Daya Saing Lulusan SMK

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
27 Agustus 2020 4:20 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Siswa SMK Duta Karya melakukan praktek pembuatan hand sanitizer di laboratorium Kimia Industri. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Siswa SMK Duta Karya melakukan praktek pembuatan hand sanitizer di laboratorium Kimia Industri. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Saat ini yang menjadi isu yang selalu aktual terutama dalam kerangka pendidikan vokasi (vocational education) adalah keselarasan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Hal ini tidak terlepas dari esensi maupun karakteristik pendidikan vokasi sebagai bagian dari pendidikan yang menyiapkan lulusannya untuk memasuki dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Dan lebih dari 55% organisasi menyatakan bahwa digital talent gap semakin lebar (Linkedin,2017), kemudian Employers complaint menyatakan bahwa para pekerja tidak mempunyai skills yang memadai. Data survey tersebut menunjukkan bahwa besarnya tingkat pengangguran cenderung diakibatkan oleh ketidakcocokan antara profesi yang dimiliki para pekerja dengan bidang pekerjaannya. Inilah masalah yang selama ini dikomplain oleh pihak industri/ perusahaan mengenai keterampilan (skills) yang masih kurang mumpuni/memadai terhadap sejumlah calon pegawai
Sehingga kacamata pendidikan vokasi terutama SMK memiliki pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalah seberapa relevan learning outcome yang dihasilkan dunia pendidikan dengan karakteristik tenaga kerja yang dibutuhkan di masa mendatang. Berbagai kajian merumuskan learning outcome yang diperlukan bagi lulusan dalam menghadapi tantangan ketenagakerjaan ke depan.
ADVERTISEMENT
The Partnership for 21st Century Skills (Wagiran, 2012) merumuskan 21st century student outcomes and support system. Pemikiran tentang cara pandang holistik tentang pembelajaran yang diperlukan guna mewujudkan lulusan yang memiliki kompetensi komprehensif. Kompetensi tersebut meliputi aspek kemampuan dasar (bahasa, seni, matematik, ekonomi, sain, geografi, sejarah, dan kewarganegaraan); kemampuan belajar dan inovasi (kreativitas dan inovasi, berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi); kemampuan mengelola informasi, media, dan teknologi informasi; serta kemampuan hidup dan karier (life and career skills). Apabila dilihat dari dimensi-dimensi yang tertuang dalam kompetensi yang diharapkan tersebut, tampak jelas bahwa penanaman karakter merupakan tuntutan bagi lulusan agar mampu berjaya di era mendatang.
Jelaslah bahwa kompetensi tenaga kerja yang dibutuhkan di masa mendatang pada dasarnya merupakan gabungan secara komprehensif aspek-aspek hard skills maupun soft skills yang dapat diperoleh dari berbagai sumber dan situasi pembelajaran di berbagai jalur pendidikan, pelatihan, maupun di masyarakat luas. Sesuai amanat pasal 15 UU No 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kehadiran SMK dirancang menyiapkan lulusan yang dapat bekerja sesuai kompetensi yang dimiliki. Persoalan daya saing lulusan SMK ini sebenarnya telah dilihat sebagai persoalan serius oleh presiden hingga dikeluarkan Instruksi Presiden No 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK, akan tetapi program revitalisasi ini harus dipahami secara integratif dan komprehensif.
ADVERTISEMENT
Memang tidak mudah sebab dinamika pasar kerja yang berubah cepat, SMK saat ini dituntut mampu menentukan strategi yang tepat sehingga proses inovasi akan terjadi dengan dilandasi kolaborasi sinergis antar berbagai pihak. Jadi SMK harus menjalankan fungsinya sebagai pemandu pertumbuhan ekonomi sekaligus sebagai agen perubahan yang mampu menghasilkan learning outcome sesuai tuntutan dunia kerja dalam mendukung daya saing dan kejayaan bangsa.
Oleh :
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666