif, justru sebaliknya banyak hal positif juga yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah kreativitas menulis, di masa Pandemi Covid-19 ini menyebabkan banyak waktu bisa dipergunakan untuk menulis. Bagi sebagian orang, menulis serasa sudah menjadi bagian dari hidup.
ADVERTISEMENT
Tidak menulis sehari seperti ada sesuatu yang kosong, menjadi satu kegiatan yang bisa membuat perasaan menjadi nyaman dan plong. Meskipun tulisan yang dihasilkan tidak selalu bagus, namun hadir ide-ide setiap hari. Yang pasti dengan menulis kita mampu berpikir kreatif dan imajinatif, bahkan memainkan perspektif berbeda dari kebanyakan orang biasanya.
Dikalangan civitas akademika, mengacu pada pasal 12 ayat 1 s.d 3 UU Nomor 12 Tahun 2012 menyatakan bahwa Dosen sebagai anggota sivitas akademika memiliki tugas mentransformasikan Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi yang dikuasainya kepada mahasiswa dengan mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran sehingga mahasiswa aktif mengembangkan potensinya, dosen sebagai ilmuwan memiliki tugas mengembangkan suatu cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi melalui penalaran dan penelitian ilmiah serta menyebarluaskannya, dan dosen secara perseorangan atau berkelompok wajib menulis buku ajar atau buku teks, yang diterbitkan oleh Perguruan Tinggi dan/atau publikasi ilmiah sebagai salah satu sumber belajar dan untuk pengembangan budaya akademik serta pembudayaan kegiatan baca tulis bagi sivitas akademika.
ADVERTISEMENT
Artinya bagi seorang dosen, menulis adalah sebuah keharusan. Baik menulis jurnal, artikel, laporan penelitian, maupun buku-buku ilmiah. Menulis dan mempublikasikan karya ilmiah merupakan salah satu syarat kenaikan pangkat dosen. Hal ini merujuk pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB), Nomor 17 tahun 2013, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 92 tahun 2014, bahwa kenaikan jenjang jabatan akademik dosen mewajibkan untuk publikasi pada jurnal ilmiah Nasional terakreditasi dan jurnal Internasional bereputasi di bidangnya.
Tetapi muncul problematika untuk menulis artikel ilmiah di jurnal internasional maupun menulis buku di kalangan akademisi, kendalanya bisa disebabkan oleh banyak faktor. Misalkan, kecenderungan budaya lisan daripada budaya tulis jadi salah satunya. Bisa jadi tidak adanya insentif dari universitas atau lembaga untuk para akademisi yang aktif menulis dan jikalau ada jumlahnya minimal, kemudian dari faktor internal dosen yang ikut mempengaruhi adalah rendahnya minat penelitian dan publikasi hasil penelitian dikarenakan tidak tahu cara menulis artikel, karya ilmiah atau buku.
ADVERTISEMENT
Kategori Tulisan
Mencermati pro dan kontra Peraturan Menristekdikti Nomor 20/2017 tentang Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor, dosen dipaksa menulis di jurnal internasional yang terindeks "scopus". Scopus merupakan sebuah sistem basis data yang melakukan indeks terhadap belasan ribu jurnal ilmiah dari berbagai macam bidang ilmu. Artikel yang dimuat didalamnya, sudah melalui proses seleksi yang ketat sebelum dinyatakan layak terbit. Di dalam Scopus terdapat 18.000 judul lebih, dari 5.000 penerbit terkenal dunia seperti Elsevier, Springerlink, CABI (Centre for Agricultural Bioscience International), Cambridge University Press, Oxford University Press, dan masih banyak lagi.
Banyak keuntungan yang bisa didapat ketika menggunakan layanan ini, melalui Scopus maka dapat dilihat peringkat sebuah universitas dalam hal penerbitan jurnal internasional. Dengan mengetahui posisi dan keadaan jurnal di mata internasional, hal tersebut dapat memacu civitas akademika Perguruan Tinggi terlebih para calon penyandang titel guru besar untuk menerbitkan tulisannya di jurnal internasional yang telah terindeks oleh Scopus.
