Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Cara Ampuh Membuat Belajar yang Menyenangkan
19 Agustus 2020 4:29 WIB
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pandemi Covid19 sangat berdampak sekali pada bidang pendidikan, sejak pertengahan Maret 2020 sampai dengan sekarang proses pembelajaran harus dilakukan dari rumah. Selama itu pula proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) belum menemukan bentuk ideal, masih terdapat banyak kendala yang harus dihadapi oleh guru, murid, dan orang tua. Selain masalah internet, belum lagi banyaknya tugas yang diberikan pada peserta didiknya, sehingga anak-anak tambah capek, lelah, bosan, dan mungkin menjadi kekesalan.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran dalam masa pandemi ini semakin menguatkan dan menjawab survei yang pernah dilakukan oleh Tony Buzan seorang psikolog dari Inggris. Tiga puluh tahun lamanya ia melakukan penelitian yang berkaitan dengan asosiasi seseorang terhadap kata "belajar". Waktu ditanyakan kepada responden kesan apa yang muncul dalam pikiran mereka saat mendengar kata "pendidikan" atau "belajar", jawabannya adalah "membosankan", "ujian", "pekerjaan rumah", "buang-buang waktu", "hukuman", tidak relevan", "tahanan", 'idih'....., "benci dan takut".
Sebenarnya, dari berbagai kendala itulah yang kemudian mendasari pemerintah mengambil kebijakan membuka sekolah di daerah zona kuning. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim (7/8/2020), kebijakan tersebut diambil sebagai respons atas kekhawatiran munculnya dampak buruk selama PJJ. Pendidikan Jarak Jauh di disinyalir dapat menyebabkan learning lost dan generation lost, sebab PJJ memberi ancaman serius tingginya angka putus sekolah, kesenjangan capaian belajar, berbagai kekerasan terhadap anak, serta persepsi orang tua yang berubah karena tidak melihat peran sekolah dalam proses pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Kebijakan itu pun belum menyelesaikan masalah, karena masih terjadi pro kontra karena kesehatan dan keselamatan guru, murid, orang tua, dan masyarakat menjadi taruhan. Apalagi evaluasi PJJ belum dilakukan secara menyeluruh, dan yang paling utama dibutuhkan saat ini adalah kualitas belajar disaat pandemi. Melihat makna dan hakikat belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang bersifat menetap melalui serangkaian pengalaman. Belajar tidak sekadar berhubungan dengan buku-buku yang merupakan salah satu sarana belajar, melainkan berkaitan pula dengan interaksi anak dengan lingkungannya, yaitu pengalaman. Hal yang penting dalam belajar adalah perubahan perilaku, dan itu menjadi target dari belajar.
Dengan belajar, seseorang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Kita perlu memperluas pemahaman tentang belajar tidak hanya pada pengetahuan yang bersifat konseptual, melainkan juga hal-hal yang menyangkut keterampilan serta sikap pribadi yang mempengaruhi perilaku seseorang. Minimal lima hal berikut yang harus disentuh berkenaan dengan belajar yaitu:
ADVERTISEMENT
Jelaslah belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana dalam Rusman,2010:1). Artinya, seluruh aktivitas anak memperhatikan sesuatu merupakan proses belajar.
Sejatinya saat ini, menjadi guru hebat adalah guru yang bisa mengarahkan peserta didik tentang apa yang seharusnya mereka kuasai, mereka prioritaskan untuk masa depan mereka, mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga derajat dan martabat terangkat, kompetensi meningkat, dan daya kreasi serta inovasi berkembang pesat. Sekolah adalah ladang tumbuh bakat dan minat. Dimulai dari proses pembelajaran, guru bisa menanyakan tentang apa yang menjadi motivasi hidup mereka, untuk keluarga, bangsa dan Negara.
ADVERTISEMENT
Menjadi utama juga ketika pembelajaran di masa pandemi, seyogyanya orang tua pun sudah akrab dengan pembiasaan kepada putra putri mereka harus menjadi role model untuk menanamkan karakter baik. Seperti dengan ibadah bersama, saling menolong (karena manusia pada hakikatnya berkebutuhan dalam kebersamaan), bagaimana hidup berdampingan dan berguna di masyarakat, mempersiapkan masa depan dengan kebiasaan menabung, hidup hemat, berwirausaha dan menjadi karakter mandiri juga berdikari.
Maka paling utama saat ini adalah bagaimana belajar menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak-anak didik kita, yang dibutuhkan saat ini oleh anak-anak didik kita adalah:
ADVERTISEMENT
Alhasil, Merdeka dalam pendidikan dan pengajaran bisa bermacam-macam maknanya. Salah satunya ketika pendidikan dan pengajaran mampu membebaskan anak didik kita dari kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan. Bagi para guru dan orang tua, Merdeka dalam pendidikan dan pengajaran adalah keleluasaan dalam mengantarkan anak didiknya menjadi insan yang kreatif, solutif dan mampu mencapai hasil akhir yang terbaik sesuai dengan bakat, potensi dan kemampuannya.
Bisakah kita memerdekakan niat dalam mendidik dan mengajar, memerdekakan cara berpikir dan memerdekakan cara melayani juga memperlakukan anak didiknya? Pembelajaran menyenangkan merupakan pembelajaran yang melibatkan semua pihak mulai dari guru, siswa maupun orang tua ikut mendukung pembelajaran bersama. Bagi para guru, pendidikan dan pembelajaran yang menyenangkan bisa terlaksana jika gurunya pun terus belajar dan berkarya. Karya-karya guru dinilai haruslah sesuatu yang menyenangkan bagi siswanya.
ADVERTISEMENT
Oleh :
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666