Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Daya Saing Perguruan Tinggi Swasta
8 Juli 2020 5:15 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keberadaan Perguruan Tinggi memiliki peran penting dalam meningkatkan daya saing bangsa, di dalam perkembangannya perlu dipahami juga jika keberadaan Perguruan Tinggi dihadapkan pada kondisi persaingan sebagaimana entitas bisnis pada umumnya. Beberapa persaingan yang dihadapi oleh perguruan tinggi yaitu pertumbuhan perguruan tinggi, menarik minat calon mahasiswa dan Doktor atau Profesor sebagai pendidik serta penggalangan dana. Kondisi tersebut memaksa salah satu mekanisme perguruan tinggi dalam menghadapi persaingan tersebut adalah dengan menampilkan keunggulan maupun sumberdaya yang dimiliki (Constantin, 2005).
ADVERTISEMENT
Perguruan Tinggi Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan besar yang perlu di respons dengan cermat, globalisasi ekonomi dan revolusi teknologi informasi merupakan dua kekuatan besar yang sangat mempengaruhi dunia penguruan tinggi Indonesia. Sebagai lembaga sosial yang secara tradisional bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, perguruan tinggi adalah lembaga yang paling merasakan tuntutan sosial untuk perubahan global tersebut. Dunia usaha, pemerintah dan masyarakat yang memerlukan ilmu pengetahuan baru yang berbasis teknologi informasi, bioteknologi serta ilmu-ilmu multidisiplin lainnya akan menuntut perguruan tinggi untuk memenuhi kebutuhan mereka akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih tinggi.
Niscaya kebijakan pendidikan tinggi pun harus disesuaikan dengan kondisi revolusi industri 4.0, terlebih keadaan pandemi covid19 yang memaksa disrupsi pendidikan jauh lebih cepat. Maka harus terdapat perubahan kebijakan dan program yang terkait dengan sumber daya iptek pendidikan tinggi, kelembagaan, pembelajaran dan kemahasiswaan, serta riset dan pengembangan juga inovasi. Perguruan tinggi pun harus menjawab tantangan dari relevansi pendidikan dan pekerjaan, dimana yang dibutuhkan saat ini adalah perlu disesuaikan dengan perkembangan era dan IPTEK dengan tetap memberikan perhatian kepada aspek humanities. Pasar kerja membutuhkan kombinasi berbagai skills yang berbeda dengan yang selama ini diberikan oleh sistem pendidikan tinggi (Marmolejo,World Bank,2017).
ADVERTISEMENT
Mutu PTS tidak Kalah Saing
Jumlah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) lebih banyak dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN), ada sekitar 4.200-an PTS yang keberadaannya pun tidak bisa dipandang sebelah mata dinegeri ini. Akan tetapi memang tidak bisa dipungkiri jika fenomena “Negeri minded” masih melekat kuat pada masyarakat untuk menentukan pilihan kuliahnya, tak ayal bagi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) menjadi sebuah ancaman dalam keberlangsungan keberadaan layanan pendidikan untuk menentukan pilihan untuk kuliah. Selanjutnya terjadilah persepsi dikotomis pandangan dan opini masyarakat memposisikan lulusan perguruan tinggi negeri (PTN) lebih unggul ketimbang perguruan tinggi swasta (PTS), faktanya saat ini hal tersebut tidaklah selalu benar. Kenyataannya bisa dilihat dari berbagai prestasi dan penghargaan juga ditorehkan sejumlah PTS. Bukan hanya itu, saat ini sejumlah PTS bahkan mampu mendapatkan akreditasi A, termasuk pula sejumlah program studi di universitas dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
Harus diakui memang, kondisi nyata yang membuat masyarakat lebih percaya dan cenderung memilih PTN seperti ITB, UI, UGM, UNPAD dan PTN lainnya. Sebuah fenomena persepsi yang harus diantispasi dikarenakan hal ini keadaan ini tentunya berdampak langsung bagi daya tahan PTS terutama dalam hal kegiatan pengelolaan dan pengembangannya. Sehingga pengelolaan dan pengembangan perguruan tingggi menjadi keharusan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen modern yang berbasis mutu atau kualitas.
ADVERTISEMENT
Perguruan Tinggi Swasta tentunya memiliki strategi yang harus direncanakan, dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik harus terutama difokuskan kepada proses intinya (core process), yaitu mencakup pengajaran (teaching), penelitian (research), dan pelayanan (service)(Indrajit dan Djokopranoto, 2006). Semuanya itu dimaksudkan untuk merespon perubahan global, baik berupa tuntutan cara atau skill kerja baru, perkembangan teknologi pengajaran maupun penelitian, dan ilmu yang perkembangannya sudah pada level lompatan kuantum, dan lain-lain.