ADVERTISEMENT
Memang banyak persyaratan untuk menerbitkan tulisannya di jurnal internasional yang telah terindeks oleh Scopus mulai dari teknik penulisan, membuat ilustrasi, hingga memilih jurnal ilmiah juga biaya yang harus dikeluarkan. Penekanan utama adalah menjaga orisinalitas dan menghindari plagiarisme, karena plagiarisme ini dapat terdeteksi oleh para editor jurnal melalui aplikasi mesin pencari yang mereka gunakan.
Dari segi teknik penulisan, diharuskan penulisan artikel ilmiah itu jelas, mudah dimengerti, dan menggunakan Bahasa Inggris yang baik dan benar. Artikel pun harus disusun dengan baik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Begitu pun ketika memilih jurnal ada kiat tersendiri agar terlebih dahulu memahami jurnal yang akan dituju, seperti ranking, tipe artikel, tipe pembaca, hingga orang-orang yang ada di balik jurnal tersebut.
ADVERTISEMENT
Dosen pun harus menulis buku teks berkualitas, bagi seorang dosen bisa jadi tidak punya bakat sebagai penulis buku. Awalnya memang hal yang sulit, tetapi sederhananya seorang dosen mengajar mata kuliah yang sama bertahun-tahun, kenapa tidak bisa jadi buku? Jadi misal di tahun pertama dan kedua kita uji cobakan, tahun ketiga sudah bisa jadi buku.
Kriteria buku yang baik adalah buku yang mampu menyajikan gambaran umum tentang isi buku di awal bab, terdapat ringkasan di akhir bab, dan menyertakan rekomendasi bacaan lain terkain dengan isi buku. Dari menulis buku, dosen pun akan mendapat kesejahteraan lebih dari royalti yang ia dapatkan. Selain itu, hasil pemikiran dosen juga bisa dibaca orang seluruh Indonesia bisa jadi sedunia. Bukankah kebanyakan buku yang dikonsumsi masyarakat kita berasal dari pemikiran barat, nyatanya kita perlu ada buku yang datanya real berasal dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kemudian dosen harus pandai menulis di media masa, tulisan menjadi penting sebagai bentuk ekpresi pikiran, pandangan, dan perasaan terhadap suatu masalah. Selain itu, juga untuk membentuk opini publik terhadap isu yang aktual. Kendalanya tidak semua dosen tulisan diterima dan sesuai dengan media massa cetak.
Setiap harinya seorang redaktur opini menerima puluhan artikel namun yang termuat hanya satu-lima artikel, faktanya hanya segelintir (mungkin sekitar lima persenan) dosen yang sanggup menulis artikel di media massa. Manfaat lain ketika dosen mahir menulis di media massa, selain memang tuntutan akademisi dosen yang memiliki kemampuan menulis juga akan lebih cepat terkenal di masyarakat. Dan produktivitas dosen dalam menulis di media massa sekaligus menjadi media promosi STP (segmenting, targeting, positioning) kampusnya.
ADVERTISEMENT
Jadi semua karya tulis dosen itu akan menjadi ukuran kinerja dosen tersebut, bukan sebagai keterpaksaan. Ketika dosen menulis itu bukan sekedar menuliskan data dan hasil penulisan, jelaslah saat itu sedang menyampaikan keseluruhan kecerdasannya. Banyak manfaat dari menulis dan menjadi penulis, ketika seorang dosen menulis maka saat itu sedang melakukan rangkaian proses yang setidaknya terdiri dari tiga hal yaitu membaca, merenung, dan menulis. Dimana ketiga rangkaian itu ialah keterampilan dan karakter yang melekat pada diri si penulis.
Pertama, berkaitan kemampuan membaca artinya seorang dosen selain membaca buku juga akan membaca pengalaman, membaca fenomena yang terjadi dalam kehidupan. Semakin sering keterampilan membaca diasah, semakin banyak bahan yang dapat ditulis.
Kedua, menyangkut kemampuan merenung memikirkan sesuatu. Dalam bahasa psikologi kapasitas itu disebut deep thinking, kesanggupan untuk berpikir mendalam. Apa pun yang dibaca diamati dan dialami selalu dipikirkan secara mendalam, mengapa ini terjadi dan pelajaran apa yang dapat dipetik dari peristiwa itu. Perbedaan kemampuan dosen dalam berpikir mendalam itu sangat menentukan seberapa banyak kearifan dan berpikir kirtis yang dapat mereka tunjukkan dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, maupun profesional mereka.
