Cerdas Tangkal COVID-19

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
13 Februari 2021 6:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan menggunakan masker Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan menggunakan masker Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kembali pemerintah mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang berbasis skala mikro (PPKM Mikro) yaitu hingga tingkat RT/RW untuk pengendalian COVID-19. PPKM Mikro diterapkan mulai 9-22 Februari 2021 yang berlaku pada 7 Provinsi yakni, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.
ADVERTISEMENT
Dalam penerapannya, PPKM Mikro membatasi kapasitas kegiatan kantor, rumah makan, dan tempat ibadah hingga 50%. Untuk kegiatan sekolah dilakukan secara online. Lalu wilayah Desa atau Kelurahan wajib mendirikan posko yang terdiri dari beberapa unsur masyarakat. Penerapan PPKM Mikro juga menerapkan kebijakan zonasi pengendalian wilayah hingga tingkat RT: zona hijau tidak ada kasus positif, zona kuning apabila ada 1-5 rumah yang terdapat kasus positif, zona oranye apabila ada 6-10 rumah yang terdapat kasus positif, dan zona merah bila lebih dari 10 rumah yang terdapat kasus positif.
Data update di Indonesia per tanggal 12-02-2021; Positif 1.201.859, Sembuh 1.004.117 dan Meninggal 32.656 karena covid-19. Pola penularan virus corona ini seperti diketahui dan dijelaskan adalah dengan cara virus corona memasuki tubuh dan menginfeksi organ.
ADVERTISEMENT
Sudah umum diketahui Covid-19 masuk melalui air ludah (droplet) saat berbicara, bersin, atau batuk. Ketika kita berkomunikasi dengan orang yang terinfeksi, lalu terkena percikan, kita berpotensi segera terinfeksi juga. Kemudian pula jika menyentuh benda-benda di tempat umum, seperti kursi, meja, pegangan tangga, ATM, kendaraan di tempat parkir, waktu bersalaman tanpa diketahui telah terpercik ludah seorang yang terpapar, kita juga berpotensi terjangkit.
Virus ini ikut menempel di pakaian, rambut, sepatu, apa saja, dan bertahan beberapa jam sebelum menemukan tubuh manusia untuk dimasuki. Jika pada bagian tubuh, umumnya tangan, yang telah bersentuhan dengan droplet, lalu mengucek mata, melap bibir atau hidung, saat itulah virus mendapatkan pintu untuk masuk.
Virus covid-19 ini bagaikan makhluk yang teramat cerdas, sepertinya susah untuk dikendalikan dan dimusnahkan. Apakah bisa disimpulkan jika jatuhnya jutaan korban di seluruh dunia itu karena semata-mata karena virusnya cerdas?
ADVERTISEMENT
Paling utama yang sebenarnya adalah karena kurangnya kesadaran masyarakat melindungi diri sesuai protokol kesehatan. Masyarakat dan kita tidak mau disiplin dan di disiplinkan, kita semua menganggap situasi normal saja.
Bukankah hasil penelitian dan para ahli telah mempelajari perilaku virus corona sehingga menciptakan cara ampuh agar terhindar dari serangan mematikannya. Cara cerdas itu dibuat sebagai panduan sederhana yang disebut protokol kesehatan (prokes).
Cukup berdisiplin 5M memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilisasi mencuci tangan dengan sabun atau hand-sanitizer setiap bersentuhan dengan orang lain atau benda-benda publik, sudah memberikan jaminan dan bisa mencegah kita dari kemungkinan tertular.
Namun sangat disayangkan, ketika masih banyak orang berperilaku seolah tidak pahami prokes. Mungkin merasa kebal, mungkin juga berpura-pura tak paham? Atau berdalih tidak percaya jika virus itu konspirasi dan dagelan politisasi saja ketika pandemi.
ADVERTISEMENT
Pastinya, dampak yang ditimbulkan seperti terlihat, setelah hampir setahun sudah berjibaku melawan makhluk tak terlihat ini, alih-alih berkurang atau menghilang justru malahan kasus makin melonjak. Bisa jadi karena lantaran soal sepele, yaitu tidak disiplin menjalani prokes namun akibatnya bisa fatal.
Cerdas Memakai Masker Tangkal Covid-19, Foto: Shutterstock
Mari kita sadari dan sayangi hidup kita, keluarga dan masyarakat semuanya. Virus corona memang cerdas. Tetapi, bukankah manusia lebih cerdas? yang dibutuhkan saat ini jadilah manusia cerdas dan mau menolong juga bermanfaat bagi orang banyak.
Keniscayaannya untuk bersikap cerdas menghadapi Covid-19 adalah dengan membangun kesadaran personal. Bila setiap orang dengan kesadaran sendiri mentaati protokol kesehatan, menjaga stamina, dan bersedia menerima divaksin, maka tidak ada yang perlu khawatir dan takut pada virus Covid-19.
ADVERTISEMENT
Memperlakukan virus sebagai sesama makhluk dengan sikap cerdas kita menjalankan prokes maka akan menjadikan kita tidak khawatir terinfeksi. Kita menjalani prokes bukan karena takut ada pengawasan dan sanksi pemerintah, melainkan karena kita memang manusia cerdas, yaitu memiliki pengetahuan tentang sifat dan karakter virus corona tersebut. Dengan pengetahuan itu membuat kita paham cara hidup di masa pandemi bersamaan dengan virus covid-19.
** Asep Totoh - Dosen Ma’soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666.