Berdasarkan data-data temuan penulis untuk penelitian disertasi dengan judul “Strategi Mutu dan Daya Saing Perguruan Tinggi Swasta Dalam Menciptakan Keunggulan Bersaing Berkelanjutan (Studi Pada Universitas Swasta Berbasis IT di Bandung Jawa Barat)” menunjukan bahwa sekarang ini mutu Perguruan Tingga Swasta pun mampu bersaing dengan mutu Perguruan Tinggi Negeri. Pasalnya, dalam penerimaan calon mahasiswa PTS yang tidak asal menerima mahasiswa. Beberapa PTS sudah menerapkan metode seleksi dalam menerima calon mahasiswa, metode seleksinya pun dilakukan ketat seperti nilai rapor dan kemampuan bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
Mencermati sistem tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya PTS juga mementingkan kualitas calon mahasiswa mereka, dan harapannya mampu menyesuaikan diri dengan metode pembelajaran di PTS yang memang juga berkualitas. Sebagian besar PTS yang telah melaksanakan penerimaan calon mahasiswa baru dengan seleksi ketat,tidak lain karena hal ini dipertimbangkan agar PTS mampu menghasilkan input yang bagus dalam pembelajaran di perkuliahan terkait learning outcomes.
Selanjutnya untuk meningkatkan mutu selain akreditasi yang kerap menjadi indikator di perguruan tinggi, kualitas PTS pun dapat diukur dari sejumlah variabel. Antara lain dari kemampuan akademik lulusan dan kemampuan tambahan mereka setelah menyelesaikan pendidikan di PTS. Data menunjukan jika lulusan PTS pun memiliki daya saing dengan mereka yang menuntaskan pendidikan di PTN sehingga ini yang akan membentuk persepsi publik bahwa kemampuan kedua universitas tersebut tak jauh berbeda.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tidak terlepas dari bekal kompetensi yang diberikan PTS kepada mahasiswa mereka ketika di bangku kuliah. Bekal kompetensi tersebut biasanya disesuaikan dengan program studi dan kebutuhan industri. Misalnya, saat ini dengan perkembangan teknologi informasi yang kian maju, kebutuhan lulusan dengan skill menguasai teknologi informasi di beberapa perusahaan sangat dibutuhkan. Selanjutnya, beberapa universitas swasta tersebut sudah melengkapinya dengan ketersediaan fasilitas dan anggaran dana bagi tiap fakultas.
PTS pun terus melakukan perbaikan-perbaikan terutama pada learning outcomes, tuntutannya harus bisa mengolah bahan 'input' yang bagus itu sedemikian rupa. Kebijakan yang mulai diterapkan salah satunya dengan mendatangkan dosen tamu dari luar negeri atau membuat program “Dual Degree”, meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris kepada mahasiswa mereka sebagai persyaratan skripsi, tesis dan disertasi, pertukaran mahasiswa dengan perguruan tinggi luar negeri dan magang diluar negeri.
ADVERTISEMENT
Dibawah Layanan Lembaga Pendidikan Tinggi (LL-DIKTI) dan target pencapaian kualitas layanan PTS, akan membuat penilaian masyarakat jadi berubah dan suatu saat nanti PTS Indonesia seperti PTS di nagara-negara maju tampil menjadi yang terbaik. Salah satu ciri dari negara maju adalah PTS-nya sangat berkualitas dan handal, dan sejak tahun 2018 Kemenristekdikti (sekarang Kemendikbud) sebagai upaya memetakan mutu dan potensi perguruan tinggi di Indonesia telah melakukan klaterisasi perguruan tinggi. Klasterisasi yang telah dikeluarkan oleh Kemendikbud secara resmi bisa menjadi data yang digunakan sebagai informasi yang valid bagi masayarakat umum, dan klasterisasi ini juga menjadi dasar bagi Kemenristekdikti untk melakukan pembinaan dan penyusunan kebijakan perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan kualitas perguruan tinggi.
Di tengah masa pandemi Covid-19, Indonesia kembali meraih prestasi dengan masuknya perguruan tinggi Indonesia ke dalam peringkat Times Higher Education (THE) 2020 dalam kategori Impact Ranking. Hal ini membuktikan jika PT di Indonesia bisa masuk kategori universitas dunia, dan THE Impact Rankings semakin mendorong 'research for impacts' yaitu penelitian yang menghasilkan IPTEKS dan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Walaupun masih di dominasi PTN, akan tetapi perubahan dan peran PTS pun menjadi signifikan menaikan posisinya dalam pemeringkatan ataupun klasternya karena sistem pemeringkatan tersebut yang mengakomodir semua aspek kinerja tridharma perguruan tinggi. Tidak bisa dipungkiri jika kondisi banyaknya perguruan tinggi di Indonesia terutama yang kecil-kecil yang tidak dikelola dengan baik dan benar, maka pandemi Covid-19 pun bisa menjadi ajang ‘seleksi alam’ bagi kelangsungan hidup perguruan itu sendiri itu sendiri.
Oleh :
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University