ADVERTISEMENT
Dan Ketiga, adalah kebiasaan menulis. Dalam konteks kebiasaan menulis sesuatu yang pada awalnya dirasakan sulit, bila sudah biasa dikerjakan akan menjadi mudah.
Seorang dosen yang rajin menulis maka diakui dan tidak disadari sudah menjadi dosen yang hebat karena diyakini akan menginspirasi para mahasiswanya di kampus atau masyarakat, kemudian dosen yang rajin atau terampil menulis adalah dosen yang istimewa, karena tidak setiap dosen mampu melakukannya. Jelaslah jika tantangan dinamika ilmiah ke depan bahwa para dosen akan sangat disibukan untuk memenuhi standar kualifikasi minimal sebagai dosen dengan terus menulis baik di jurnal, majalah atau menghasilkan karya berupa buku. Jika ini bisa dilakukan maka akan kita jumpai dinamika pengembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
Motivasi Menulis
Terdapat banyak makna, mutiara hikmah dan kalimat-kalimat motivasi untuk memberikan semangat menulis yang dilahirkan dari pengalaman dan pengamatan para penulis hebat. Namun, terdapat masalah dan hambatan yang paling besar ketika menulis yaitu rasa malas menulis itu sendiri. Maka dari itu kita memerlukan sebuah motivasi agar lebih semangat untuk menulis.
Misal saja, berikut beberapa kutipan yang bisa bermanfaat untuk menyegarkan kembali dan lebih memotivasi kita dalam kegiatan menulis:
Ali Bin Abi Thalib ra ( Sahabat Rasulullah )
“Ikatlah ilmu dengan menulis” .
"Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak".
Imam Al-Ghazali ( Ulama termasyur )
“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”.
ADVERTISEMENT
Napoleon Bonaparte
“Aku lebih takut dengan seseorang yang memegan pena (penulis) dari pada prajurit yang bersenjatakan lengkap"
Fatimah Mernissi
"Usahakan menulis setiap hari. Niscaya, kulit anda akan menjadi segar kembali akibat kandungan manfaat yang luar biasa"
Barbara
“Menulis merangsang pemikiran, jadi saat anda tidak bisa memikirkan sesuatu untuk di tulis, tetaplah mencoba untuk menulis”.
Stephen King (Penulis Amerika)
“Menulis adalah mencipta, dalam suatu penciptaan seseorang mengarahkan tidak hanya semua pengetahuan, daya, dan kemampuannya saja, tetapi ia sertakan seluruh jiwa dan nafas hidupnya.”
“Ketika seorang penulis hanya menunggu, maka sebenarnya ia belum menjadi dirinya sendiri”
“Kita tidak harus menunggu datangnya inspirasi itu kita sendirilah yang menciptakannya”
“Membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh seorang penulis”
ADVERTISEMENT
“Untuk menjadi penulis, yang dibutuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktekkannya, orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis namun tidak pernah melakukannya maka ia sama saja dengan bermimpi untuk memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya”
Pramoedya Ananta Toer (Novelis Indonesia )
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Dan menulis adalah bekerja untuk keabadian”
“Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari”.
J.K. Rowling ( Novelis )
“Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri”.
C. Day Lewis
ADVERTISEMENT
“Kita tidak menulis untuk dipahami; tetapi untuk memahami.”
Kuntowijoyo ( Penyair )
“Syarat untuk menjadi penulis ada tiga, yaitu: menulis, menulis, menulis”
Hernowo ( Penulis )
“Penulis yang baik, karena ia menjadi pembaca yang baik
Akhirnya, “SELAMAT MENULIS”. Semoga kita semua senantiasa diberikan semangat dan kebaikan agar selalu dapat menuangkan segala hal dalam kehidupan ini ke dalam tulisan yang membawa kebermanfaatan, hingga akhir hayat. Aamiin.
*Asep Totoh - Dosen Ma'soem University